KONSTRIBUSI ISLAM TERHADAP ILMU
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Disusun oleh:
Nisrokhah (2021113219)
Eli Fitriani (2021113222)
JURUSAN TARBIYAH PAI KELAS G
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peradaban Islam memang mengalami jatuh-bangun, berbagai peristiwa
telah menghiasi perjalanannya. Meski demikian, orang tidak mudah untuk begitu
melupakan peradaban emas yang berhasil ditorehkannya untuk umat manusia ini.
Pencerahan pun terjadi di segala bidang dan di seluruh dunia. Andalusia, yang
menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah melahirkan ribuan
ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan iptek
yang dibangun kaum muslimin.
Sejarah Islam membuktikan banyaknya para cendikiawan Muslim yang
banyak memberikan Kontribusi dalam pengembangan ilmu di percaturan ilmu
pengetahuan dunia. Yang ilmunya tidak kalah dengan para ilmuwan barat, yang keberadaannya
tidaklah sepopuler ilmuwan barat.
Pada abad pertengahan hidup para pakar-pakar cendikiawan muslim
seperti Ibnu Sina yang terkenal dengan bukunya Qanun Fi Attib (the Canon) yang
disebut-sebut sebagai inspirator utama kebangkitan barat dalam ilmu kedokteran,
selain itu Islam juga mengenal Penemu Gaya Gravitasi Al-Biruni, Bapak Sosiologi
Politik Ibnu Khaldun, Jabir ibnu Hayyan sebagai penemu Ilmu Kimia), Ibnu Rusyd (perintis
ilmu jaringan tubuh), dan lain-lain.
Saat ini banyak hal yang telah dapat dinikmati dan kita gunakan
dari hasil pemikiran para tokoh-tokoh muslim terdahulu, baik di bidang
kesehatan, politik, sosial, budaya, keilmuan dan lain sebagainya. Hasil
pemikiran mereka tidak kalah dengan apa yang dihasilkan oleh para
pemikir-pemikir barat, bahkan banyak ilmuan-ilmuan barat yang justru mengambil
hasil fikiran para pemikir-pemikir muslim dan dianggap menjadi hasil produk
pemikiran mereka.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan
masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa konstribusi Islam terhadap Ilmu
?
2.
Sebutkan Para
cendekiawan Muslim ?
3.
Sebutkan apa saja
temuan Intelektual muslim ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Filsafat Seruan Islam
Filsafat
Islam muncul sebagai imbas dari gerakan penerjemahan besar-besaran dari
buku-buku peradapan Yunani dan peradaban-peradaban lainnya pada masa kejayaan
Daulah Abbasiyah, dimana pemerintahan yang berkuasa waktu itu memberikan
sokongan penuh terhadap gerakan penerjemahan ini, sehingga para ulama
bersemangat untuk melakukan penerjemahan dari berbagai macam keilmuan yang
dimiliki peradaban Yunani kedalam bahasa Arab, dan prestasi yang paling
gemilang dari gerakan ini adalah ketika para ulama berhasil menerjemahkan ilmu
filsafat yang mejadi maskot dari peradaban Yunani waktu itu, baik filsafat
Plato, Aristoteles, maupun yang lainnya.
Sebenarnya,
gerakan penerjemahan sendiri dimulai semenjak masa Daulah Umayyah atas perintah
dari Khalid bin Yazid Al-Umawî untuk menerjemahkan buku-buku kedokteran, kimia
dan geometria dari Yunani, akan tetapi para Ahli Sejarah lebih condong bahwa
gerakan ini benar-benar dilaksanakan pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah
saja, dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Al-Manshur (136-158 H)
hingga masa pamerintahan AL-Ma'mun (198-218 H) , dimana penerjemahan ini tidak
terbatas pada beberapa bidang keilmuan saja,akan tetapi meliputi berbagai
cabang keilmuan sehingga kita bisa melihat lahirnya para ilmuan besar pada masa
ini, contohnya Al-Kindi (155-256 H) seorang filosof besar yang menguasai
beraneka bidang keilmuan, seperti matematika, astronomi, musik, geometri,
kedokteran dan politik, disamping nama-nama besar yang muncul setelahnya, sebut
saja Ar-Razi, Ibn Sina (370-428 H), Al-Farabi (359-438 H) dan yang lainnya.
Sebagaimana
kajian Islam mengambil berbagai tema untuk bahan kajian tentang logika, etika,
politik, metafisika dan lainnya, yang telah lebih dulu dikaji oleh bangsa
Yunani, sehingga sangat dimungkinkan bahwa kajian-kajian filsafat islam dalam
tema-tema ini dipengaruhi oleh filsafat Yunani, akan tetapi sesungguhnya
filsafat Islam dalam beberapa sisi secara independen memiliki karakteristik
yang berbeda dari filsafat Yunani. Filsafat Islam bukanlah filsafat
Aristotelian yang tertulis dalam bahasa Arab ataupun filsafat Platonisme. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari upaya ahli kalam dari kelompok Mu'tazilah maupun
Asyâ’irah untuk menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang rasional, bahwa akal
merupakan unsur penting dalam agama ini, sehingga mereka membungkus filsafat
dalam baju keagamaan, dan dari situ mereka memahami agama Islam dengan corak
filosofis. Akan tetapi selanjutnya keinginan para filosof Islam untuk
memperlihatkan agama Islam dalam suatu gambaran rasional menyebabkan mereka
menafsirkan sebagian persoalan ke-islam-an yang bersifat ideologis (akidah)
dengan teori-teori filsafat, hal ini oleh sebagian umat islam dipandang
menyalahi cara berpikir dan akidah agama Islam, maka mulailah mereka mewaspadai
dan mengkritik para filosof Islam tersebut.[1]
B.
Ilmuan Dan Para Cendekiawan Muslim
1.
Al-kindi
: Peletak dasar filsafat Islam
Nama lengkap
Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Shabbah bin Imron bin Ismail bin Muhammad bin
al-Asy’ats bin qais al-Kindi. Tahun kelahiran dan kematian tidak diketahui
secara jelas. Yang dapat dipastikan tentang hal ini adalah bahwa ia hidup pada
masa kekhalifahan al-amin (809-813), al-Ma’mun (813-833), al-Mu’tasim
(833-842), al-Watsiq (842-847), dan al-mutawakkil (847-861).
Sejak
didirikannya Bait Al- Hikmah oleh Al-Ma’mun, Al-Kindi turut aktif dalam kegiatan
penerjemahan disamping menerjemah ia juga memperbaiki terjemahan sebelumnya.
Karena keahliannya dan keluasan pandangannya ia diangkat sebagai ahli di istana
dan menjadi guru putra khalifah al-Mutasim. Ia adalah filsuf berbangsa arab dan
dipandang sebagai filsuf muslim pertama. Diantara kelebihan al-Kindi adalah
menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum muslimin.
Al-Kindi telah
menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan saat itu. Tetapi diantara sekian banyak
ilmu ia sangat menghargai matematika karena bagi al-Kindi merupakan mukadimah
bagi siapa saja yang mempelajari filsafat. Matematika disini meliputi bilangan,
harmoni, geometri dan astronomi. Tetapi yang paling utama adalah ilmu bilangan
atau aritmatika.
2.
Ar-Razi
Nama lengkap
adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria bin Ar-Razi. Ia lahir di Rayy, di
provinsi khurasan dekat Teheran, pada tahun 864 M wafat pada usia 62 tahun
yaitu pada 25 oktober 925 di masa muda ia menjadi money changer dan ahli
memainkan harpa. Ia juga sangst respek terhadap ilmu kimia ia belajar kepada
Ali bin Rabban ath-Thabari (808 M) seorang dokter sekaligus filusuf. Guru
inilah yang menumbuhkan minar ar-Razi terhadap kedua subjek keilmuwan tersebut
sehingga pada akhirnya dia menjadi seorang filsuf besar sekaligus seorang
dokter yang cukup ternama.
Penguasaanya
terhadap ilmu kedokteran membuat namanya sangat terkenal baik di Barat maupun
di Timur dan dipandang sebagai dokter terbesar abad pertengahan dan dokter
muslim yang tiada bandingannya. Ia dipercaya memimpin Rumah Sakit di Rayy oleh
Mansur bin Ishaq bin Ahmad bin Asad ketika ia baru menjelang usia 30 tahun, dan
kemudian mengambil alih kepimpinan Rumah Sakit di Baghdad.
Karya ilmiah
dan filsafat ar-Razi sangat banyak dalam outobiografinya ia menyatakan menulis
200 buah judul buku yang didalamnya termuat berbagai macam ilmu pengetahuan
kecuali matematika. Beberapa karya monumentalnya Ath-Thibb ar-Ruhany,
Ash-Shirat al-Falsafah, kitab al-Lahzhah, kitab al-Ibn al-Ilahy, asy-Syuker
‘ala Proclus, dan sebagainya.
3.
Al-farabi
Abu nashr muhammad
bin muhammad bin tarhan bin auzalagh al farabi atau yang biasa dikenal dengan
al-farabi lahir di wasij, sebuah dusun kecil dikota farab, sekitar tahun 890.
Dia berasal dari keluarga bangsawan militer turki.
Al-farabi
melewatkan masa remajanya di farab. Dikota yang mayoritas mengikuti madzhab
syafiiyah inilah al farabi menerima pendidikan dasarnya, yaitu al-qur’an, tata
bahasa, kesustraan, ilmu-ilmu agama (fiqih, tafsir dan ilmu hadis) dan
aritmatika dasar. Setelah menyelesaikan studi dasarnya ia pindah ke bukhara
untuk melanjutkan studinya. Saat ia di Bukhara dinasti samaniyah dibawah
pemerintahan Nashr bin Ahmad (874-892). Munculnya dinasti ini menandai
munculnya budaya Persia dalam Islam.
4.
Ibnu
Sina: perintis filsafat modern
Abu Ali
al-Husayn bin Abdullah bin Sina (980-1037) atau biasa dikenal dengan ibnu Sina
atau Avicenna (bahasa Latin yang terdistorsi dari bahasa Hebrew Aven Sina)
adalah seorang ensiklopedis, filsuf, fisiologis, dokter, ahli matematika,
astronomer dan sastrawan. Di beberapa tempat lebih dikenal sebagai sastrawan
daripada filusuf. Dia adalah ilmuwan dan filsuf muslim yang sangat terkenal dan
salah seorang ilmuwan dan filsuf terbesar
sepanjang masa. Dia lahir di Afsanah, Bukhara, Transoxiana (Persia
Utara). Dia mengajar kedokteran dan filsafat di Isfahan kemudian tinggal di
Teheran. Ia meninggal di usia 57 tahun dan diakhir hayatnya ia menjadi guru
filsafat dan dokter di Isfahan. Ajaran filsafatnya yaitu tetangLogika, Psikologi,
dan metafisika.
5.
Al-ghazali
Abu Hamid
Muhammad Al-Ghazali lahir pada tahun 1059 M di Ghazaleh suatu kota kecil yang
terletak di dekat Tus di Khurasan. Di masa mudanya ia belajar di Nisyapur dan
khurasan, yang pada waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan yang
penting di dunia Islam. Ia kemudian menjadi murid Imam Al-Haramain al-Juwaini,
Guru Besar di Madrasah al-Nizam Nisaypur. Diantara matapelajaran-matapelajaran
yang diberikan di Madrasah ini ialah : teologi, hukum Islam, falsafat, logika,
sufisme, dan ilmu-ilmu alam.
6.
Ibnu
Rusyd
Abu Ya’la al-Walid
Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd (1126-1198) yang dikenal dengan
sebutan ibnu Rusyd atau Averroes adalah filsuf muslim barat terbesar di abad
pertengahan adalah pendiri pikiran merdeka sehingga memiliki pengaruh yang
sangat tinggi di Eropa.
Ibnu Rusyd merupakan
komentator besar karya-karya aristoteles namun perhatian intelektualnya yang
vital dalam konteks pikiran filsafat Islam diabaikan.
Ia lahir di
Cordova, ibukota Andalusia. Dia juga menjadi seorang dokter dan astronomer
tetapi dia lebih dikenal sebagai filsuf.[2]
7.
Ibnu
Thufail
Ia adalah abu
bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail dilahirkan di wadi Asy dekat
Granada, pada tahun 506 H/1110 M. Kegiatan ilmuahnya meliputi kedokteran,
kesusteraan, matematika dan filsafat. Ia menjadi dokter dikota tersebut dan
berulangkali menjadi penulis penguasa negerinya. Setelah terkenal ia menjadi
dokter pribadai Abu Ya’qub Yusuf al-Mansyur, khalifah kedua dari Daulat
Muwahhidin. Dari al-Mansyur ia memperoleh kedudukan yang tinggi dan dapat
mengumpulkan orang-orang pada masanya di istana khalifah itu, diantaranya ialah
Ibnu Rusyd yang diundang untuk mengulas buku-buku karangan Aristoteles.
8.
Ibnu
Bajjah
Ia adalah abu
bakar Muhammad bin Yahya yang terkenal dengan sebutan Ibnus-Shaigh atau Ibnu
Bajjah. Orang-orang eropa pada abad-abad pertengahan menamai ibnu bajjah dengan
“Avempace” sebagaimana mereka menyebut nama-nama Ibnu Sina, Ibnu Gaberol, Ibnu
Thufail dan Ibnu Rusyd masing-masing dengan Avicenna, Avicebron, Abubacer, dan
Averros.
Ibnu Bajjah
dilahirkan di Saragosta pada abad ke-11 Masehi. Tahun kelahirannya yang pasti
tidak diketahui demikian masa kecilnya dan mudanya. Sejauh yang dicatat para
sejarah ibnu bajjah hidup di Serville, Granada dan Fas menulis beberapa risalah
tentang logika di kota serville pada tahun 1118 M, dan meninggal dunia di Fas
pada tahun 1138 M ketiaka usianya belum begitu tua.[3]
C.
Penemuan Ilmu Dan Teknologi Modern Dikalangan Intelektual Muslim
Cendekiawan-cendekiawan islam bukan hanya menguasai ilmu
pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku yunani, tetapi
menambah kedalam hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam
lapangan filsafat. Dengan demikian muncullah ahli-ahli ilmu pengetahuan dan
filsuf-filsuf islam.filsuf-filsuf islam sebagaimana filsuf-filsuf yunani, bukan
hanya mempunyai sifat filsuf tetapi juga sifat ahli ilmu pengetahuan. Karya
mereka bukan hanya terbatas dalam bidang filsafat tetapi juga meliputi bidang
ilmu pengetahuan.[4]
a.
Bidang
Agama
Kemajaun di
bidang agama antara lain dalam beberapa bidang ilmu, yaitu ulumul quran, ilmu
tafsir, hadis, ilmu kalam, bahasa dan fiqh.
1.
Fiqh
:
Pada masa
dinasti Abassiyah lahir para tokoh bidang fiqh dan pendiri mazhab antara lain
sebagai berikut :
1)
Imam
Abu Hanifah (700-767 M)
2)
Imam
Malik (713-795 M)
3)
Imam
Syafi’i (767-820 M)
4)
Imam
Ahmad bin Hanbal (780-855 M)
2.
Ilmu
Tafsir
Perkembangan
ilmu tafsir pada masa pemerintahan Abbasiyah mengalami kemajuan pesat. Diantara
para tafsir pada masa dinasti Abbasiyah adalah :
1)
Ibnu
Jarir Ath-Thabrani
2)
Ibnu
Athiyah Al-Andalusia
3)
Abu
Muslim Muhammad bin Bahar Isfahan.
3.
Ilmu
Hadis
Diantara para ahli hadis pada masa Dinasti Abbasiyah adalah
1)
Imam
Bukhari (194-256 H) karyanya Shahih Al-Bukhari.
2)
Imam
Muslim (w. 216 H) karyanya shahih Muslim
3)
Ibnu
Majah karyanya Sunan Ibnu Majah
4)
Abu
Dawud karyanya Sunan Abu Ddawud
5)
Imam
An-Nasau karyanya Aunan An-Nasai
6)
Imam
Baihaqi.
4.
Ilmu
Kalam
Kajian para
ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga neraka serta
perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid menghasilkan suatu ilmu yaitu ilmu
kalam atau teologi. Diantara tokoh ilmu kalam adalah :
1)
Imam
Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi tokoh Asy’ariyah.
2)
Washil
bin Atha, Abul Huzail Al-Allaf (w. 849 M) tokoh Mu’tazilah
3)
Al-Juba’i.
5.
Ilmu
Bahasa
Bahasa Arab
dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan di samping sebagai alat komunikasi
antabangsa. Diantara para ahli ilmu bahasa adalah
1)
Imam
Sibawaih (w. 183 H) karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1000 halaman.
2)
Al-Kiasi
3)
Abu
Zakaria Al-Farra (w.208 H) kitab Nahwunya terdiri dari 6000 halaman lebih.
b.
Bidang
Umum
Berkembang
dalam kajian bidang Filsafat, logika, metafisika, metematika, ilmu alam,
geometri, aljabar, aritmatika, mekanika, musik, kedokteran, kimia, sejarah dan
sastra.
1.
Filsafat
Kajian filsafat
mencapai puncaknya pada masa daulah Abbasiyah diantaranya dengan penerjemahan
filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Para filusuf Islam antara lain:
1)
Abu
Ishaq Al-Kindi (809-873 M) karyanya lebih dari 231 judul
2)
Abu
Nasr Al-Farabi (961 M) karyanya lebih dari 12 buah buku. Ia memperoleh gelar
Al-Mualimuts Tsani (the second teacher) yaitu guru kedua sedangkan guru pertama
bodang filsafat adalah Aristoteles.
3)
Ibnu
Sina terkenal dengan Avicenna (980-1037 M) ia seorang filsuf yang menghidupkan
kembali filsafat Yunani Aliran Aristoteles dan Plato. Selain filsuf Avicenna
juga seorang dokter istana kenamaan. Diantara bukunya yang terkenal adalah
Asy’Syifa dan Al-Qanun fi Ath-Thib (Canon of Medicine).
4)
Ibnu
Bajah (w. 581 H)
5)
Ibnu
Tufail (w. 581 H) penulis buku novel filsafat Hayy bin Yaqdzan
6)
Al-Ghazali
(1058-1111 M) julukannya Al-Hujjatul Islam. Karyanya antara lain : Maqasid
Al-Falasifah, Al-Munqid Minadh Dhalal, Thaful Al-Falasifah, dan Ihya Ulumuddin.
7)
Ibnu
Rusyd di Barat dikenal dengan Averros seorang filsuf, dokter, dan ulama.
Karyanya antara lain : Mabadi Al-Falasifah, Tahafut At-Tahafut Al-Falasifah,
Al-Kuliah fi Ath-Thibb dan Bidayah Al-Mujtahid.
2.
Ilmu
kedokteran
Diantara ahli kedokteran ternama adalah
1)
Abu
Zakaria Yahya bin Mesuwaih (w. 242 H) seorang ahli farmasi di rumah sakit
Jundhisapur Iran.
2)
Abu
Bakar Ar-Razi (rhazes) (864-932 M) dikenal dengan “Galien Arab”
3)
Ibnu
Sina (Avicenna ) karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun fi Ath-Thib tentang
teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat-obatan yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa Canon op Medicine.
4)
Ar-Razi
adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles, ia
adalah penulis buku mengenai kedokteran anak.
3.
Matematika
Terjemahan dari
buku-buku asing ke dalam bahasa Arab menghasilkan karya dalam bidang matematika.
Di antara ahli matematika islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, ia adalah
pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka nol.
Sedangkan angka latin : 1,2,3,4,5,6,7,8.9.0 disebut angka Arab kerena diambil
dari Arab. Sebelumnya dikenal angka Romawi I,II,III,IV,V dan seterusnya. Tokoh
lain adalah Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Al-Abba (940-998)
terkenal sebagai ahli ilmu matematika.
4.
Farmasi
Diantara ahli
farmasi pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar kayanya yang terkenal
adalah A-Mughni (berisi tentang obat-obatan), Jami Al-Mufradat Al-Adawiyah
(berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
5.
Ilmu
Astronomi
Kaum muslimin
mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi dari berbagai bangsa
seperti bangsa Yunani, India, Persia, Kaldan dan Ilmu Falak Jahiliah. Diantara
ahli astronomi islam adalah:
1)
Abu
Mansur Al-Falaki (w. 272 H) karyanya yang terkenal adalah Isbat Al-Ulum dan
Hayat Al-Falak
2)
Jabir
Al-Batani (w. 319 H) ia adalah pencipta teropong bintang pertama karyanya yang
terkenal adalah kitab Ma’rifat Mathiil Baruj Baina Arbai Al-Falak
3)
Raihan
Al-Biruni (w. 440 H) karyanya At0Tafhim li Awal As-Sina At-Tanjim.
6.
Geografi
Dalam bidang
ini umat Islam sangat Maju kerena sejak semula bangsa Arab merupakan bangsa
pedangang yang biasa menempuh jarak jauh untuk berniaga. Diantara wilayah
pengembaraan umat islam adalah umat Islam mengembara ke Cina dan Indonesia pada
masa-masa awal kemunculan Islam. Diantara tokoh-tokoh geografi yang terkenal adalah
1)
Abu
al-Hasan Ali Mas’ud adalah seorang pengembara yang mengadakan perjalanan sampai
Persia, India, Srilanka, Cina dan penulis buku Maruj Az-Zahab wa Ma’adin
Al-Jawahir.
2)
Ibnu
Khurdazabah ((820-913 M) berasal dari Persia yang dianggap sebagai ahli geografi
Islam tertua. Diantara karyanya adalah Masalik wa Al-Mamalik, tentang
data-data penting mengenai sistem pemerintahan dan peraturan keuangan.
3)
Ahmad
El-Yakubi penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan sampai ke Armenia, Iran,
India, Mesir, Maghribi dan menulis buku Al-Buldan.
4)
Abu
Muhammad Al-Hasan Al-Hamdani (w. 334 H/946 M) karyanya berjudul Sifatu Jazirah
Al-Arab.
7.
Bidang
Sastra
Dalam bidang
sastra Baghdad merupakan kota pusat seniman dan sastrawan. Para tokoh sastra
antara lain :
1)
Abu
Nuwa salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita humornya
2)
An-Nasyasi
penulis buku Alfu Lailah wa Lailah (The Arabian Night ), adalah buku cerita
sastra seribu satu malam yang sangat terkenal dan diterjemahkan kedalam hampir
seluruh bahasa dunia
8.
Bidang
Sejarah
Di masa dinasti
Abbasiyah muncul tokoh-tokoh sejarah seperti :
1)
Ahmad
bin Al-Ya’kubi (w. 895 M) karyanya adalah Al-Buldan (negeri-negeri), At-Tarikh
(sejarah).
2)
Ibnu
Ishaq
3)
Abdullah
bin Muslim Al-Qurtubah (w. 889 M), penulis Al-Imamah wa As-Siyasah,
Al-Ma’rifat, Uyunul Ahbar,dan lain-lain.
4)
Ibnu
Hisyam
5)
Ath-Thabrani
(w. 923 M) penulis buku kitab Al-Umam wa Al-Muluk
6)
Al-Maqrizi
7)
Al-Baladzuri
(w. 892 M) penulis buku-buku sejarah.[5]
9.
Bidang
Sains Dan Teknologi Modern
Iran tercatat
sebagai negara ke-14 dalam teknologi energi nuklir, negara ke-7 dalam kemampuan
menghasilkan uranium hexafluoride (UF6) dan negara ke-6 yang mempu merancang
peralatan fusi nuklir. Seorang saintis iran, Ali Javan berhasil menemukan laser
gas pertama pada tahun 1960 dengan meneruskan studi optik yang diwariskan oleh
Ibn Al-Haitsam, ilmuan Muslim abad 11 M. Sekarang iran telah memproduksi
berbagai jenis laser untuk memenuhi kebutuhan medis dan industri. Salah satu
terapan sains fisika dan meteriel yang mendapatkan perhatian besar adalah
nanoteknologi. Seperti yang dikemukakan oleh Dr. Abdolreza Simchi, saintik
nanoteknologi Iran mendapatkan penghargaan sebagai Distinguisted researcher
(peneliti terkemuka) oleh presiden mahmoed Ahmadinejad. Nanoteknologi adalah
sebuah disiplin baru dan interdisipliner dimana saintik dapat merekayasa atom
dan molekol dalam skala nano yakni 50 ribu lebih halus dari sehelai rambut
manusia. Iran juga membangun sains komputer dan robotika dan meluncurkan super
komputer pertama pada tahun 2001. Dan seorang sarjana matematika Iran, Lotfi A.
Zadeh mengembangkan suatu logika baru yang berbeda dengan logika tradisional
(diperkenalkan oleh Aristoteles) teoti ini disebut “fuzzy set theory (teori
himpunan fuzzy)” yang menjadi basis perumusan fuzzy logic (logika fuzzy). Ahli
bedah iran juga menemukan teknik pembedahan syaraf otak dan menurunkan resiko
kematian para korban dan teknik ini menjadi prosedur standar di dunia medis
sekarang.transplantasi organ vital seperti ginjal, jantung, liver dan paru-paru
rutin dilakukan para dokter iran sejak dasawarsa 1990. Pada tahun 2009 iran
berhasil mengembangkan paru-paru buatan. Pada tahun 2006 ahli bioteknologi iran
telah memproduksi dan mengirim CinnoVex ke pasar internasional dan pada tahun
2012 berhasil memproduksi 15 obat antikanker monoklon yang selama ini hanya
bisa diproduksi 2 atau 3 perusahaan farmasi barat.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konstribusi islam terhadap ilmu terjadi
perkembangan yang cukup signifikan pada abad pertengahan yaitu sekitar abad ke
12 dan 13, terdapat karya-karya Muslim tentang sains, filsafat, dan
bidang-bidang lain telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin, terutama dari
bahasa Spanyol dan memperkaya kurikulum barat. Konstribusi muslim terhadap
filsafat sangat mempengaruhi ilmu pengetahuan modern.
Filsafat yang awalnya dibawa oleh yunani, kemudian dipelajari oleh para
cendekiawan muslim dan para cendekiawan muslim memadukan antara rasio (akal)
dengan agama. Selanjutnya para cendekiawan muslim mendapatkan penemuan-penemuan
yang mengagumkan dalam bidang pengetahuan. Mereka menemukan ilmu matematika,
kimia, fisika, teknologi dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Nakosteen,Mehdi. 1995.Konstribusi Islam atas Dunia Intelektual
Barat.Surabaya. Risalah Gusti.
Amin,Samsul Munir. 2010.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta.
Amzah
Awani dkk,Ghulam Reza. 2012.Islam, Iran dan Peradaban peran dan
konstribusi intelektual iran dalam peradaban islam. Yogyakarta. RausyanFikr
Institute.
Hamdi
Ahmad zainul. 2004. Tujuh Filsuf
Muslim Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat Modern.Yogyakarta. PTLkis
Pelangi Angkasa.
http://id.wikibooks.org/wiki/Filsafat_Islam_Pasca-Ibn_Rusyd/Filsuf_Islam_Pasca-Ibn_Rusyd/Ibn_Taimiyyah, Diakses tanggal 28 Oktober 2014
[1]http://id.wikibooks.org/wiki/Filsafat_Islam_Pasca-Ibn_Rusyd/Filsuf_Islam_Pasca-Ibn_Rusyd/Ibn_Taimiyyah.
Diakses tanggal 28 oktober 2014.
[2]Ahmad zainul
hamdi, tujuh filsuf muslim pembuka pintu gerbang filsafat barat modern
(Yogyakarta: Pt Lkis Pelangi Angkasa, 2004). Hlm 45-194
[3]Ahmad
Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (jakarta: Bulan Bintang, 1999), hlm
161
[4]Samsul
Munir, Op.Cit.....Hlm 29
[5]Samsul
Munir, Ibit....Hlm 148-152
[6]Ghulam
Reza Awani dkk, Op.Cit... Hlm 344-347
Tidak ada komentar:
Posting Komentar