HADITS TARBAWI
"MEMANFAATKAN TENAGA PENGAJAR PROFESIONAL"
kelas: M
Abdul Aziz : 2021214476
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamduliah, puji syukur ke hadirat Allah swt, atas segala nikmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Memanfaatkan tenaga pengajar profesional” ini dapat di selesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sebaik-baik manusia, Nabi dan junjungan kita, Muhammad saw. Keluarganya, dan sahabatnya.
Makalah ini di buat dan disusun memiliki tujuan agar setiap Mahasiwa mengetahui dan memahami Hadist Tarbawi II, lebih khususnya pembahasan mengenai Memanfaatkan tenaga pengajar profesional. Dengan demikian materi makalah ini dapat diharapkan dapat membantu karakter mahasiswa melalu proses sumber dan pengertian yang baik dan benar.
Saya telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif. Di samping itu apabila dalam makalah ini di dapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan dan isinya, maka saya dengan senang hati menerima saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca guna mnyempurnkan penulisan berikutnya. Akhirnya, semoga makalah yang sederhana ini menambah khasanah keilmuan dan bisa bermanfaat. Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 21 Februari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Keberhasialan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kopetensi dan mencapai tujua, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini di bahas secara khusus mengenai teknik membimbing keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran dengan memanfaatkan tenaga pengajar professional. Hal ini dirasa sangat penting dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum, karena kurikulum pada hakikatnya adalah keberhasilan pembelajaran dan peran dari tenaga pengajar professional.
Inti hadist :
Ali bin ‘Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata : Daud berkata, Ikrimah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abbas, ia berkata “ ada sejumlah orang diantara para tawanan perang badar yang tidak mempunyai tebusan, lalu Rasulullah SAW menetapkan tebusan mereka dengan cara mengajarkan tulis-menulis kepada anak – anak Kaum Anshor. Suatu hari, seorang anak menemui ayahnya sambil menangis, maka sang ayah bertanya, “ ada apa denganmu? anak itu menjawab, “pengajarku telah memukulku”. Berkata sang ayah: si buruk itu ! ia telah menuntut (balas) , dengan bekas perang badar!” demi Allah jangan lagi kau mendatanginya. (HR. Ahmad dalam Al-Musnad).
BAB II
MEMANFAATKAN TENAGA PENGAJAR PROFESIONAL
1. Pengertian Pengajar Profesional.
Pengajar atau guru merupakan istilah yang di kalangan masyarakat umumnya langsung terbayang ”sosok panutan” yang patut di teladani, diikuti dan di hormati. Bayangan ini lahir karena sebagian besar warga masyarakat sering kali menterjemahkan konsep “guru” dan “ditiru” (wajib di teladani dan diikuti) . karenanya tidak aneh kalau sampai lahir pepatah “ guru kencing berdiri, murid kencing berlari “, bahkan tidak setiap terjadi kenakalan terhadap anak muda khususnya siswa gurulah yang pertama di adili dan di persoalkan oleh sebagian masyarakat tanpa melihat terlebih dahulu permasalahan yang sebenarnya.
Kata “professional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, doker, hakim dan lain sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang sifatnya professional adalah pekerjaan yang hanya dapat di lakukan mereka yang khusus di persiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang di lakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. (Dr. Nana Sudjana, 1988).
Sedangkat menurut Hugh Socket “profesionalisme adalah mengambarkan kualitas pelaksanaan,” ia mengambarkan cara berprilaku dalam pekerjaa, bagaimana anggota memadukan kewajiban dengan pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam konteks hubungan rekanan, berdasarkan kontrak, dan etis dengan klien.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, istilah professional di temukan sebagai berikut:
Profesi adalah bidang pekerjaan yang di landasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Profesioanl adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memperlukan kepandaian khusus untuk menjalankanya dan (3) mengharuskan pembayaran untuk melakukanya.
2. Hadist / Ayat Pendukung (Makna dan Sumbernya)
Memanfaatkan tenaga pengajar professional
Sehubungan dengan ini di temukan hadist sebagai berikut:
“Abdulah bin Amru bin Al-‘Ash meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasullah bersabda, “ sesungguhnya Allah tidak menarik ilmu pengetahuan kembali dengan mencabutnya hati sanubari manusia, tetapi dengan mewakafkan orang-oarang yang berpengetahuan (ulama). Apabila tidak ada lagi orang alim yang tersisa, manusia akan menggangkat orang bodoh menjadi pemimpin yang di jadikan tempat bertany. Lalu orang-orang bodoh itu di Tanya dan mereka berfatwa tanpa ilmu mengakibatkan mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. AL-Bukhari)
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa orang yang berfatwa dan mengajar harus berilmu pengetahuan (Profesional). Termasuk dalam hal ini adalah pendidik, pengajar atau guru. Apabila pengajar tidak berilmu pengetahuan, maka murid-murid yang di ajarnya akan sesat.dengan kata lain dengan bahasa kependidikan, apabila guru tidak professional, mengakibatkan proses pembelajaran yang sia-sia. Dalam undang-undang Guru dan Dosen Republik Indonesia, salah satu syarat guru adalah Profesional.
3. Teori Pengembangan
Beberapa strategi pengajaran yang dapat di kembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain;
a. Pembelajaran berbasis masalah
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa di minta terlebih dahulu untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa di minta untuk mencatat permasalahn-permasalahn yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada.
b. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru memberikan penugasan yang dapat di lakukan di berbagai konteks lingkungan siswa antara alalin di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang di berikan oleh guru memberikan kesempatan siswa untuk belajar di luar kelas.
c. Memberikan aktifitas kelompok
Aktifitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.
d. Membuat aktifitas belajar mandiri
Peserta didik tersebuut mampu mencari, menganalisis dan mengunankan informasi dengan sedikit dan bahkan tanpa bantuan guru.
e. Membuat aktifitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu di lakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotifasi untuk mengajukan pertanyaan.
f. Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran konteks tual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapakan informasi akademik dan kecakapan yang telah di peroleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu.
4. Aplikasi hadis dalam kehidupan
Sebagai pendidik guru di tuntut memiliki kepribadian yang terwujut didalam sikap, ucapan dan prilaku atau tindakan yang dapat di teladani oleh warga masyarakat khususnya peserta didik seperti:
a. Religious / agamis
Orang yang memiliki prinsip atas kepercayaan atau keyakinan terhadap kebenaran ajaran agama.
b. Kejujuran (ketulusan hati)
Kejujuran berasal dari kata jujur yang berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, berkata apa adanya dan mengikuti aturan yang berlaku.
c. Keadialan (perbuatan atau perlakuan yang adil)
Keadilan berasal dari kata adil yang berarti tidak berat sebelah, seimbang, sebanding dan selalu berpegang pada kebenaran.
d. Kedisiplinan
Berasal dadri kata disiplin yang berarti ketaatan, kepatuhan, pada norma hukum yang berlaku.
e. Kesopanan
Berasal dari kata sopan yang berarti hormat, tertib, menurut adat yang baik dalam hal tutur kata, berfikir dan berpakaian.
f. Kesusilaan
Yang berarti baik budi bahasanya, bneradap, adat istiadat yang abaik.
g. Tanggung jawab
Berarti keadaan wajib menaggung segala sesuatunya, hak fungsi menerima pembebanan sebagai akibat sikap tindakan sendiri atau pihak lain.
h. Simpatik
Yang berate amat menarik hati atau membangkitkan rasa simpati (rasa kasih, rasa setuju, rasa suaka).
i. Keteladanan
Yang berarti perbuatan yang patut di tiru dan patut di contoh
5. Nilai tarbawi / Pendidikan
Seperti yang sudah di jelaskan didalam aplikasi hadis di dalam masyarakat bahwa pengajar professional didalam nilai tarbawi / pendidikan juga harus memiliki sikap / prilaku yang tentunya harus bisa menjadi tauladan anak didiknya seperti sikap kesopanan, kedisiplinan, kejujuran, keadilan dan masalah-masalah kehidupan berbangsa lainya, sehingga bisa menjadikan satu pendidikan pagi muridnya tersendiri.
Nilai pendidikan untuk pengajar professional sendiri adalah dengan melihat globalisasi persaingan dan tantangan bagi guru, dalam kondisi demikian guru di tuntut untuk lebih kreatif, responsive dan inovatif.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Atas dasar paparan singkat sebagaimana telah di uraikan di muka, maka secara keseluruhan dapat di rangkum sebagi berikut:
1. Pengajar / Guru Profesional:
· Profesionalisme guru mengarah pada mutu atau kualitas piker, sikap dan tindakan / prilaku seseoramg yang bertugas sebagai pendidik dan pengajar.
2. Teori pengembangan terhadap pengajar / guru professional juga bisa dilakukan dengan beberapa strategi pembelajaran terhadap peserta didik diantaranya: pembelajaran berbasis masalah, memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, memberikan aktifitas kelompok,memberikan aktivitas belajar mandiri, membuat aktifisa belajar bersama masyarakat dan menerapkan penilaian autentik.
3. Guru sebagai pendidik harus memiliki kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai: religious, kejujuran, keadilan, kedisiplian, kesopanan, kesusilaan, tanggung jawab, simpatik dan keteladanan.
4. Nilai pendidikan untuk pengajar professional sendiri adalah dengan melihat globalisasi persaingan dan tantangan bagi guru, dalam kondisi demikian guru di tuntut untuk lebih kreatif, responsive dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwiji , Bambang, 2009, Guru Profesional Penyiapan dan Pembimbingan, Jakarta, Indeks.
2. Usman,Uzer, 1990, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya.
3. Sarwiji, Bambang, 2009, Guru Profesional Penyiapan dan Pembimbingan, Jakarta, Indeks.
4. Nurdin, Syafrudin, 2003, Guru Profesional dan Implementasi kurikulum, Jakarta, Ciputat Press.
5. Umar, Bukhari, Hadist 2012, Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif hadist, Jakarta, Ciputat perss.
PROFIL PENULIS
Nama : Abdul Aziz
TTL : Pekalongan, 20 Juni 1990
Alamat : Jl. Teuku Umar gg. 3 No.43
Pasirsari Pekalongan Barat
RIWAYAT PENDIDIKAN
o TK Masytho Pasirsari Pekalongan
o SD N Kramatsari 01 Pekalongan
o SMP N 8 Pekalongan
o SMK N 2 Pekalongan
o Masih Belajar Di STAIN Pekalongan
PRESTASI
o Juara harapan 1 melukis SD se ekskarisedenan Pekalongan
o Juara 1 Traditional dance se kota Pekalongan 2007
o Juara 1 Traditional dance se kota Pekalongan 2008
o Juara 1 Traditional dance se kota Pekalongan 2009
o Juara 1 Pemilihan Peyiar Radio M Fm Radio Kota Batang 2010
o Juara 1 karyawan teladan Hypermart Pekalongan 2011
o Juara 1 Pemilihan Dj Bsp Radio Pekalongan 2014
o Juara 1 HMPS AL-Mizan Stain Pekalongan sebagai Reporter 2014
o Juara 2 HMPS Perbankan sebagai bukan teler biasa 2014
PENGALAMAN ORGANISASI
o Ketua Teater Wiji Smk N 2 Pekalongan 2008
o Ketua PMR Smk N 2 Pekalongan 2007
o Sekertaris IKM ( Ikatan Remaja Matahari) 2010-2012
o Sekertaris FKSP ( Forum Komunikasi Serikat Pekerja ) cab Pekalongan 2013
KEGIATAN
o Mengampu Pendidikan Di STAIN Pekalongan Jurusan Tarbiyah Prodi PAI
o Menjadi Monitor ( Team Promotion Ivent ) Ramayana Pekalongan Squer
o Menjadi Dj / Penyiar Di BSP Radio Pekalongan
o Training di Batik TV Kota Pekalongan Sebagai News Angker dan Presenter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar