ISLAM DI NUSANTARA DAN KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA
Makalah
Di Susun Guna Memenuhi Tugas,
Mata
Kuliah
: Sejarah Peradaban Islam
DosenPengampu
: Ghufron Dimyati, M.S.I
Di Susun oleh :
Fina Rohmatul Maula (2021113007)
Nurul Khikmatil Aisyah (2021113008)
Erlin Yuliansari (2021113009)
Kelas : H
JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)PEKALONGAN
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga
makalah yang berjudul “ Islam di Nuasantara dan Kerajaan Islam Di Nusantara“
ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw, sahabatnya, keluarganya dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, dimana kami
mendapatkan tugas pembuatan makalah yang berkaitan dengan “Islam di Nuasantara
dan Kerajaan Islam Di Nusantara” dan kami harap makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi bahan pembelajaran bagi pembancanya.
Apabila dalam makalah ini terdapat
kekurangan atau kesalahan baik dalam pengetikan maupun isinya, kami dengan
senang hati menerima kritik, konstruktif dari pembaca.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Amin ya rabbal ‘alamin…
Pekalongan, Oktober 2014
Penulis
BAB I
PEMDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah, penduduk
kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar yang sanggup mengarungi lautan
lepas. Bahkan dua abad sebelum tarikh masehi, Indonesia khususnya sumatera
telah dikenal dalam peta dunia masa itu. Indonesia kaya akan rempah – rempah
yang disukai di Eropa masa itu. Hal ini menyebabkan Indonesia sebagai jalan
perdagangan dan tempat tansaksi dan persinggahan para pedagang dari luar
Indonesia, terutama bangsa Arab, India, Persia dll. Hubungan perdagangan ini
juga menjadi hubungan penyebaran agama islam yang semakin lama semakin
intensif. Sebagai wilayah yang mudah di jangkau dan menghasilkan banyak hasil
bumi, maka amat logis jika Indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh,
termasuk penyebaran agama islam.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam masuk di Nusantara?
2. Bagaimana tasawuf dan islam di
Nusantara?
3. Apa saja sebab – sebab islam cepat
berkembang?
4. Apa saja Kesultanan Islam di luar
Nusantara?
5. Apa saja Kesultanan Islam di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
Islam Di Nusantara dan Kerajaan
Islam Di Nusantara
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal
sebagai pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Bahkan dua abad sebelum
tarikh masehi, Indonesia khususnya sumatera telah dikenal dalam peta dunia masa
itu. Pedagang – pedangan muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang
sampai ke Indonesia untuk berdagang sejak abad ke 7 M, ketika islam pertama
kali berkembang di Timur Tengah. Hubungan perdagangan ini juga menjadi hubungan
penyebaran agama islam yang semakin lama semakin intensif.
Indonesia kaya akan rempah – rempah yang disukai di Eropa
masa itu menyebabkan pedagang Arab singgah di pantai barat Sumatera dan selat
Malaka. Dengan demikian, Indonesia telah dikenal sejak zaman dahulu oleh bangsa
– bangsa baik di timur maupun barat, karena menjadi jalur lalu lintas
perjalanan. Sebagai wilayah yang mudah di jangkau dan menghasilkan banyak hasil
bumi, maka amat logis jika Indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh,
termasuk penyebaran agama islam.[1]
A.
Islam Masuk Di Nusantara
Terdapat dua pendapat mengenai masuknya islam di nusantara.
Pertama, pendapat lama yang mengatakan bahwa islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-13 M. Yang kedua, pendapat baru yang mengatakan bahwa islam masuk ke
nusantara pada abad ke-7 M.
Orang islam yang pertama mengunjungi nusantara kemungkinan
besar saudagar Arab pada abad ke-7 yang singgah di Sumatera dalam perjalanan
menuju Cina. Menyusul mereka adalah saudagar dari Gujarat yang berdagang lada
dan yang telah membangun sejak tahun 1100 percampuran yang unik antara
perdagangan dengan usaha mengembangkan islam di Indonesia.
Dimungkinkan bahwa sejak masa hidup Nabi Muhammad agama
islam telah masuk ke nusantara. Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun
625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus).
Untuk menambah populasi muslim diwilayah yang sama, yang berarti para pedagang
Arab ini melakukan pembauran dengan menikahi perempuan pribumi dan memiliki
anak. Akan tetapi pada periode ini islam belum berkembang secara menyeluruh dan
hanya beberapa wilayah yang sudah memeluk islam.
Sejak islam dikenal di nusantara, islam terus berkembang
dengan pesat, islam masuk ke nusantara melalui berbagai jalur, sehingga dengan
cepat dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang masa itu masih kuat
menganut paham lama yaitu agama Hindu, Budha bahkan animisme dan dinamisme.
Jalur – jalur yang dilalui untuk penyebaran islam antara
lain:
1. Jalur Perdagangan
Islamisasi
melalui perdagangan sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut
serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka melakukan dakwah sekaligus sebagai
pedangan.
2. Jalur Perkawinan
Dengan
melalui jalur perkawinan, para penyebar islam melakukan perkawinan dengan
penduduk pribumi.
3. Jalur Tasawuf
Penyebaran
islam melalui jalur tasawuf mudah diterima karena sesuai dengan pikiran
masyarakat Indonesia.
4. Jalur Pendidikan
Jalur
pendidikan digunakan oleh para wali dengan membuka lembaga pendidikan pesantren
sebagai tempat kaderisasi, setelah itu mereka pulang kekampung halaman atau
mulai berdakwah ketempat tertentu mengajarkan islam.
5. Jalur Kesenian
Para
penyebar islam juga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran islam, antara
lain dengan wayang, sastra dan kesenian lainnya.
6. Jalur politik
Para
walisongo melakukan strategi dakwah dikalangan para pembesar kerajaan, demi
kepentingan politik kerajaan islam memerangi kerajaan non-islam. Kemenangan
secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan islam untuk masuk islam.[2]
B.
Tasawuf dan Islam Di Indonesia
Islam dalam tahap ini sangat
diwarnai oleh aspek tasawuf, namun tidak berarti bahwa aspek hukum terabaikan
sama sekali. Meskipun demikian, secara umum islam tasawuf tetap unggul dalam
tahap pertama islamisasi, setidaknya sampai akhir abad ke-17 M. Dalam proses
islamisasi tahap pertama ini islam tidak langs secara merata diterima oleh
lapisan bawah masyarakat.
Jelas bahwa islam pada awal masuk ke
wilayah nusantara, nuansa tasawuf sangat dominan. Hal ini disebabkan karena
masyarakat Indonesia menganut faham Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha dimana
kepercayaan tersebut sangat kuat dengan nuansa mistik, masuknya islam dengan
tasawuf yang lebih menekankan faham mistik yang pada saat itu sedang populer
dimasyarakat Indonesia.
Masa – masa merebaknya islam di
Indonesia memang bebarengan dengan masa pertumbuhan dan perkembangan tarekat di
dunia islam pada umumnya. Bahkan islam Indonesia sampai sekarang masih diliputi
dengan sikap – sikap sufistik dan kegemaran pada berbagai hal yang mengandung
keramat. Perkembangan tasawuf semakin semarak dengan hadirnya para tokoh
tasawuf dan tarekat yang turut berjasa dalam perkembangan agama islam di
Indonesia. Adapun para penyebar islam di jawa yaitu Walisongo, mereka
ialah:
a.
Maulana Malik Ibrahim
b. Sunan Ampel
c.
Sunan Bonang
d. Sunan Derajat
e.
Sunan Giri
f.
Sunan Kalijaga
g. Sunan Kudus
h. Sunan Muria
i.
Sunan Gunungjati
Demikian perkembangan tarekat,
membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan islam. Para tokoh tasawuf dan
tarekat cukup berjasa dalam perkembangan islam di Indonesia. Dikarenakan
melalui pendekatan tasawuf islam justru diterima dengan mudah dan proses
islamisasi berjalan damai tanpa ada unsur kekerasan.
C.
Sebab Islam Cepat Berkembang
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama islam cepat
berkembang di Indonesia, yaitu:
1. Faktor Agama
Akidah islam itu sendiri dan dasar –
dasar yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat
dan martabatnya. Masyarakat diyakinkah bahwa dalam islam semua lapisan
masyakarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan
Allah kecuali takwanya. Oleh karenanya semua lapisan masyarakat dapat saling
hidup rukun, bersaudara, gotong royong, menghargai, mengasihi bersikap adil,
sehingga toleransi islam merupakan ciri utama bangsa ini yang dikenal dunia
sampai sekarang.
2. Faktor Politik
Faktor politik diwarnai oleh
pertarungan dalam negeri antara negara – negara dan penguasa – penguasa
Indonesia, seta oleh pertarungan negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya
yang beragama Hindu. Hal ini mendorong para penguasa, bangsawan dan penjabat di
negara bagian tersebut untuk menganut agama islam, yang dipandang mereka
sebagai senjatah ampuh untuk melawan kekuatan Hindu, agar mendapat dukungan
kuat dari seluruh lapisan masyarakat.
3. Faktor Ekonomis
Faktor ekonomis, yang pertama
diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalur laut, baik antar pulau
Indonesia sendiri, maupun yang melampaui prairan Indonesia ke Cina, India, dan
Teluk Arab/Persia yang merupakan pendukung utamanya karena yang telah
memberikan keuntngan yang tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang
besar bagi pelabuhan – pelabuhan yang disinggahi, baik menyangkut barang yang
masuk ataupun yang keluar. Ternyata orang – orang yang terlibat dalam
perdagangan itu bukan hanya pedagang tetapi di antara meraka terdapat penguasa
negara- negara bagian, penjabat negara dan kaum bangsawan. Demikianlah
perdagangan anatar pulau Indonesia berjalan sangat pesat, sehingga islam
berhasil mencapai Irian atau Papua, sementara orang – orang Hindu bertahan di
Bali dan Lombok Barat.
D.
Kesultanan Islam Diluar Indonesia
1. Kesultanan Malaka
Kesultanan ini terletak di
semananjung Malakaa. Islam di Malaka berasal dari kesultanan Samudra Pasai.
Pendiri kesultanan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran Majapahit.
Parameswara menikahi puri sultan Samudra Pasai dan kemudian masuk Islam.
Kesultanan Malaka mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar
Syah pada tahun 1445 – 1459.
Kerajaan Malaka menjadi maju dalam
prdagangan karena Malaka sebagai kota pelabuhan yang dikunjungi banyak pedagang
sebagai pusat transit perdagangan di wilayah Asia Tenggara. Sebagai kota dagang
yang ramai dikunjungi oleh pedagang asing, kota pelabuhan Malaka memberi
kesempatan kepada para pedagang asing untuk membuka perwakilan pedagang di kota
Malaka. Disamping menjalankan dagang untuk mmperoleh keuntungan, mereka juga
dapat mengenal dari dekat cara hidup orang – orang muslim di Malaka nagi yang
berminat mendapat kesempatan untuk mempelajari agama islam dan kemudian
memeluknya.
Adapun sultan – sultan Malaka adalah
1. Parameswara (Megat Iskandar Syah)
(1402-1424)
2. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sri Parameswara Dewa Syah
(1444-1446)
4. Sultan Muzaffar Syah (1446-1459)
5. Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah
(1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1528)
Kesultanan ini runtuh ketika
Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada tahun 1511. Peninggalan sejarah
kesultanan Malaka berupa mata uang yang merupakan peningglan dari akhir abad
ke-15 dan benteng A-Farmosa yang merupakan bukti penaklukan Malaka oleh
Portugis.
2. Kesultanan Islam Pattani (abad ke-15
M)
Kehadiran islam di Pattan di mulai
dengan kedatangan Syaikh Said, mubaligh dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan
raja Pattani bernma Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa
(1486-1530 M) beragama Budha, kemudian masuk islam dan bergelar sultan Islamil
Syah. Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan,
terutama bagi pedagang dari Cina dan India. Kejayaan Pattani berakhir setelah
dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peningglan sejarah Pattani berupa nisan
kubur yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudra
Pasai.
3. Kesultanan Brunei Darus Salam
Raja Brunei pertama adalah Awang
Betatar yang tertarik menerima islam dan mengganti namanya menjadi Sultan
Muhammad Syah. Lalu seluruh keluargan istana masuk islam, termasuk putranya
yang kelak menggantikannyamenjadi Sultan kedua, yaitu Sultan Ahmad.
Pada tahun 1511 M, kerajaan Malaka
jatuh ketangan Portugis. Maka atas kekosongan ini Brunei mengambil alih menjadi
pusat penyebaran islam dan perdagangan di pulau Melayu. Di pemerintahan Sultan
Bolkiah (1473-1521 M), Sultan Brunei ke-5, Brunei berkembang menjadi suatu
kerajaan yang kuat dan maju. Sultan Bolkiah gemar mengadakan ekspedisi
pelayaran hingga diberi gelar Nahkoda Ragam.
Brunei merdeka sebagai negara islam
di bawah pimpinan Sultan ke-29, yaitu Sultan Hasanal Bolkiah Muizaddin
Waddaulah. Panggilan resmi kenegaraan Sultan adalah Kebawah Duli Yang Maha
Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Dipertuan Negara. Gelar Muizaddin
Waddaulah (Penata Agama dan Negara) merupakan ciri sebutan yang selalu melekat
pada setiap rajayang memerintah Brunei. Sultan Hasanal Bolkiah sebagai sultan
yang memegang kepala Negara sekaligus Pemerintahan.
Raja – raja Brunei yang pernah
menjabat antara lain:
1. Sultan Muhammad Syah (1405-1415)
2. Sultan Ahmad (1415-1425)
3. Sultan Sharif Ali (1425-1433)
4. Sultan Sulaiman (1433-1473)
5. Sultan Bolkiah (1473-1521)
6. Sultan Abdul Kahar (1521-1575)
7. Sultan Saiful Rijal (1575-1600)
8. Sultan Syah Brunei (1600-1605)
9. Sultan Hasan (1605-1619)
10. Sultan Abdul Jalilul Akbar
(1619-1649)
11. Sultan Abdul Jalilul Jabbar
(1649-1652)
12. Sultan Muhammad Ali (1652-1660)
13. Sultan Abdul Hakkul Mubin
(1660-1673)
14. Sultan Muhyiddin (1673-1690)
15. Sultan Nassaruddin (1690-1705)
16. Sultan Hussin Kamaluddin (1705-1730)
17. Sultan Muhammad Alauddin (1730-1745)
18. Sultan Omar Ali Saifuddin I
(1762-1795)
19. Sultan Muhammad Tajuddin (1796-1807)
20. Sultan Muhammad Jamalul Alam I
(1806-1807)
21. Sultan Muhammad Kanzul Alam
(1807-1829)
22. Sultan Muhammad Alam (1825-1828)
23. Sultan Pengiran Muda Omar Ali
Saifuddin II (1829-1852)
24. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan Hasyim Jalilul Alam Aqumaddin
(1885-1906)
26. Sultan Muhammad Jamalul Alam II
(1906-1924)
27. Sultan Ahmad Tajuddin Akhzul Khairi
Waddien (1924-1950)
28. Sultan Omar Ali Saifuddin III
(1950-1967)
29. Sultan Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin
Waddaulah (1967-sekarang)
4. Kesultanan Islam Sulu (abad ke-15)
Kesultana Sulu merupakan Kesultanan
Islam yang terletak di Filiphina bagian selatan. Islam masuk dan berkembang di
Sulu melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filiphina.
Pemabawa islam d Sulu adalah Syarif Karim Al-Makdun, mubaligh Arab yang ahli
dalam ilmu pengobatan. Abu Bakar seorang dai dari Arab, menikah dengan putri
dari pangeran Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya
sebagai Sultanm
Di dalam silsilah Sultan Sulu secara
jelas dinyatakan bahwa Sayid Abu Bakar dijadikan Sultan. Hal tersebut
menunjukan bahwa penduduk Bwansa dan pemimpin – pemimpin mereka pastilah orang
tang telah memeluk agama islam dan memiliki kemampuan untukmenerima suatu
kerajaan islam di negerinya. Oleh karena itu islam diterapkan oleh Sayid Abu
Bakar baik di pemerintahan maupun di kehidupan masyarakatnya.
Parapenguasa kesultanan Sulu di
Filiphina Selatan yang dimulai seja Syarif Abu Bakar (Sultan Sayarif Al-Hasyim)
(1404-1420 M) hingga Sultan Jamalul Kiram II (1887) berjumlah 32 Sultan, diantaranya
adalah Sultan Abu Bakar (Sultan Syarif Al-Hasyim), Sultan Kamaluddin bin Syarif
Abu Bakar, Sultan Alauddin bin Syarif Abu Bakar.
5. Kesultanan Johor (abad ke-16)
Kesultanan Johor berdiri setelah
Kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis (1511 M). Sultan Alauddin Riayat
Syah membangun Kesultanan Johor sekitar tahun 1530 – 1536. Kesultanan
Johor merupakan lanjutan dari Kerajaan Melayu Malaka yang dikalahkan portugis
(1511 M). Kesultanan Johor merupakan kerajaan yang gigih mengadakan perlawanan
terhadap penjajahan Portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Johor yang ketiga,
yaitu Sultan Abdul Jalil Riayat Syah I, kerajaan ini sangat disegani penjajah.
Demikian pula pada masa pemerintahan Sultan yang keempat yaitu Sultan Abdul
Jalil Riayat II, Sultan Johor keempat ini, Kesultanan Johor mengalami masa
puncak kemegahannya. Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II, wafat pada tahun 1597 M
pada masa pemerintahan Sultan Sayid Al-Mukamil di Aceh, dan sejaman dengan
Maulana Muhammad di Banten, dan juga sejaman dengan Sunan Senopati ing Alago di
Mataram.
Adapun para Sultan Johor adalah
1. Sultan Alauddin Riayat Syah
2. Sultan Muzafar Syah
3. Sultan Abdul Jalil Riayat I
4. Sultan Abdul Jalil Riayat II
Masa kejayaan kesultanan ini terjadi
pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Kesultanan Johor
memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi bersama kesultanan Riau sehingga
disebut Kesultanan Johor-Riau. Kesultanan Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji
wafat dan wilayahnya dikuasai oleh Belanda. [3]
E.
. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI
INDONESIA
1. Kerajaan Perlak
Peureulak adalah nama suatu daerah di wilayah Aceh
Timur yang banyak ditumbuhi Kayei Peureulak atau kayu perlak. Kayu ini
sangat bagus sebagai bahan pembuatan kapal, sehingga banyak orang luar datang
untuk membeli kayu tersebut. Mereka menyebut daerah tempat pembelian dengan
nama kayu yang dihasilkan sehingga terkenal dengan nama sebutan Negeri
Perlak.
Sebagai sebuah pelabuhan perniagaan yang maju dan aman pada
abad ke-8 M perlak menjadi tempat persinggahan kapal-kapal niaga orang-orang
Arab dan Persia. Seiring dengan berjalannya waktu di daerah ini terbentuk dan
berkembang masyarakat islam terutama sebagai akibat perkawinan di antara saudagar-saudagar
muslim dengan perempuan-perempuan negeri. Perkawinan ini menyebabkan lahirnya
keturunan-keturunanmuslim dari percampuran darah antara Arab, Persia dengan
puteri-puteri perlak. Hal inilah yang kemudian menyebabkan berdirinya kerajaan
islam perlak yang pertama pada hari Selasa Satu hari malam Muharram tahun 225 H
= 840 M dengan rajanya Syed Maulana Abdul Azia Shah (pernakan anak Quraisy
dengan puteri perlak) atau yang terkenal dengan gelar Sultan Alaiddin Syed
Maulana Abdul Azis Shah.
Adapun urutan sultan yang memerintah adalah sebagai berikut:
Ø Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul
Kadir Shah Johan Berdaulat (306-310 H = 928-932 M)
Ø Sultan Makhdum Alaidin Malik
Muhammad Amin Shah Johan berdaulat (310-334 H= 932-956 M)
Ø Sultan Makhdum Alaidin Malik Shah
Johan berdaulat (334-362 H= 956-983 M)
Setelah diselingi dua penguasa pemerintahan, kerajaan perlak
kembali bersatu dibawah Sultan Makhdum Ibrahim Shah berdaulat sampai tahun 402
H=1023 M sedangkan sultan-sultan penggantinya adalah:
Ø Sultan Makhdum Aliddin Malik Mahmud Shah Johan berdaulat
(402-450 H= 1023-11059 M)
Ø Sultan Makhdum Aliddin Malik Mansyur Shah Johan
berdaulat (450-470 H= 1059-1078 M)
Ø Sultan Makhdum Aliddin Malik Abdullah Shah Johan
berdaulat (470-501 H= 1078-1009 M)
Ø Sultan Makhdum Aliddin Malik Ahmad Shah Johan
berdaulat (501-527 H= 1109-1135 M)
Ø Sultan Makhdum Aliddin Malik Mahmud Shah Johan
berdaulat (527-552 H= 1135-1160 M)
Ø Sultan Makhdum Aliddin Malik Usman Shah Johan
berdaulat (552-565 H=1160-1173 M)
Ø Sultan Makhdum Aliddin Malik Muhammad Shah Johan
berdaulat (565-592 H= 1173-1200 M)
Ø Sultan Makhdum Aliddin Abdul Jalil Shah Johan berdaulat
(592-622 H= 1200-1230 M)
Ø Sultan Makhdum Aliddin Malik Muhammad Amin Shah II
John Berdaulat (622-659 H=1230-1267 M)
Ø Sultan Makhdum Aliddin Malik Abdul Aziz Shah John
Berdaulat (622-691 H=1263-1292 M)
2. Samudra Pasai
Samudra Pasai disebut-sebut sebagai kerajaan Islam pertama
di Indonesia. Keberadaan kerajaan ini di dukung oleh adanya bukti batu nisan
kubur yang menunjukkan Raja pertama adalah Al-Malik al-Saleh yang
wafat pada bulan ramadhan 696 H atau sekitar 1297 M. Ia juga merupakan pendiri
kerajaan Samudra Pasai hal ini di ketahui dari tradisi hikayat raja-raja Pasai,
sehjarah melayu dan hasil penelitian yang dilakukan oleh para sarjana barat. Di
antara kronik Pasai dan sejarah melayu ada perbedaan sedikit tentang nama
raja-raja penerus Merah Silu.
Ada satu sumber lain yang mengatakan tentang berdirinya
Kerajaan Samudra Pasai sejak tahun 433H/1024M sedangkan pendirinya adadlah
Meurah Khair yang setelah menjadi raja bergelar MahaRAJA Mahmud Syah. Ia
memerintah sampai tahun 470H/1078M. Setelah itu pemerintahan di pegang oleh:
a.
Maharaja Mansyur Syah
(470-527H/1078-1033M)
b.
Maharaja Ghiyasyudin Syah (cucu
Meurah Khaair) (527-550 H/ 1133-1155 M)
c.
Maharaja Nuruddin (Meurah Neo)atau
Tengku Samudra atau Sultan Al-Kamil (550-607 H/ 1155-1210 M) [4]
3.
Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam didirikan pada tahun 1524 M oleh
sultan Ali Mughyat Syah. Peletakkan dasar Kerajaan Aceh Darussalam adalah Sulta
Alauddin Riayat Syah. Kerajaan ini mencapai puncak pada masa Sultan
Iskandar Muda (1608-1637 M).
Pada masa kerajaan ini, perkembangan ilmu pengetahuan semakin
maju, pada masa ini muncul tokoh-tokoh ulama seperti:
·
Syaikh Abdullah Arif (dari Arab)
·
Hamzah Al-Fanshuru (tokoh tasawuf)
·
Syamsuddin As-Sumatrani (1630 M)
·
Abdurrauf Singkel (1693 M).
3. Kerajaan Siak (islam)
Kerajaan Siak terletak di kepulauan Riau di Selat Malaka.
Raja Islam pertama adalah Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1746 M).
Kerajaan Siak, yaitu dizaman islam memiliki wilayah yang cukup luas dan
bernaung di bawah kekuasaan kerajaan siak. Kerajaan siak memiliki peran yang
sangat besar.
Raja-rajanya sebagai berikut:
Ø Sultan Abdul Jalil Ramat Syah (1723-1746 M)
Ø Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1756 M)
Ø Sultan Ismail Abdul Jalil Jamaludin Syah (1756-1766 M)
Ø Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780 M)
Ø Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Mu’azam Syah (1780-1782 M)
Ø Sultan Yahya Abdul Jalil Muzafah Syah (1782-1784 M)
Ø Sultan Sayid Syarif Ali Abdul Jalil Saifuddin (1784-1810 M)
Ø Sultan Sayid Syarif Ibrahim Abdul Jalil
Khaililuddin(1810-1815 M)
Ø Sultan Sayid Syarif Ismail Abdul Jalil Saifuddin (1815-1864
M)
Ø Sultan Sayid Syarif Qasim Syaifuddin 1 (1864-1889 M)
Ø Sultan Sayid Syarif Hasyim Saifuddin (1889-1908 M)
Ø Sultan Sayid Syarif Qasim Saifuddin II (1908-1946 M).
4.
Kerajaan Islam Palembang Darussalalam
Kesultanan palembng termasuk dalam wilayah kekuasaan
kesultanan demak. Sultan pertama pendiri kesultanan ini adalah Ki Gendeng Suro
(1539-1572 M).
Pengetahuan dan keilmuan islam berkembang pesat dengan
hadirnya ulama’ arab yang menetap di palembang. Kesulatanan palembang menjadi
bandar transit dam eksporlada karena letaknya yang strategis. Belanda menhapus
kesultanan palembang setelah berhasil mengalahkan Sutan Mahmud Badaruddin.
Peninggalan kesultanan palembang adalah Masjid Agung Palembang didirikan pada
masa Sultan Abdurrahman.
Raja-rajanya adalah:
Ø Sultan Abdurrahman Kholifatul
Mu’minin Sayidil Imam(1659-1706 M)
Ø Sultan Muhammad Mansur (1706-1714 M)
Ø Sultan Agung Qomaruddin Sri Teruno
(1714-1724 M)
Ø Sultan Mahmud Badaruddin (1724-1758
M)
Ø Sultan Mahmud Bahaudin (1776-1803 M)
Ø Sultan Mahmud Bahaudin II (1803-1813
M)
Ø Sultan Ahmad Naja muddin II
(1813-1817 M)
Ø Sultan Ahmad Naja muddin III
(1819-1821 M)
Ø Sultan Ahmad Naja muddin
P.Anom(1821-1823 M)
Ø Pangeran Kerama Jaya (1823-1825 M)
4.
Kerajaan demak
Menurut tradisi seperti yang tercantum dalam historiografi tradisional jawa,
pendiri Kerajaan Demak ialah Raden Patah. Dia adalah seorang putera raja
Majapahit dari istri Cina yang dihadiahkan kepada Raja Palembang.
Adapun nama Patah merupakan perubahan dari kata Arab Fattah yang berarti
adalah Pangeran Jinbun, tatkala dia memperdalam agama islam kepada Sunan Ampel,
dan Raden Rahmat, dia pun memperoleh gelar Fattah.
Raden Patah adalah salah satu murid Sunan Kudus yang ulung. Oleh karena itu,
tatkala ia memimpin Demak, Sunan Kuduslah yang selali mendampinginnya.
Atas nasehat Sunan Kudus, Raden Patah membuat siasat:
Menghancurkan kekuatan Portugis di
luar Indonesia.
Membuat pertahanan yang kuat di
indonesia.[5]
Adapun para Sultan Kerajaan Demak adalah:
Ø Raden Fatah (Sultan Fatah)
(1478-1518 M)
Ø Adipati Yunus (1518-1521 M)
Ø Sultan Trenggono (1521-1546 M)
Ø Sunan Prawoto (1546-1546 M)
5. Kerajaan Pajang
Kerajaan Islam Panjang
merupakan kelanjutan Kerajaan Islam Demak. Kerajaan Panjang didirikann oleh
Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Ia adalah menantu Sultan Trenggono
yang diberi kekuasaan di pajang. Setelah ia mengambil alih kekuasaan dari
tangan Aria penangsang pada tahun 1546 M, seluruh kebesaran kerajaan
dipindahkan ke pajang, dan ia bergelar Sultan Hadiwijaya.
Pada masa pemerintahan Sultan
Hadiwijaya, ia berusaha memperluas wilayah kekuasaan ke pedalaman ke arah timur
sampai ke Madiun. Setelah itu ia menaklukkan blora pada tahun 1554 M, dan
Kediri pada tahun 1577 M.
6. Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Islam Mataram
didirikan oleh Penambahan Senopati. Setelah permohonan Senopati Mataram atas
penguasa Pajang berupa pusaka kerajaan dikabulkan, keinginannya untuk menjadi
Raja sebenarnya telat terpenuhi. Sebab dalam tradisi jawa, penyerahan seperti
itu berarti penyerahan kekuasaan. Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M.
Sepeningalannya, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang yang
terkenal dengan Sultan Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M.
Sultan Seda Ing Krapyak kemudian digantikan oleh Sultan Agung yang bergelar Sultan
Agung Hanyokrokusuma Sayidin Panataagama Khalifatullah ing Tanah Jawi
(1613-1646 M).
7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan Islam Cirebon
merupakan kerajaan merupakan kerajaan Islam pertama di daerah Jawa Barat.
Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunungjati. Sunan Gunungjati diperkiran lahir
pada tahun 1448 M dan wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun. Karena
kedudukannya sebagai walisongo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja di jawa
seperti Demak dan Pajang. Setelah cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan
islam yang merdeka dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunungjati berusaha
meruntuhkan Pajajaran yang masih belum menganut ajaran islam.
Dari Cirebon, Sunan
Gunungjati mengembangkan ajaran Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Brat, seperti
Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa dan Banten.
8. Kerajaan Banten
Kerajaan Islam Banten
didirikan oleh Sunan Gunungjati. Setelah Sunan Gunungjati menaklukkan Banten
pada tahun 1525 M, ia kembali ke Cirebon, dan kekuasaanya diserahkan kepada
anaknya yaitu Sultan Hasnuddin. Hasanuddin kemudian menikahi putri Demak dan
diresmikan menjadi Panembahan Banten pada tahun 1552 M. Ia meneruskan
usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan wilayah islam, yaitu ke Lampung dan daerah
sekitarnya di Sumatra Selatan, setelah sebelumnya tahun 1527 menaklukkan
Sunda Kelapa.
9. Kerajaan Goa (Makassar)
Kerajaan Gowa awalnya
merupakan kerajaan non-Islam. Raja Goa yang mula-mula masuk islam adalah Kraeng
Tonigallo. Setelah masuk islam, ia bergelar Sultan Aluddin Awwalul Islam.
Kemudian kerajaan Goa dinyatakan sebagai kerajaan Islam Makassar pada tahun
1603. Sultan Alauddin Awwalul Islam memerintah sejak 1591-1638 M.
Pada tahun 1654-1660 M,
kerajaan Goa diperintah oleh Sultan Hasanuddin. Selama pemerintahannya, Goa
berkembang dan maju. Wilayah kekuasaannya meliputi: Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara dan pulau-pulau sekitarnya dan Sumbawa.[6]
Beberapa peninggalan
Kerajaan Makasar:
Batu Nisan Sultan Hasnuddin
Istana Raja Gowa
Benteng Sombaupu di Sulawesi Selatan
Gerbang berukir yang dipasang di
Sombaupu
Dinding-dinding yang dibangun
disekitar Ujung Pandang, Pa’nakukang dan Ujung Tana. [7]
10. Kerajaan Bugis
Kerajaan Islam Bugis
mula-mula bukan kerajaan islam. Raja Bugis yang pertama masuk islam adalah
Lamdu Sadat. Setelah ia mangkat digantikan oleh putranya bernama Apu Tanderi.
Kerajaan Bugis meliputi wajo,
sopeng, sindenrengi, tanetta, dan lain-lain. Ibukotanya adalah Lawu.
11. Kerajaan Ternate
Raja Ternate yang pertama
masuk islam adalah Raja Gapi Bugunu atas ajakan Maulana Husein. Setelah masuk
islam , maka ternate dinyatakan sebagai kerajaan islam. Raja Gapi Baguna memerintah
dari tahun 1465-1486 M setelah ia mangkat namanya dikenal sebagai Raja Marhum.
Setelah Raja Marhum meniggal,
digantikan oleh putranya yang bernama Zainal Abiddin Sultan Ternate. Pada tahun
1495 M, merantau ke Jawa belajar agama islam kepada Sunan Giri dan urusan
memerintah diserahkan kepada wakilnya.
12. Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore semasa dengan
Kerajaan Ternate. Wilayah kerajaan ini meliputi sebagian Halmahera, pantai
barat irian jaya, dan sebagian kepulauan seram. Raja Tidore yang pertama kali
masuk islam adalah Cirali Lijtu, yang kemudian berganti nama menjadi Sultan
Jamaluddin.
13. Kerajaan Bacan
Pada tahun 1521, Raja Bacan
yang memerintah negeri ini masuk Islam, namanya kemudian berganti menjadi
Sultan Zainal Abidin. Wilayah Kerajaan Bacan meliputu kepulauan Bacan,Obi,
Waigeo, Salawati dan Misool. Ketika portugis menguasau maluku, sultan-sultan
Bacan mereka paksa untuk masuk agama kristen.
14. Kerajaan Jailolo
Raja Jailolo yang pertama
kali masuk islam adalah raja yang kesembilan. Setelah masuk islam namanya
berganti dengan nama Sultan Hasanuddin. Kerajaan Islam Jailolo ini berdiri
tahun 1521. Wilayahnya meliputi sebagian Halmahera dan pesisir utara pulau
seram.
15. Kesultanan buton
Kesultanan Buton merupakan kerajaan
islam yang terletak di pulau Buton, sulawesu bagian tenggara. Kerajaan Buton
menjadi Kesultanan setelah Halu Oleo, Raja ke-6 kerajaan tersebut memeluk agama
islam.penyebaran islam secara luas dilakukan oleh Syaikh Abdul Wahid bin Syarif
Sulaiman Al-pathani, seorang ulama dari kesultanan Johor asal Pathani.
16. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di
sekitar Sungai Mahakam bagian Timur. Pada awalnya, kutai merupakan kerajaan
yang dipengaruhi ajaran Hindi dan Budha. Islam berkembang pada masa
kepemimpinan Aji Raja Mahkota (1525-1600 M). Penyebaran islam dilakukan oleh
seorang mubaligh bernama Said Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar Al-Wars.
17. Kesultanan Bima
Kesultanan Bima adalah kerajaan islam yang terletak di pulau
Sumbawa bagian timur. Kerajan Bima berubah menjadi kesultanan islam pada tahun
1620 setelah rajanya La Ka’i memeluk islam dan mengganti namanya menjadi Sultan
Abdul Khair. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682),
Kesultanan Bima menjadi pusat penyebaran islam kedua di Timur Nusantara setelah
Makassar.[8]
BAB III
PENUTUP
islam masuk ke nusantara melalui berbagai jalur, sehingga
dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang masa itu masih kuat
menganut paham lama yaitu agama Hindu, Budha bahkan animisme dan dinamisme.
Islam masuk melalui jalur perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan,
kesenian dan politik.
Masa – masa merebaknya islam di Indonesia memang bebarengan
dengan masa pertumbuhan dan perkembangan tarekat di dunia islam pada umumnya.
Bahkan islam Indonesia sampai sekarang masih diliputi dengan sikap – sikap
sufistik dan kegemaran pada berbagai hal yang mengandung keramat. melalui
pendekatan tasawuf islam justru diterima dengan mudah dan proses islamisasi
berjalan damai tanpa ada unsur kekerasan.
Islam pun cepat berkembang di Indonesia karena masyarakat
mudah menerima ajaran Islam, hal ini disebabkan apa yang diajarkan islam sama
dengan kehendak mereka atau sama dengan akal pikiran mereka, disini pula ada
faktor yang menbuat islam dapat cepat berkembang, antara lain faktor agama,
politik dan ekonomis.
Selain penyebaran islam di Nusantara ada beberapa kesultanan
islam yang berada di luar Nusantara, yaitu Kesultanan Malaka, Kesultanan
Pattani, Kesultanan Brunei Darus Salam, Kesultanan Sulu dan yang terakhir
Kesultanan Johor.
Diantara kesultanan di luar Nusantara juga terdapat beberapa
kerajaan islam yang ada di Nusantara seperti kerajaan Perlak, Samudra Pasai,
Demak, Aceh Darus Salam, Siak, Islam Palembang Darus Salam dan yang
lainnya. Kerajaan ini ikut andil dalam penyebaran islam di Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Karim. Sejarah pemikiran dan peradaban islam.(Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher,2007)
Samsul
Munir Amin.Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta: Amzah.2010)
Mundzirin
Yusuf, dkk. Sejarah Peradaban Islam di Indonesis (Yogyakarta: PUSTAKA
2006)
[1] Samsul
Munir Amin.Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta: Amzah.2010).hlm.301-302
[2] Samsul
Munir Amin.Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta: Amzah.2010).hlm.302-308
[3]
Ibid.....hlm.310-330
[4] Mundzirin
Yusuf, dkk. Sejarah Peradaban Islam di Indonesis (Yogyakarta: PUSTAKA
2006)
[5]
Ibid....hlm.76-78
[6] Samsul
Munir Amin.Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta: Amzah.2010).hlm.336-341
[7] Abdul
Karim. Sejarah pemikiran dan peradaban islam.(Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher,2007)
[8] Samsul
Munir Amin.Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta: Amzah.2010).hlm.341-343
Tidak ada komentar:
Posting Komentar