MEMANFAATKAN
TENAGA PENGAJAR PROFESIONAL
Mata
Kuliah : Hadits Tarbawi II
Disusun oleh :
Kartika Budi Ayu
2021113275
KELAS : PAI G
JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN )PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah,
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt.yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Memanfaatkan Tenaga Pengajar Profesional”.Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi II, semester IV Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAIN) Pekalongan tahun akademik 2015. Tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak maka, makalah ini tidak akan terselesaikan. Oleh sebab itu pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag selaku ketua STAIN
Pekalongan;
2. Bapak Drs.H.M.Muslih Husein,M.Ag selaku wakil ketua III STAIN
Pekalongan;
3. Bapak Ghufron Dimyati M.S.I selaku
dosen pengampu mata kuliah Hadits Tarbawi II;
4. Bapak dan ibu selaku kedua orang tua saya yang telah
memberikan dukungan moral, materiil serta motivasinya;
5. Segenap Staf Perpustakaan STAIN Pekalongan yang telah
memberikan bantuan referensi-referensi buku rujukan;
6. Mahasiswa Prodi PAI G yang telah memberikan bantuan,
dukungan dan motivasinya, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan moral
dan materiilnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Pekalongan, 22 Februari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah
Di era globalisasi seperti
sekarang ini, dan semakin majunya zaman, peran dari seorang pendidik yang
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, mengevaluasi, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tentu sangat penting
untuk saat ini. Selain pendidikan keluarga yang menjadi media pendidikan
pertama bagi anak, sekolah formal maupun non formal dapat menunjang proses
belajar mereka.
Seorang pendidik yang
profesional sangat diperlukan di era global ini untuk menjawab tantangan masa
depan dalam rangka menciptakan generasi-generasi penerus bangsa yang
berkualitas, yang dapat memajukan bangsa di masa yang akan datang. Kualitas
guru yang ditunjang oleh kinerja yang profesional merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan secara nasional. Seorang
pendidik akan mempersiapkan peserta didik agar mereka siap untuk menghadapi
tantangan masa depan yang semakin lama semakin berat. Apalagi di tahun 2015 ini
akan diberlakukan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dimana persaingan kerja
semakin ketat, tidak hanya bersaing dengan sesama warga Indonesia sendiri tapi
bersaing dengan masyarakat di seluruh penjuru dunia.
Disinilah peran seorang
pendidik atau pengajar profesional sangat dibutuhkan sebagai pembimbing,
pengarah, fasilitator, sekaligus sebagai orang tua kedua bagi peserta didik di
sekolah maupun Perguruan Tinggi. Dalam makalah “Hadis Tarbawi” kali ini akan
dijelaskan lebih mendalam mengenai memanfaatkan tenaga pengajar profesional
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Tenaga
pengajar atau
tenaga kependidikan. Tenaga yang dimaksud adalah tenaga profesi yang berkecimpung di tingkat
persekolahan.[1]
Secara umum,
pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara
itu secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik sesuai dengan nila-nilai ajaran Islam. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengajar atau pendidik dalam perspektif Islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik
agar mencapai kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas- tugasnya yang
berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam.[2]
Sementara
Profesi, secara etimologi profesi berasal dari istilah
bahasa Inggris profession atau bahasa Latin profecus, yang
artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan
pekerjaan tertentu. Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual.[3] Berbeda dengan profesional,
profesional mengacu pada orang yang menyandang suatu profesi atau sebutan untuk
penampilan seseorang dalam mewujudkan untuk kinerja sesuai dengan profesinya. Menurut UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen,
pengertian profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu.[4] Sedangkan profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental
dalam bentuk komitmen anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya. Sementara profesionalitas adalah suatu
sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya
serta derajat pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
tugasnya. Ketiganya memiliki arti yang berbeda-beda tapi dari suku kata yang
sama yaitu profesi.[5]
Jadi
dapat disimpulkan dari definisi diatas bahwa yang dimaksud Tenaga Pengajar Profesional
adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik, membimbing, mengarahkan melatih, menilai, dan
mengevaluasi yang berkecimpung
di dunia pendidikan, menyandang suatu profesi dan
memiliki keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu dalam mewujudkan
kinerja yang sesuai dengan profesinya.
2.
Teori Pendukung
Hadis Pendukung
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ بَيَنمَا النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِيْ مَجْلِسِ
يُحَدَّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ اَعْرَابِيٌّ
فَقَالَ مَتَي السَّا عَةَ فَمَضَي رَسُوْلُ اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدَّثُ فَقَالَ
بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضَهُمْ بَلْ لَمْ
يَسْمَعُ حَتَّى اِذَا قَضَى حَدِيْثَهُ قَالَ اَيْنَ اُرَاهُ السَّا ئِلُ عَنِ السَّاعَةِ
قَالَ هَا اَنَايَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ فَاِذَا ضَيَّعَتِ الْاَ مَانَةَ فَنْتَظِرِ
السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ اِضَاعَتُهَا قَالَ اِذَاوُسَّدَ الْاَمْرُ غَيْرَ اَهْلِهِ
فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah r.a : ketika Nabi Muhammad SAW sedang berbicara dalam sebuah
majelis, muncul seorang Arab Badui dan bertanya: “Kapankah datangnya hari
kiamat?” Rasulullah SAW melanjutkan pembicaraannya. Menurut sebagian
sahabatnya, Rasullah menyimak pertanyaan itu namun tidak hendak menjawabnya.
Beberapa sahabat yang lain mengatakan bahwa Rasulullah tidak mendengar
pertanyaan tersebut. Ketika Rasulullah SAW telah menyelesaikan pembicaraanya,
ia berkata:“Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?” orang Arab
Badui itu berkata: “Aku disini, ys Rasulullah.” Kemudian Nabi SAW bersabda:
“ketika Al-Amanah diabaikan, maka tunggulah hari itu”. Orang Arab Badui itu
bertanya lagi, “Bagaimana ia diabaikan?” Nabi SAW menjawab: “ketika kekuasaan
dipegang oleh orang-orang yang tidak cakap, maka tunggulah hari (kiamat) itu.[6]
Hadis diatas menjelaskan bahwa seorang pendidik harus memiliki keahlian
dalam bidangnya. Seorang guru dikatakan profesional apabila memiliki keahlian
dalam bidangnya. Dari hadis diatas didapatkan keterangan bahwa seorang pendidik
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Profesional mengajar harus didasarkan pada adanya
kompetensi-kompetensi pada seorang pendidik yang meliputi kompetensi
pedagoging, profesional,kepribadian dan sosial.[7]
Seorang guru dikatakan profesional menurut Suyanto (2001) mengemukakan
empat prasyarat, yaitu:
a.
Kemampuan guru mengolah atau menyiasati kurikulum
b.
Kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan
lingkungan
c.
Kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar
sendiri
d.
Kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai
bidang studi atau mata pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh.
Sedangkan ciri-ciri
profesionalitas di bidang kependidikan, menurut Westby dan Gibson (2004: 21) adalah sebagai berikut:
a.
Memiliki kualitas layanan yang diakui oleh
masyarakat
b.
Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai
landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik dalam melakukan layanan
profesinya
c.
Memerlukan persiapan yang sengaja dan sistematis,
sebelum orang itu dapat melaksanakan pekerjaan profesional dalam bidang pendidikan
d.
Memiliki mekanisme untuk melakukan seleksi sehingga
orang yang memiliki kompetensi saja yang bisa masuk ke profesi bidang
pendidikan.
e.
Memiliki organisasi profesi untuk meningkatkan
layanan kepada masyarakat.
Untuk meningkatkan
profesionalisme seorang pendidik atau pengajar harus selalu berusaha melakukan
hal-hal berikut ini:
1.
Memahami tuntutan standar profesi yang ada
2.
Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang
dipersyaratkan
3.
Membangun hubungan kerja yang baik dan luas termasuk
lewat organisasi profesi
4.
Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang
mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada siswa
5.
Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas
dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi sehingga metode
pembelajaran dapat terus diperbarui.[8]
3.
Hadits
tentang Memanfaatkan Tenaga Pengajar
Profesional Memanfaatkan Tenaga Pengajar Profesional
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ قَالَ: قَالَ دَاوُدُ حَدَّثَنَا عِكْرِمَة عَنِ ابْنِ عَبَّسٍ قَالَ: كَانَ
نَاسُ مِنَ اْلأَسْرَى يَوْمَ بَدْرٍ لَوْيَكُنْ لَهُمْ فِدَاءٌ, فَجَعَلَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِدَاءَهُمْ أَنْ يُعَلِّمُوْا أَوْلاَدَ اْلأَنْصَارِ
الْكِتَابَةَ قَالَ: فَجَاءَ يَوْمًا غُلاَمٌ يَبْكِى إِلَى أَبِيْهِ, فَقَالَ : مَاشَأْنُكَ.
قَالَ ضَرَبَنِي مُعَلِّمِي قَالَ: الخَبِيْثُ ايَطْلُبْ بِذَحْلِ بَدْرٍ وَالله ُ
لاَتَلأْتِيْهِ أَبَدًا (رواه احمد فى المسند, من مسند بنى هاشم, بداية مسند عبد الله
بن عباس)
Ali bin Hasyim mencerminkan
kepada kami, ia berkata : Daud berkata, Ikrimah menceritakan kepada kami, dari
Ibnu Abbas, ia berkata “ ada sejumlah orang diantara para tawanan perang badar
yang tidak mempunyai tebusan, lalu Rasulullah SAW menetapkan tebusan mereka
dengan cara mengajarkan tulisan kepada anak – anak Kaum Anshor. Suatu hari,
seorang anak menemui ayahnya sambil anak itu menangis, maka sang ayah bertanya,
“ ada apa denganmu?” anak itu menjawab, “pengajarku telah memukulku”. Sang ayah, pula berkata si
buruk itu, ia telah menuntut ( balas ), dengan bekas perang badar!” demi Allah jangan
lagi, kau mendatanginya. (HR. Ahmad
dalam Al-Musnad)
Arti mufradat
Tebusan
|
فِدَاءٌ
|
Anak – anak kaum anshar
|
أَوْلاَدَ
اْلأَنْصَارِ
|
Menangis
|
يَبْكِى
|
Mengajar
|
يعلموا
|
Menulis
|
الكتبابة
|
Jelek
|
الخبيش
|
Dendam
|
بذحل
|
Jangan datang
|
للتاءتيه
|
Perang Badar
|
يوم بدر
|
Memukulku
|
ضَرَبَنِي
|
4.
Refleksi dalam kehidupan
Dalam hadis diatas menerangkan bahwa seorang
pendidik yang memiliki tanggung jawab mendidik,
membimbing, mengarahkan melatih, menilai, dan mengevaluasi
terhadap anak didiknya memiliki peranan yang sangat besar terhadap
keberlangsungan dunia pendidikan untuk menciptakan generasi-generasi penerus
bangsa yang berkualitas dalam menjawab tantangan masa depan yang kian lama kian
kuat.
Ditambah sekarang ini arus globalisasi semakin
mendarah daging di semua kalangan, semakin majunya teknologi yang beraneka
macam dan bentuk telah memengaruhi anak-anak bangsa sekarang, misalnya dahulu
belum ada internet, sekarang sudah ada internet yang bisa menjadikan anak-anak
didik dengan mudah mengakses segala macam informasi yang ada di seluruh dunia.
Teknologi pastinya memiliki dampak positif dan negatif bagi anak, akan tetapi
bagi anak-anak yang memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi lebih berdampak
negatif bagi mereka. Berdampak positif dan negatif tergantung kepada diri kita
sendiri, jangan sampai kita dikuasai oleh teknologi, tapu harus kita yang bisa
menguasai teknologi. Dalam era global ini kita harus pandai memfilter
informasi, yang baik kita contoh dan yang tidak baik kita tinggalkan.
Dari
contoh diatas, disitulah peran pendidik profesional sangat dibutuhkan, seorang
pendidik yang berkualitas dan berkompeten dalam bidangnya akan membantu peserta
didik dalam mengendalikan diri di era global seperti sekarang ini, seorang pendidik profesional akan mengetahui cara-cara agar
peserta didik tetap menguasai teknologi untuk hal-hal yang positif, misalkan
memberikan tugas berbentuk file yang dikumpulkan menggunakan e-mail, facebook,
atau jejaring sosial lainnya, mencari artikel di internet, atau mencari
informasi pengetahuan dari e-book jika peserta didik susah untuk mencari di
perpustakaan, hal-hal semacam itu bermanfaat bagi peserta didik, selain mereka
mendapatkan pengetahuan peserta didik juga dapat mengaplikasikan teknologi
terkini.
5.
Aspek
Tarbawi
Dari berbagai penjelasan didapatkan
beberapa nilai tarbawinya:
1.
Sebagai seorang pendidik yang
memiliki tanggung jawab besar diharapkan memiliki sikap profesional dalam
bekerja
2.
Seorang pendidik harus bisa
menguasai segala materi yang akan diberikan kepada peserta didik
3.
Seorang pendidik harus memiliki
keterampilan, stretegi belajar mengajar yang menarik agar menarik minat belajar
peserta didik, sehingga peserta didik tidak merasa bosan
4.
Seorang pendidik yang juga
merupakan orang tua kedua di sekolah maupun perguruan tinggi harus mendidik
peserta didik dengan kasih sayang, tidak dengan kekerasan ataupun ringan tangan
5.
Seorang pendidik harus bisa
menguasai teknologi dan selalu mengupdate informasi-informasi terkini agar
dapat mengetahui perkembangan peserta didiknya dan mengarahkan ke arah yang
baik bagi peserta didiknya dalam menggunakan teknologi sekaligus memfilter
segala informasi yang didapatkan
6.
Seorang pendidik yang profesional
harus tetap mencontoh teladan sejati yaitu Rosulullah SAW, pendidik terbaik dari
tutur kata dalam mendidik sampai memperlakukan peserta didiknya dengan baik dan
benar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tenaga Pengajar Profesional adalah seseorang yang
memiliki tanggung jawab untuk mendidik, membimbing,
mengarahkan melatih, menilai, dan mengevaluasi yang berkecimpung
di dunia pendidikan, menyandang suatu
profesi dan memiliki keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu dalam mewujudkan kinerja yang sesuai dengan profesinya. Al-quran dan hadis
juga menganjurkan seorang pendidik harus memiliki sikap profesional. Peran pendidik profesional sangat dibutuhkan,
seorang pendidik yang berkualitas dan berkompeten dalam bidangnya akan membantu
peserta didik dalam mengendalikan diri di era global seperti sekarang ini,
seorang pendidik profesional akan mengetahui cara-cara agar peserta didik tetap
menguasai teknologi untuk hal-hal yang positif. Pendidik yang profesional
sangat diperlukan untuk menjawab tantangan masa depan dalam rangka menciptakan
generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas, yang dapat memajukan bangsa
di masa yang akan datang. Kualitas guru yang ditunjang oleh kinerja yang
profesional merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan
pendidikan secara nasional.
Demikianlah pembahasan
mengenai memanfaatkan tenaga pengajar profesional, semoga bisa bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi calon-calon pendidik di masa mendatang.
DAFTAR
PUSTAKA
Jihad,
Asep dan Suyanto. 2013. Menjadi
guru profesional:
Strategi meningkatkan Kualitas dan Kualifikasi Guru di Era Global .
Erlangga.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sismiati, Atiek dan
Rugaiyah. 2013. Profesi Kependidikan.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:
GRAHA ILMU.
Suprihatiningrum,
Jamil. 2013. Guru Pofesional: Pedoman
Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Umar,
Bukhari. 2014. Hadis Tarbawi:
Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Jakarta:
Amzah.
.
BIODATA DIRI
Nama
saya Kartika Budi Ayu. Anak dari Bapak Budi Harto dan Ibu Yaenatin (Alm). Sudah
hampir empat tahun saya tinggal di sebuah perumahan. Tepatnya di Perum BRD
Residance perbatasan Tirto dengan Buaran. Asal daerah saya di daerah Kergon,
Kelurahan Kergon Kecamatan Pekalongan Barat. Saya 4 bersaudara memiliki 3
kakak, dan saya anak bungsu. Kakak-kakak saya sudah memiliki keluarga
sendiri-sendiri. Saya tinggal hanya berdua saja dengan Bapak saya. Beliau
bekerja sebagai buruh swasta dalam bidang bangunan. Ibu saya sudah meninggal
sejak saya duduk di bangku SD kelas 6. Riwayat pendidikan, SD saya di SD Islam
Kergon 2 Pekalongan, SMP saya di SMP Negeri 2 Pekalongan, dan SMA saya di SMA
Muhammadiyah 1 Pekajangan di Pekalongan. Dan sekarang melanjutkan kuliah di STAIN
Pekalongan. Hobi Saya adalah menyanyi dan menggambar, dulu saya pernah
menjuarai lomba paduan suara tingkat SMA se-kabupaten dan saya juga pernah
mengikuti olympiade sains mata pelajaran fisika ditingkat SMA se-kabupaten
juga. Pengalamn yang paling berkesan adalah saat saya menerima penghargaan
sebagai siswa berprestasi, peringkat 1 se-SMA dan menjadi peringkat 2 dengan
nilai UN terbaik di SMA dulu. Moto hidup saya adalah “Do not ever be afraid to dream,
because success begins
with our dreams”
[1] Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan , cet ke-2 (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2013), hlm. 6
[2] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi: Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 68
[3] Jamil Suprihatiningrum, Guru Pofesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi,
& Kompetensi Guru (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 45
[4] Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran ( Yogyakarta: GRAHA ILMU, 2012),
hlm. 1
[5] Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi guru profesional:
Strategi meningkatkan Kualitas dan Kualifikasi Guru di Era Global ( Erlangga, 2013), hlm. 20-21
[6] Imam Az Zabdi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari (Bandung:
Mizan, 2004), hlm. 29
[7] E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.
37
[8] Ibid., hlm. 23-32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar