Makalah
Dinasti-dinasti Lain di Dunia Islam II
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Di Susun Oleh:
1.
Ahmad Shochib (202
111 2272)
2.
Yuhan (202 111 2285)
3.
Khayatul Karimah (202 111 3006)
KELAS G
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarah Islam, para penguasa
setelah masa kekuasaan khulafaur rasyidin, digantikan oleh para penguasa yang
membentuk kekuasaan dengan sistem kekuasaan kekeluargaan atau dinasti. Sistem
pemerintahan yang bersifat monarchi hereditis (kerajaan turun-temurun).
Dinasti-dinasti yang berkuasa
setelah khulafaur rasyidin, ada beberapa dinasti lain yang berkuasa di beberapa
belahan dunia Islam. Juga terdapat beberapa dinasti lain yang juga memiliki
peran penting dalam pengembangan peradaban di dunia Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dinasti Buwaihi (333-447
H/945-1055 M)
Wilayah kekuasaan Dinasti Buwaihi
meliputi Irak dan Iran. Dinasti ini dibangun oleh tiga bersaudara, yaitu Ali
bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi dan Ahmad bin Buwaihi. Perjalanan Dinasti
Buwaihi dapat dibagi dalam dua periode. Periode Pertama merupakan periode
pertumbuhan dan konsolidasi, sedangkan Periode Kedua adalah periode Defensif,
khususnya di wilayah Irak dan Iran Tengah. Dinasti Buwaihi mengalami
perkembanagan pesat ketika Dinasti abbasiyah di Baghdad mulai melemah. Dinasti
Buwaihi mengalami kemunduran dengan adanya pengaruh Tugril Beg dari Dinasti
Saljuk. Peninggalan dinasti ini antara lain berupa observatorium di Baghdad dan
sejumlah perpustakaan di Syiraz, Ar-Rayy dan Isfahan (Iran).[1]
Dinasti Buwaihi mencapai masa
kejayaan pada pemerintahan ‘Adhud al-Daulah, putra Rukn al-Daulah (Hasan).
Hasil peradaban yang telah dicapai antara lain:
-
Kemajuan Bidang Ilmu Pengetahuan.
-
Kemajuan Bidang Pembangunan
-
Berhasil mempersatukan beberapa wilayah
kerajaan kecil di Persia dan Irak.
Ada dua faktor yang menyebabkan
hancurnya Dinasti Buwaihiyah yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal antara lain: Perebutan kekuasaan dikalangan keturunan Bani Buwaihiyah
dan pertentangan dalam tubuh militer antara golongan Dailam dan keturunan
Turki. Sedangkan faktor Eksternal adalah semakin gencarnya serangan-serangan
Byzantium ke dunia Islam, semakin banyaknya Dinasti-dinasti kecil yang
membebaskan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad dan serangan dari Dinasti
Saljuk.[2]
2. Dinasti Murabithun (448-541
H/1056-1147 M)
Mereka adalah keturuna orang-orang
Barbar Sahara dari kabilah Lamtunah, salah satu cabang dari Shanhajah. Mereka
menamakan dirinya dengan Murabithun karena belajar pada Abdullah bin Yasin di
Ribath yang dia dirikan untuk tempat belajar dan ibadah di padang Sahar
Maghrib. Mereka juga sering dikenal dengan sebutan Multsimin.
Pemerintahan mereka di Maghrib
memanjang dari Tunis di sebelah Timur dan Lautan Atlantik di sebelah Barat,
serta Laut Tengah di sebelah Utara hingga ke perbatasan Sudan ke arah Selatan.
Dia membangun kota Marakisy yang kemudian dijadikan sebagai ibukota
pemerintahan oleh anaknya Ali bin Yusuf.
Dia melanjutka jihad ayahnya dan
berhasil mengalahkan orang-orang kristen Spanyol pada perang Iqlisy pada tahun
502 H/1108 M. Perang ini adalah perang terbesar setelah Perang Zalaqah. Setelah
itu pemerintahan ini mengalami kemunduran dan melemah hingga akhirnya
dikalahkan oleh orang-orang Muwahhidun pada tahun 541 H/1147 M.[3]
3. Dinasti Saljuk (469-706
H/1077-1307 M)
Saljuk adalah nama keluarga
keturunan Saljuk bin Duqaq (Tuqaq) dari suku bangsa Guzz dari Turki yang
menguasai Asia barat daya pada abad ke-11 dan akhirnya mendirikan sebuah
kekaisaran yang meliputi kawasan Mesopotamia, Suriah, Palestina dan sebagian
besar Iran. Wilayah kekuasaan mereka yang demikian luas menandai awal kekuasaan
suku bangsa Turki di kawasan Timur Tengah hingga abad ke-13.
Dinasti saljuk dibagi menjadi lima
cabang, yaitu Saljuk Iran, Saljuk Irak, Saljuk Kirman, Saljuk Asia Kecil dan
Saljuk Suriah. Dinasti Saljuk didirikan oleh Saljuk bin Duqaq dari suku bangsa
Guzz. Akan tetapi, tokoh yang dipandang sebagai pendiri Dinasti Saljuk yang
sebenarnya adalah Tugril Beq. Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Dinasti
Saljuk dan mendapat pengakuan dari Dinasti Abbasiyah. Dinasti Saljuk melemah
setelah para pemimpinnya meninggal atau ditaklukan oleh bangsa lain. Peninggalan
dinasti ini adalah Kizil Kule (Menara Merah) di Alanya, Turki Selatan, yang
merupakan pangkalan pertahanan Bani saljuk dan Masjid Jumar di Isfahan, Iran.[4]
4. Dinasti Muwahhidun (515-667
H/1121-1269 M)
Dinasti Muwahhidun adalah sebuah
dinasti Islam yang pernah berjaya di kawasan Afrika Utara dan Spanyol selama
lebih dari satu abad, yaitu sejak tahun 515-667 H/1121-1269 M. Dinasti ini
didirikan pada tahun 1114 M, berdasarkan ajaran pendiriannya, yakni Muhammad
bin Tumart (1080-1130 M) yang dikenal dengan sebutan Ibnu Tumart.
Dinasti Al-Muwahhidun, yang
berarti golongan berfaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart
yang memerangi faham At-Tajsim yang menganggap bahwa tuhan mempunyai bentuk
(antropomorfisme) yang berkembang di Afrika Utara pada masa itu dibawah
kekuasaan Dinasti Al-Murabbitun (448-541 M/1056-1147 M) atas dasar bahwa ayat
yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam Alqur’an, seperti tangan
Tuhan, tidak dapat ditakikkan (dijelaskan) dan harus difahami seperti apa
adanya. Menurut Ibnu Tumart, faham At-Tajsim identik dengan syirik
(menyekutukan Allah), dan orang-orang yang menganut faham At-Tajsim adalah
musyrik.
Diantara penguasa Al-Muwahhidun,
Abu Ya’qub Yusuf adalah yang paling dekat dengan kaum ulama dan cendekiawan.
Pada masanya hidup orang besar seperti Ibnu Rusyd (filsuf besar Islam yang
mengilhami kebangkitan intelektualitas di barat), Ibnu Tufail (filsuf terkenal
Islam yang mengarang buku Hayy Ibn Yaqzan), Ibnu Mulkun Abu Ishaq Ibrahim bin
Abdul Malik (ahli bahasa yang tekenal), Abu Bakar bi Zuhur (ahli kesehatan yang
merangkap menteri) dan sebagainya.[5]
5. Dinasti Ayyubiyah (569-650
H/1174-1252 M)
Pusat pemerintahan Dinasti
Ayyubiyah adalah Kairo, Mesir. Wilayah kekuasaannya meliputi kawasan Mesir,
Suriah dan Yaman. Dinasti Ayyubiyah didirikan Shalahudin Yusuf Al-Ayyubi,
setelah menaklukan khalifah terakhir dinasti Fathimiyah, Al-Adid. Shalahudin
berhasil menaklukan daerah Islam lainnya dan pasukan Salib. Shalahudin adalah
tokoh dan pahlawan perang salib. Selain dikenal sebagai panglima perang, Shalahudin
juga mendorong kemajuan di bidang agama dan pendidikan. Berakhirnya masa
pemerintahan Ayyubiyah ditandai dengan meninggalnya Malik Al-Asyraf Musyaffaruddin,
sultan terakhir dan berkuasanya Dinasti Mamluk. Peninggalan Ayyubiyah adalah
Bentang Qa’lah Al-Jabal di Kairo, Mesir.
6. Dinasti Delhi (602-962 H/1206-1555
M)
Dinasti Delhi terletak di India
Utara. Dinasti Delhi mengalami lima kali pergantian kepemimpinan yaitu Dinasti
Mamluk, Dinasti Khalji, Dinasti Tuglug, Dinasti Sayid dan Dinasti Lody. Pada
periode pertama, Delhi dipimpin Dinasti Mamluk selama 84 tahun. Mamluk
merupakan keturunan Qutbuddin Aybak, seorang budak dari Turki. Dinasti Khalji
dari Afghanistan memerintah selama 30 tahun. Dinasti Tugluq memerintah sampai
93 tahun, sedangkan Dinasti Sayid selama 37 tahun. Penguasa terakhir Delhi
adalah Dinasti Lody yang memerintah selama 75 tahun. Peninggalan Dinasti Delhi
antara lain adalah masjid Kuwat Al-Islam dan Qutub Minar yang berupa menara di
Lalkot, Delhi (India).
7. Dinasti Mamluk (648-923 H/
1250-1517 M)
Dinasti Mamluk memiliki wilayah kekuasaan di
Mesir dan Suriah. Dinasti Mamluk berasal dari golongan hamba yang dimiliki oleh
para sultan dan amir, yang dididik secara militer oleh tuan mereka. Dinasti
Mamluk yang memerintah di Mesir dibagi dua, yaitu Mamluk Bahri dan Mamluk
Burji. Sultan pertama Dinasti mamluk Bahri adalah Izzudin Aibak. Sultan Dinasti
Mamluk Bahri yang terkenal antara lain adalah Qutuz, Baybars, Qalawun dan Nasir
Muhammad bin Qalawun. Baybars adalah sultan Dinasti Mamluk Bahri yang berhasil
membangun pemerintahan yang kuat dan berkuasa selama 17 tahun. Dinasti Mamluk
Burji kemudian mengambil alih pemerintah dengan menggulingkan Sultan Mamluk
Bahri terakhir, As-Salih Hajji bin Sya’ban. Sultan pertama penguasa Dinasti
Mamluk Burji adalah Barquq (784-801 H/1382-1399 M). Dinasti Mamluk Mesir
memberikan sumbangan besar bagi sejarah Islam dengan mengalahkan kelompok Nasrani
Eropa yang menyerang syam (Syiria), selain itu Dinasti Mamluk mesir berhasil
mengalahkan bangsa Mongol, merebut dan mengislamkan kerajaan Nubia (Ethiopia),
serta menguasai pulau Cyprus dan Rhodes. Dinasti Mamluk Mesir berakhir setelah
Al-Asyras Tuman Bai, sultan terakhir, dihukum gantung oleh pasukan Usmani
Turki. Peninggalan Dinasti Mamluk antara lain berupa Masjid Rifa’i, Mausoleum
Qalawun dan Masjid Sultan Hassan di Kairo.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ada banyak Dinasti-dinasti di
Dunia Islam, dan yang dijelaskan dalam makalah ini antara lain:
-
Dinasti Buwaihi
-
Dinasti Murobbitun
-
Dinasti Saljuk
-
Dinasti Muwahhidun
-
Dinasti Ayyubiyah
-
Dinasti Delhi
-
Dinasti Mamluk
Dalam masa pemerintahannya, dari
masing-masing Dinasti tersebut memiliki masa kejayaan, kemajuan juga masa
kemunduran dan kehancuran dengan proses
berbeda-beda seperti yang dijelaskan pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad. 2011. Sejarah Islam.
Jakarta: AkbarMedia.
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah
Islam. Yogyakarta: Teras
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: AMZAH
[1] Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH,
2010), hlm. 277
[2] Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam, (Yogyakarta: Teras,
2012), hlm. 146-148
[3] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbarmedia, 2011),
hlm. 286-287
[4] Samsul Munir Amin, Op.cit, hlm. 278
[5] Ibid, hlm. 270-273
[6] Ibid, hlm. 278-280
Tidak ada komentar:
Posting Komentar