INTUISI HATI
Mata
kuliah :
Hadits Tarbawi II
Disusun
oleh :
Eka Hesti Safitri (2021113075)
Kelas
: H
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin. Pemakalah panjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada pemakalah sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “INTUISI HATI”.
Makalah ini untuk
memenuhi tugas makalah mata kuliah Hadis Tarbawi II, kelas H PAI jurusan
tarbiyah STAIN Pekalongan.
Pemakalah
menyadari bahwa makalah ini kurang dari sebuah kesempurnaan, untuk itu pemakalah
mengharapkan kriritk dan saran. Akhir kata penulis hanya berharap semoga
bermanfaat bagi semuanya.
Aminnn……
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna.
Kesempurnaanya dapat mengantarkan manusia pada posisi terhormat bahkan melebihi
malaikat. Kesempurnaa hanya terwujud jika manusia mampu tanduk pada kebenaran
yang terletak pada kalbu manusia.
Hati adalah pokok dari segala sesuatu yang dimiliki oleh manusia.
Hati merupakan salah satu fungsi rohani yang dapat menentukan sifat baik dan
buruk manusia. Karena pengaruh hati, seseorang dapat menjadi hamba yang sangat
taat kepada Tuhan-nya. Tetapi sebaliknya, hamba dapat menjadi hina bagaikan
binatang buas. Maka dari itu, saya akan membahas tentang intuisi hati.
B.
Rumusan
Masalah
Demi fokusnya kajian makalah ini dan supaya mudah
dimengerti audiens, adapaun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengertian intuisi hati?
2. Bagaimana
teori pendukung tentang intuisi hati?
3. Bagaimana
materi hadis tentang intuisi hati?
4. Bagaimana
refleksi hadis dalam kehidupan tentang intuisi hati?
5. Apa
aspek tarbawi tentang intuisi hati?
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Intuisi adalah kekuatan yang dengan menyadari bahwa “sesuatu” itu
adalah kususnya. Intuisi adalah kemampuan psikis yang dikenal sebagai firasat,
atau kemampuan untuk merasakan apa yang akan terjadi selanjutnya. Hal tersebut
dilakukan tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk akal.
Secara fisik, hati adalah segumpal daging yang berbentuk bundar,
memanjang, terletak pada kiri dada. Didalamnya terdapat lubang-lubang yang
terisi darah hitam. Ia merupakan sumber dari tambang dan nyawa. Sedangkan
secara psikis, hati adalah sesuatu yang
halus, yang berasal dari ketuhanan. Dialah yang merasa, mengetahui, dan
mengenal segala hal, serta diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya. Hati
sangat berperan dalam kehidupan manusia setiap saat, baik secara fisik, maupun
psikis. Hati memiliki fungsi utama yang menggerakkan, dan mengarahkan kehidupan
seseorang. Secara fisik, hati berfungsi sebagai penyimpanan energi; pembentukan
protein asam empedu; pengaturan metabolism kolesterol; dan penetralan racun
dalam tubuh. Sementara dilihat dari psikisnya, hati berfungsi layaknya panca
indera, yaitu perasa, pelihat, pendengar dan peraba.[1]
Intuisi hati adalah fungsi dasar hati untuk selalu untuk selalu
berkata jujur dan membimbing seluruh anggota tubuh untuk bertindak kebenaran.
B.
Teori
Pendukung
Hati memiliki kemampuan membedakan
antara hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, bahkan sesuatu yang
berada di antara keduanya, yaitu yang syubhat (samar). Namun, hati harus ditata
karena mengandung dua kecenderungan yang baik dan buruk. Jika hati cenderung
baik, maka seseorang akan baik, dan begitu pula sebaliknya. Untuk membuat hati
cenderung pada kebaikan, maka seseorang harus benar-benar mampu mengarahkannya.[2]
Allah SWT berfirman:
ولقدْ خَلَقْنَا
الانْسَانَ وَنَعْلَمُ ما تُوَسوسُ بِه نَفسُه ونحْنُ أقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حبْلِ
الْوَرِيْدِ
Artinya: sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dan Kami
mengetahui apa yang dibisikan hatinya, Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
nadinya”. (QS. Qaaf: 16)
Hati merupakan salah satu fungsi
rohani yang dapat menentukan sifat baik dan buruk seseorang, sebagaimana salah
satu hadits yang mengatakan:
“Ketahuilah,
bahwa dalam jasad ada segumpal daging yang baik, maka baiklah seluruh jasad
itu. Dan apabila buruk, maka buruklah
seluruh jasad. Ketahuilah (bahwa yang dimaksud) adalah hati”. (H.R. Bukhari dan
Ahmad).
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah,
seharusnya hati membutuhkan santapan, minuman dan kebersihan agar dapat melihat
keajaiban Allah dan mendapatkan hikmah (kondisi jiwa yang bijaksana). Santapan
hati adalah dzikir, minumannya adalah tafakkur, sedangkan kesuciannya adalah ketenangan
atau keteduhan hati.[3]
C.
Materi
Hadis
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا
زَكَرِيَّاءُ، عَنْ عَامِرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ، يَقُولُ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: " الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ
بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ،
فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ
فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ،
أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلَا إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ
مَحَارِمُهُ، أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ
الْقَلْب
(رواه البخاري في الصحيح, كتاب الإيمان , باب فضل من استحب الدين)
Artinya:
“Nu’man bin Basyir bercerita bahwa dia pernah
mendengar Rasulullah saw bersabda, “Perkara yang halal telah jelas dan yang
diragukan yang tidak diketahui hukumnya oleh
kebanyakan orang. Barangsiapa yang menjauhi perkara-perkara yang
diragukan itu berarti dia memelihara agama dan kesopanannya. Barangsiapa
mengerjakan perkara yang diragukan, sama saja dengan penggembala yang
menggembalakan ternaknya di pinggir jurang, dikhawatirkan dia terjatuh ke
dalamnya. Ketahuilah, semua raja mempunyai larangan dan ketahuilah pula
larangan Allah swt adalah segala yang di haharamkan-Nya. Ketahuilah dalam tubuh
itu semuanya. Apabila daging itu rusak, maka binasalah tubuh itu seluruhnya.
Ketahuilah, daging tersebut ialah hati.”
(HR.
Al-Bukhori)
ثُمَّ ذَكَرَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ هَارُونَ، عَنْ
حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنّ النَّبِيَّ قَالَ: مَنْ
عَمِلَ بِمَا يَعْلَمُ وَرَّثَهُ اللَّهُ مَا لَمْ يَعْلَمْ
(رواه أبو نعيم الأصفهان فى حلية الأصفياء)
Arinya:
“Dari Anas bin Malik sesungguhnya Nabi SAW bersabda:
Siapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui,maka Allah akan memberikan ilmu
sesuatu yang ia belum ketahui”. (HR. Abu Na’im al-Ashfihan dalam kitab
Khilyatul Ashfiya’: 10/15)
D.
Refleksi
Hadis dalam Kehidupan
Dalam bekerja, kita tentu berharap
mendapatkan rezeki kita berikan dan nafkahkan kepada keluarga. Nafkah tersebut
akan menjadi darah, mengalir ke anggota seluruh tubuh, serta menggerakkan
seluruh pikiran dan sikap dalam keseharian. Jika nafkah dari hasil kerja yang
tidak baik-syubhat, makruh ataupun haram-tentu yang mengalir tubuh keluarga
menjadi haram.
Makanan yang kita usap akan
menumbuhkan dan sel-sel tubuh yang telah rusak. Sari makanan akan terjadi
unsure-unsur darah, otak, daging, tulang-belulang, dan organ tubuh lainnya. Darah
dari sari makanan yang haram akan mengalir ke seluruh tubuh.
Nafkah yang haram tidak hanya
mempengaruhi lewat makanan dan minuman, tetepi juga menjadikan semua hal
menjadi haram. Maka, seluruh organ tubuh akan dialiri dengan darah. Hatinya
dialiri dengan darah haram, jantungnya menyemburkan darah haram, dan seluruh
organ tubuh menjadi tubuh haram.
Sebaiknya, dengan nafkah yang halal,
makanan yang kita belipun menjadi halal. Dengan nafkah halal, berharap menjadi
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.[4]
E.
Aspek
Tarbawi
Aspek tarbawi
yang dapat kita ambil dari hadits diatas adalah:
1.
Setiap
pendidik yang memiliki ilmu wajib mengamalkan dan mengajarkan kepada orang lain
dengan ikhlas.
2.
Dalam
pendidik tidak diperkenankan menyembunyikan ilmu dan tidak diperkenankan untuk
riya (pamer)
3.
Banyak
bersyukur atas nikmat atas nikmat yang Allah SWT berikan, sekecil apapun itu.
4.
Mewujudkan
sikap takwa dalam mendidik dengan selalu menghadirkan Allah SWT dalam setiap
langkah yang dilakukan.
5.
Menggunakan
hati yang ikhlas.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Intuisi adalah kemampuan psikis yang dikenal sebagai firasat, atau
kemampuan untuk merasakan apa yang akan terjadi selanjutnya. Hal tersebut
dilakukan tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk akal. Secara fisik,
hati adalah segumpal daging yang berbentuk bundar, memanjang, terletak pada
kiri dada. Intuisi hati adalah fungsi dasar hati untuk selalu untuk selalu
berkata jujur dan membimbing seluruh anggota tubuh untuk bertindak kebenaran.
Hati memiliki kemampuan membedakan antara hak dan yang batil, yang
halal dan yang haram, bahkan sesuatu yang berada di antara keduanya, yaitu yang
syubhat (samar). Namun, hati harus ditata karena mengandung dua kecenderungan
yang baik dan buruk.
Dalam bekerja, kita tentu berharap mendapatkan rezeki kita berikan
dan nafkahkan kepada keluarga. Nafkah tersebut akan menjadi darah, mengalir ke
anggota seluruh tubuh, serta menggerakkan seluruh pikiran dan sikap dalam
keseharian. Jika nafkah dari hasil kerja yang tidak baik-syubhat, makruh
ataupun haram-tentu yang mengalir tubuh keluarga menjadi haram.
DAFTAR PUSTAKA
Mahjuddin. 2010. Akhlak
Tasawuf II. Jakarta: Kalam Mulia
Saleh, Akh. Muwafik. 2009. Bekerja dengan Hati Nurani. Jakarta:
ERLANGGA
Syukur, Amin. 2013. Menata Hati Agar Disayang Ilaahi.
Jakarta: ERLANGGA
Syukur, M.AMin dan Usman, Fathimah. 2009. Terapi Hati.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
TENTANG PENULIS
Eka Hesti Safitri adalah anak dari pasangan suami istri yang sangat
harmonis dan sederhana. Lahir di Kabupaten Pekalongan, letaknya ds. Bligorejo,
kec. Doro. Riwayat pendidikan: SDN 01 Bligorejo, MTs Syarif Hidayah Doro, MAN 2
Pekalongan. Sekarang ia mahasiswa STAIN pekalongan jurusan Tarbiyah, prodi PAI
di semester empat.
[1] M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 1
[2] Amin Syukur, Menata Hati Agar Disayang Ilahi, (Jakarta:
ERLANGGA, 2013), hlm. 3
[3] Mahjuddin, Akhlak Tasawif II, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010),
hlm. 83-85
[4] Akh. Muwafik Saleh, Bekerja dengan Hati Nurani, (Jakarta:
ERLANGGA, 2009), hlm. 42-45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar