Tafsir Tarbawi
ASAL
KEJADIAN MANUSIA
Disusun Oleh :
Kelas: PAI (G)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2016
(STAIN) PEKALONGAN
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
memiliki peranan penting pada era sekarang ini. Karena tanpa melalui pendidikan
atau ilmu pengetahuan, proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan modern
sulit untuk diwujudkan.
Dalam Islam,
pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja,
melainkan sepanjang usia. Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan
kualitas keilmuan dan pengetahuan. Islam juga menekankan akan pentingnya
membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini.
Membaca, menelaah, meneliti hanya bisa dilakukan oleh manusia, karena hanya
manusia makhluk yang memiliki akal dan hati. Selanjutnya dengan kelebihan akal
dan hati, manusia mampu memahami fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya,
termasuk pengetahuan.
Allah
menciptakan manusia dengan penciptaan yang paling sempurna, baik secara fisik ataupun
ruhani yang dilengkapi dengan akal, itulah yang membedakan manusia dari makhluk
Allah yang lain. Suatu tuntutan yang berlaku bagi manusia yang telah diberi nilai
ekstra yakni akal adalah untuk difungsikan sebagai media ataupun fasilitas
untuk meraih tanda-tanda kekuasaan Allah.
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimana proses asal kejadian manusia sesuai Al-Quran ?
2.
Bagaimana diskripsi ayat-ayat Al-Quran tentang kejadian
manusia ?
3.
Apa saja aspek tarbawi tentang asal usul kejadian manusia
?
BAB
II
PEMBAHASAN
ASAL
KEJADIAN MANUSIA
A. Surat al-mukminun ayat 12-14
Artinya: “dan sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal dari tanah). Kemudian kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)
kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk lain), maka maha suci Allah pencipta yang paling baik.
(al-mukminun, 23: 12-14 ).[1]
Kandungan ayat Q.S Al-Mu'minun ayat
12-14
a. Allah
swt. menciptakan manusia dari saripati tanah. artinya Allah swt. menciptakan
manusia berasal dari seorang laki-laki dan perempuan, keduanya mengonsumsi
makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang juga memperoleh makanan dari
tanah. Sari pati makanan yang dimakan oleh kedua orang tua kita mejadi sperma
dan sel telur.
b. Hail pembuahan
menjadi segumpal darah dan yang selanjutnya menjadi segumpal daging hingga
tulang belulang yang dibungkus daging. sesudah itu, Allah menciptakan
anggota-anggota badan dan menyusun menjadi makhluk yang berbentuk seorang bayi
manusia.
c.
Air mani yang berasal dari saripati tanah, juga mengandung makna bahwa manusia
pada akhirnnya akan kembali pada tempatnya semula, yaitu tanah. Tanah yang
dimaksud adalah liang lahat. Artinya manusia berasal dari tanah, dan akan
kembali tinggal meyatu dengan tanah
Penjelasan :
Uraian tentang proses
tersebut yang demikian mengagumkan membuktikan perlunya beriman dan tunduk
kepada Allah sang pencipta, serta keharusan mengikuti jejak orang-orang mukmin
yang disebut pada ayat kelompok pertama. Hal itulah yang dapat mengantar
manusia mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
“dan sesungguhnya kami
bersumpah bahwa kami telah menciptakan manusia yakni jenis manusia yang kamu
saksikan bermula dari suatu saripati tanah. Dan kemudian yakni nuthfah yang
disimpan dalam rahim ibu. Kemudian Kami ciptakan yakni alaqah lalu Kami
ciptakan mudhghah tulang belulang lalu Kami bungkus tulang belulang itu dengan
daging. Kemudian Kami meniupkan ruh ciptaan Kami kepadanya makhluk dan berbeda
dengan makhluk-makhluk yang lain. Maka sesudah itu atau melalui proses tersebut
dan ketika kamu berada dipentas bumi ini dan melalui lagi proses dari bayi anak
kecil, remaja, dewasa, tua dan pikun, benar-benar kamu akan mati dan pada masa
pikun maupun sebelumnya.
Berbeda dengan pendapat
ulama tentang kejadian siapa yang dimaksud dengan manusia pada ayat 12 diatas
banyak yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Adam. Memang ayat
selanjutnya mengatakan Kami menjadikannya nuthfah bukan Kami menjadikannya
keturunan nufhfah. Ini menganut pendapat diatas tidak menjadi penghalang karena
sudah demikian populer bahwa anak keturunan Adam melalui proses nuthfah.
Bagi yang tidak
menerima pendapat diatas ada yang menyatakan bahwa kata al-insan yang dimaksud
adalah jenis manusia. Al-Baqa’i misalnya menulis bahwa sulalah min thin/
saripati dari tanah merupakan tanah yang menjadi bahan penciptaan Adam.
Thabathaba’i juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-insan tidak mungkin
Adam as.
Thahir Ibn Asyur,
walaupun membuka kemungkinan memahami kata al-insan dalam arti Adam tetapi
cenderung berpendapat bahwa al-insan yang dimaksud adalah putra-putri Adam as.
Saripati tanah itu menurutnya adalah apa yang diproduksi oleh alat pencernaan
dari bahan makanan yang kemudian menjadi darah, yang kemudian berproses hingga
akhirnya menjadi sperma ketika terjadi hubungan seks.
Kemudian
pada kata “Khalaqan akhar/ makhluk lain mengisyaratkan ada sesuatu yang
dianugerahkan kepada makhluk lain. gorilla atau orang utan, memiliki organ yang
sama dengan manusia. Tetapi ia berbeda dengan manusia, karena Allah telah
menganugerahkan makhluk ini ruh Ciptaan-Nya yang tidak Dia anugerahkan kepada
siapapun kendati kepada malaikat.[2]
B. Surat Al-Hijr ayat
26-34
ôs)s9ur
$oYø)n=yz
z`»|¡SM}$#
`ÏB
9@»|Áù=|¹
ô`ÏiB
:*uHxq
5bqãZó¡¨B
ÇËÏÈ ¨b!$pgø:$#ur
çm»uZø)n=yz
`ÏB
ã@ö6s%
`ÏB
Í$¯R
ÏQqßJ¡¡9$#
ÇËÐÈ øÎ)ur
tA$s%
y7/u
Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9
ÎoTÎ)
7,Î=»yz
#\t±o0
`ÏiB
9@»|Áù=|¹
ô`ÏiB
:*yJym
5bqãZó¡¨B
ÇËÑÈ #sÎ*sù
¼çmçF÷§qy
àM÷xÿtRur
ÏmÏù
`ÏB
ÓÇrr
(#qãès)sù
¼çms9
tûïÏÉf»y
ÇËÒÈ yyf|¡sù
èps3Í´¯»n=yJø9$#
öNßg=à2
tbqãèuHødr&
ÇÌÉÈ HwÎ)
}§Î=ö/Î)
#n1r&
br&
tbqä3t
yìtB
úïÏÉf»¡¡9$#
ÇÌÊÈ tA$s%
ߧÎ=ö/Î*¯»t
$tB
y7s9
wr&
tbqä3s?
yìtB
tûïÏÉf»¡¡9$#
ÇÌËÈ tA$s%
öNs9
`ä.r&
yàfóX{
@t±u;Ï9
¼çmtFø)n=yz
`ÏB
9@»|Áù=|¹
ô`ÏiB
:*uHxq
5bqãZó¡¨B
ÇÌÌÈ tA$s%
ólã÷z$$sù
$pk÷]ÏB
y7¯RÎ*sù
ÒOÅ_u
ÇÌÍÈ
Artinya :
”Dan sesungguhnya
Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk, Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam)
dari api yang sangat panas, Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya
ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka
bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. Ia enggan
ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu. Allah berfirman: Hai iblis, apa
sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu. Berkata
iblis: Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia, yang Engkau telah
menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Allah berfirman: 'Keluarlah dari
surga, karena sesungguhnya kamu (iblis) terkutuk,"
Penjelasan:
Ayat
26-27:
Disini
Allah SWT berfirman: dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia, yakni
Adam dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya, yakni sebelum penciptaan Adam dari
angin yang sangat panas.
Kata (صلصا
ل)
terambil dari kata (صلصلة) yaitu suara keras yang bergema akibat ketukan. Yang dimaksud
disini adalah tanah yang sangat keras dan kering. Kata ini serupa maknanya
dengan (الفخار)
, hanya saja kata terakhir ini digunakan untuk tanah yang keras akibat
pembakaran dengan api, berbeda dengan shalshal yang kekeringan dan kekerasanya
tanpa pembakaran.
Kata (حماء) adalah tanah yang bercampur air lagi berbau sedangkan kata (مسنون) berarti dituangkan sehingga siap dan dengan mudah dibentuk
dengan berbagai bentuk yang dikehendaki. Ada juga yang memahami kata ini dalam arti yang telah lama sehingga
kadaluwarsa. Ia terambil dari kata (السنة) yang berarti yahun. Dengan kata yang lama.
Kata (الجانّ) seakar dengan kata (جنّ) yang terambil dari akar kata (جنن) yang berarti menutup/tertutup. Sementara ulama memahami kata al-jann pada ayat ini
dalam arti bapak dari kelompok yang dinamai jin sebagaimana Adam as. adalah
bapak dari kelompok makhluk yang dinamai insan/manusia. Ada juga yang
mempersamakan kata tersebut dengan jin,
apalagi menurut penganut pendapat ini uraian tentang mereka diperhadapkan dengan uraian insan/manusia.
Kata (سموم) berarti angin yang sangat panas yang menembus masuk ke tubuh.
Ada juga yang memahaminya dalam arti api yang tanpa asap. Dalam QS. Ar-Rahman:
15 dinyatakan bahwa dan jin diciptakan dari nyala api. Dari gabungan kedua ayat
ini dapat dikatakan bahwa angin panas mengakibatkan kebakaran
sehingga menimbulkan nyala api, dari nyala api itulah jin diciptakan.
Ayat
28-34:
Sedang penekanan uraian dalam surah
al-Hijr ini adalah uraian tentang unsur penciptaan Adam as., rahasia perolehan
hidayah dan kesesatan, serta faktor-faktor dasar menyangkut kedua hal itu dalam
diri manusia. Karena itu
disini diuraikan tentang penciptaan manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk
serta penciptaan sebelumnya dari api
yang sangat panas. Kemudian diuraikan keengganan iblis bersujud lalu
pengusirannya dan permohonannya serta pengakuannya bahwa ia tidak memiliki
kemampuan untuk menjerumuskan hamba-hamba Allah SWT yang taat kepada-Nya.
Ayat diatas membedakan juga dengan
jelas asal kejadian manusia dan asal kejadiana jin. Perbedaan itu bukan saja
pada unsur tanah dan api, tetapi yang lebih penting adalah bahwa pada unsur
kejadian manusia ada ruh
ciptaan Allah swt., unsur ini tidak ditemukan pada iblis/jin. Unsur ruhani
itulah yang mengantar manusia lebih mampu mengenal Allah Swt., beriman, berbudi
luhur serta berperasaan halus.
Kata (بشر) terambil dari kata (بشرة) yang berarti kulit. Kata ini biasa diterjemahkan dengan
manusia. Ini agaknya, karena sisi lahiriah yang nampak dari manusia adalah
kulitnya bukan seperti binatang yang etrlihat dengan jelas bulunya. Namun
demikian perlu dicatat bahwa kata ini berbeda dengan kata insan yang juga
diterjemahkan dengan manusia. Adapun kata insan maka ia menampung
perbedaan-perbedaan dalam bidang keruhanian, keimanan dan akhlak. Dengan kata lain, basyar menunjukan
persamaan, sedang kata insan dapat mensyiratkan perbedaan antara seseorang
dengan yang lain. Ayat ini menegaskan bahwa Allah Swt., menciptakan
basyar/manusia semuanya sama, dan kalaupun terjadi perbedaan antara
seseorang dengan yang lain, maka hal
itu disebabkan adanya faktor ekstern yang mengakibatkan hal tersebut.
Kata (سوّيته) terambil dari kata سوّيmenjadikan
sesuatu sedemikian rupa sehingga setiap bagianya dapat berfungsi sebagaimana
yang direncanakan.
Kata (نفخت) aku meniupkan terambil dari kata نفخ nafakha yang hakikatnya adalah
mengeluarkan angin melalui mulut. Yang dimaksud disini adalah memberi potensi
ruhaniah kepada makhluk manusia
yang menjadikanya dapat mengenal Allah swt., dan mendekatkan diri kepada-Nya. Bahwa peniupan itu dinyatakan
sebagai dialkukan oleh Allah swt., adalah sebagai isyarat penghormatan kepada
manusia. perlu dicatat bahwa disini tidak
ada peniupan, tidak ada juga angin atau ruh dari dzat Allah swt., yang
menyentuh manusia. ruh Allah swt., yang dimaksud adalah milik-Nya dan yang
merupakan wewenang-Nya semata-mata.
Kata (ابليس) terambil dari kata bahasa arab yang berarti putus asa atau
dari kata (بلس)
yang berarti tiada kebaikanya. Dari penggabunganya lahir beberapa makna antara
lain menentang, menghalangi, dan yang berada antara dua pihak untuk memecah belah
dan menciptakan kesalah pahaman. Iblis menolak sujud bukan dengan alasan bahwa
sujud kepada Adam as., adalah syirik, seperti dugaan sementara orang yang
sangat dangkal pemahamanya. Keenggananya bersumber dari keangkuhan yang
menjadikan ia menduga dirinya lebih baik dari Nabi Adam as.[3]
C. Surat
ar-Ruum ayat 54
الله
اَّلذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُرَّةَ ثُمَّ جَعَلَ
مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَ شَيْبَةً يَخْلُقُ ما يَشَاءُ وَهُوَ اْلعَلِيْمُ
اْلقَدِيْرُ
Artinya:
“Allah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan sesudah
keadaan lemah itu kekuatan. Kemudian Dia menjadikan sesudh kekuatan itu
kelemahan dan uban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Penjelasan:
Ayat
ini memulai dengan menyebut nama wujud yang teragung dan yang khusus bagi-Nya
serta yang mencakup segala sifat-Nya yakni: Allah, Dialah yang menciptakan
kamu dari keadaan lemah yakni setetes sperma yang bertemu dengan indng
telur. Lalu tahap demi tahap meningkat dan meningkat hingga kemudian setelah
melalui tahap bayi, kanak-kanak dan remaja, Dia menjadikan kamu sesudah
keadaan lemah itu memiliki kekuatan sehingga kamu Dia menjadikan kamu
sesudah menyandang kekuatan itu menderita kelemahan kembali dengan hilangnya
sekian banyak potensi, dan tumbuhnya uban di kepala
kamu. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki sesuai hikmah kebijaksanaa-Nya
dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Ayat diatas melukiskan pertumbuhan
fisik, kendati kelemahan dan kekuatan berkaitan juga dengan mental seseorang.
Ada kelemahan manusia menghadapi sekian banyak godaan, juga tantangan yang
menjadikan semangatnya mengendor. Di sisi lain ada kekuatan yang dianugerahkan
Allah berupa kekuatan jiwa menghadapi tantangan. Tentu saja kekuatan dan
kelemahan fisik maupun mental seseorang berbeda kadarnya satu pribadi dengan
pribadi yang lain, dan atas dasar itulah agaknya sehingga kata-kata (ضعف ) kelemahan dan kata (قوة
) kekuatan ditata dalam bentuk indefinit.
Apa yang dikemukakan ayat di atas
adalah uraian tentang tahap-tahap hidup manusia secara umum, bukan yang dialami
oleh setiap orang, karena di antara manusia ada yang meninggal dunia pada tahap
awal hidupnya, ada juga saat puncak kekuatanya. Namun jika tahap puncak itu
dilampauinya, maka pasti dia akan mengalami tahap-tahap kelemahan lagi. Apapun
yang dialami manusia, semua kembali pada Allah SWT. Karena itu, setelah
menyebut tahap-tahap tersebut, ayat diatas menegaskan bahwa Dia menciptakan
apa yang Dia kehendaki dan menetapkan buat manusia tahap-tahap yang dilalui
serta kadar masing-masing. Itu semua ditetapkan atas dasar pengetahuan-Nya yang
menyeluruh, karena Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.[4]
D. QS. At-Tin ayat 4-6
Terjemah
4. Sungguh Kami telah menciptakan manusia dengan bentuk
yang amat baik
5. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang paling
rendah
6. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Maka bagi mereka pahala yang tiada putusnya
Munasabah
Hubungannya
dengan Surat Asy-Syarh ialah kalau dalam Surat Asy-Syarh dijelaskan oleh Tuhan
tentang keadaan makhluk Allah yang paling sempurna, yaitu Nabi Muhammad saw.
maka dalam Surat ini Allah menerangkan tentang keadaan manusia sampai akhir
perhentian urusannya dan balasan apa yang disediakan oleh Allah swt. untuk
orang yang beriman kepada Rasul-Nya.
Penafsiran Ayat
Ayat 4
“Sungguh
Kami telah ciptakan manusia dengan bentuk yang amat baik”
Maksudnya, Kami telah
menciptakan manusia dengan bentuk yang paling baik. Kami jadikan ia mempunyai
perawakan tegap, bertulang tumit indah, mampu mencapai maksud yang
diinginkannya dengan tangannya, tidak seperti hewan yang memungut sesuatu
dengan mulutnya.
Allah telah mengistimewakan
manusia dengan akal, kesanggupan membedakan serta menerima ilmu dan berbagai
pengetahuan serta membuat gagasan-gagasan yang menjadikannya mampu menguasai
alam, di samping itu ia pun punya kemampuan dan jangkauan untuk meraih
segalanya.
Manusia yang memiliki ahsan taqwim (bentuk yang
amat baik) berarti manusia yang dianugerahi bentuk fisik dan psikis yang
sebaik-baiknya, yang menyebabkan manusia dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya
sebaik mungkin dan terpenuhi dalam dirinya nilai-nilai tertentu sehingga ia
dapat berfungsi sesuai dengan tujuan kehadirannya atau tujuan penciptaannya.
Akan tetapi
manusia lalai atas keistimewaannya. Ia menyangka dirinya seperti makhluk yang
lain. Dia melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan oleh akal sehat dan fitrahnya.
Lalu membekali dirinya dengan kenikmatan dunia dan kesenangan hawa nafsu dengan
jalan apa saja yang dapat dilaluinya, berpaling dari memikirkan sesuatu yang
bermanfaat untuk akhiratnya kelak, dan apa yang membuat keridhaan Tuhan dan
memperoleh kenikmatan abadi.
Al-qur’an memperkenalkan manusia melalui sekian banyak
ayat-ayatnya, memperkenalkan potensi positif dan negatif yang dimilikinya.
Kepadanya diberikan petunjuk-petunjuk agama agar dapat mencapai puncak
tertinggi dari kemanusiaannya. Namun, sebagian mereka enggan mengikuti
petunjuk-petunjuk tersebut hingga jatuh ke tempat yang serendah-rendahnya[5].
Ayat 5
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang rendah”
Yaitu
karena dia telah menukar perbuatan baik dengan perbuatan rusak, menerjunkan diri
dalam kesesatan, melupakan fitrah sucinya, menenggelamkan diri dalam jurang
perbuatan buruk dan dosa, kecuali orang-orang yang dipelihara oleh Allah.
Orang-orang ini tetap dalam kesucian fitrahnya yang telah Allah gariskan sejak
dahulunya.
Ayat 6
“Kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putusnya”
Yaitu orang-orang
yang hatinya sudah penuh dengan iman, mengetahui bahwa alam ini ada pencipta
yang mengatur segala urusannya, telah menetapkan syariat agama untuk jalan
kehidupan manusia dan percaya benar-benar bahwa perbuatan dosa ada hukumannya
dan perbuatan baik ada pahalanya. Mereka itu adalah orang-orang yang diberi
petunjuk kepada kebenaran oleh Allah[6].
E .Q.S. Al-Mu’min 67
uqèd Ï%©!$# Nà6s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ §NèO öNä3ã_Ìøä WxøÿÏÛ §NèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& ¢OèO (#qçRqä3tFÏ9 %Y{qãä© 4 Nä3ZÏBur `¨B 4¯ûuqtGã `ÏB ã@ö6s% ( (#þqäóè=ö7tFÏ9ur Wxy_r& wK|¡B öNà6¯=yès9ur cqè=É)÷ès? ÇÏÐÈ
Artinya :
Dialah
yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa). Kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) samapi tua, diantara kamu ada yang di wafatkan
sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang
ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
Sebagaimana
pada ayat diatas yang menerangkan tentang bahan penciptaan manusia, pada saat
ini juga menerangkan hal tersebut. Yakni fisik manusia diciptakan dari tanah.
Dia masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minumanya. Zat-zat makanan
itu memperkaya darah manusia. Darah itulah yang mengandung mania atau seperma.
Mani
atau khama tu dikeluarkan setelah terjadi persetubuhan antara seorang laki-laki
dan perempuan. Di dalam rahim kedua mani itu bercampur dan berpadu jadi satu.
Itulah yang disebut nuthfah yaitu mani yang telah bergumpal jadi satu
epat puluh hari lamanya kemudian menjadi darah, kemudian akan tambah membeku
menjadi mudhgah yaitu segumpal daging yang kemudian dikeluarkan dan menjadi
bayi setelah genap bulannya ada yang tercepat yaitu tujuh bulan dan ada yang
biasa yaitu sembilan bulan.
Hal
tersebut terjadi supaya manusia memahami bahwa segalanya itu ditentukan oleh
Allah SWT tidak dicampuri oleh tangan manusia sedikitpun. Tidak ada seorang pun
yang dapat menghindari masa itu.
Manusia
di ciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah yang merupakan salah satu
unsur yang ada di dalam bumi. Tanah mengandung unsur-unsur yang nantinya akan
membentuk fisik manusia. Fisik yang terbentuk akan di sempurnakan oleh Allah
SWT dengan bentuk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk yang lain.
Kemudiaan ditiupkan roh ke dalamnya sehingga manusia bernyawa dan hidup. [7]
Allah Swt., telah megurutkan umur
manusia menjadi tiga tahap, yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa dan masa tua.
Dan diantara manusia ada yang dimatikan sebelum mencapai tahap yang terakhir
dan Allah melakukan yang seperti itu agar kalian mencapai saat yang telah
ditentukan yaitu hari kiamat dan agar kalian memahami bermacam-macam pelajaran
dan hikmat yang terdapat dalam peralihan.[8]
F.
Aspek Tarbawi
1. Allah telah
menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia memiliki
berbagai keistimewaan daripada makhluk lain seperti diberi akal yang dengannya manusia dapat
melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik.
2. Manusia diciptakan
dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya untuk melaksanakan fungsi
kekhalifahan,
3. Proses kejadian
manusia ada dua tahap yaitu penyempurnaan fisik dan penghembusan Ruh Illahi.
Apabila manusia tidak bisa menyeimbangkan dua aspek tersebut, maka dia akan
terjerumus ke dalam tempat yang serendah-rendahnya.
4. Tempat yang rendah
itu digambarkan seperti keadaan manusia sebelum Ruh Illahi menyentuh
fisiknya.
5. Manusia tidak akan
terjerumus ke tempat rendah tersebut selama manusia tetap beriman dan beramal
saleh. Dan mereka akan tetap mendapat pahala yang tiada terputus dari perbuatan
baiknya.
6. Proses kejadian manusia ada dua tahap yaitu penyempurnaan
fisik dan penghembusan Ruh Illahi. Apabila manusia tidak bisa
menyeimbangkan dua aspek tersebut, maka dia akan terjerumus ke dalam tempat
yang serendah-rendahnya.
7. Tempat yang rendah
itu digambarkan seperti keadaan manusia sebelum Ruh Illahi menyentuh
fisiknya.
8. Manusia tidak akan
terjerumus ke tempat rendah tersebut selama manusia tetap beriman dan beramal
saleh. Dan mereka akan tetap mendapat pahala yang tiada terputus dari perbuatan
baiknya.
9. Manusia tidak
diperbolehkan sombong karena tercipta dari nuthfah
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1986. Tarjamah Tafsir
Al-Maraghi. Yogyakarta: Sumber Ilmu.
Al-Maraghi , Ahmad Mustafa. 1889. Terjemah
Al-maraghi 18. Semarang:
Toha
Putra.
Al-Maraghi, Akmad
Musthafa. 1987. Terjemah al-Maraghi 24. Semarang : Toha Putra
Hamka. 1982, Tafsir
Al-Azhar juzz XXIV , Jakarta : Panjimas
Shihab, Muhammad Quraish. 1997. Tafsir Al-Qur’anul
Karim. Bandung: Pustaka Hidayah.
PROFIL PENULIS
1.
NAMA :
Siti Nuraini
TTL :
Batang, 14 Juni 1994
Alamat :Sinongko,
Blado, Batang
Hobby :
Membuat kerajinan
Motto :
Berjuang selagi muda
Cita-cita : Dosen dan pengusaha
rajutan
Nama :
Ita Masitha
Ttl :
Pemalang , 4 November 1996
Alamat : Petarukan, Pemalang
Nama :
Lili Sun Haji
Ttl :
Pemalang, 22 Februari 1995
Alamat : Bodeh, Pemalang
Nama :
Listi Bahati
Ttl :
Pemalang, 12 Maret 1996
Alamat : Ds. Gendowang, Moga, Pemalang
Motto :
Jangan pernah takut pada bayanganmu sendiri “selalu percaya diri”
Nama : Milatina Ulfah
Ttl : Batang, 26 September 1996
Alamat : Masin Warungasem, Batang
[1]Syekh Ahmad Mustafa Al-maraghi, Terjemah
Al-maraghi 18, (Semarang: CV. Toha Putra, 1889), hlm. 10.
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 169.
[3]
Ibid., hlm. 118-125.
[4]
Ibid., hlm. 96-97.
[5] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-qur’anul
Karim (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), hlm. 740-764.
[6] Ahmad
Musthafa Al-Maraghi, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi (Yogyakarta: Sumber
Ilmu, 1986), hlm. 232-235.
[7] Hamka, Tafsir Al-Azhar juzz XXIV (1982,
Jakarta : Panjimas), Hlm.169-170
[8] Akmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi juz
24 (1987, Semarang : PT Karya Toha Putra), hlm. 169-170.
ok
BalasHapusyes
BalasHapus