TAFSIR TARBAWI: PRINSIP ETOS KERJA
"KEBAIKAN HIDUP DI DUNIA DAN AKHIRAT"
MUHAMMAD NUR ROIS
(2021114141)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta inayah-Nya kepada saya sehingga makalah yang berjudul “Kebaikan Hidup di Dunia dan di Akhirat” ini dapat di selesaikan. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan nabi kita, Nabi Muhammad SAW serta kepada keluarga dan sahabatnya. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Ghufron Dimyati M.S.I Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Tafsir Tarbawi II
Dengan demikian, Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baik nya,meskipun tidak komprehensif. Di samping itu, apabila dalam makalah ini di dapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca . Amin yaa rabbal”alamin.
Pekalongan, 14 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN 4
Latar Belakang Masalah 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Definisi Judul 5
B. Hadits dan Ayat Pendukung 6
C. Teori Pengembangan 7
D. Aspek Tarbawi 11
BAB III PENUTUP . 13
A. Kesimpulan 13
B. Daftar Pustaka ............................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap hamba yang beriman akan meyakini bahwa ada kehidupan yang kekal setelah kehidupan di dunia yang fana. Oleh karena itu kebahagiaan yang dipersiapkan adalah kebahagiaan yang beriringan, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Apa saja kunci rahasia rahasia hidup bahagia? Apakah harta menjadi jaminan? Banyak orang kaya yang memiliki jumlah harta tak terhitung, namun mereka tidak menemukan kebahagiaan hidup. Bahkan tak jarang dengan harta yang dimilikinya tersebut ia akan menjadi sengsara. Bukan hanya sengsara di dunia tapi juga di akhirat.
Demikian juga bagi mereka yang memiliki jabatan terhormat. Jabatan tinggi tidak menjamin kehidupan seseorang akan bahagia. Lihatlah bagaimana banyaknya para pejabat yang siang malam resah tak tenang memikirkan kalau-kalau ia akan mendapatkan tuntutan dari rakyatnya untuk lengser, takut diturunkan oleh lawan politik dan lain sebagainya. Harta, tahta ataupun wanita dan keluarga bukan lah kunci dari rahasia hidup bahagia, tetapi dengan menjalankan segala perintah allah dan menghindari segala larangannyalah kebahagiaan dunia dan akhirat tersebut dapat tercapai.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan secara detail mengenai kebahagiaan dunia dan akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Judul
Kebahagiaan di dunia dan di akhirat adalah dambaan setiap insan,hanya saja perlu diketahui bagaimana cara untuk meraih keduanya,Kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemilik-Nya,Bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin.
Tidak didapatkan satu ajaranpun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan satu prinsip pun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitik beratkan perhatiannya pada dunia dan lupa akan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Kehidupan dunia yang beraneka ragam, yang penuh gemerlap terkadang menyilaukan, banyak yang berlomba ingin meraih dan mencapai kemegahan hidup tersebut, tidak sedikit pula mereka berkompetisi saling bersaing, dan memperbanyak harta,kendati demikian sudah mengerahkan kemampuan, tidak semua bisa diraih, bahkan bermuara pada hal-hal menghalalkan segala cara.
Bagi seorang Muslim yang beriman dan bertakwa, dan menggatungkan segala harapannya hanya kepada Allah Swt yang yakin akan hari pembalasan, tentu tidak demikian, justru berfikir bijak untuk meraih kebahagiaan di dunia juga berfikir untuk meraih kebahagiaan akhirat yang kekal abadi, Karena di hari pembalasan, kedudukan, kebanggaan dll tidak akan ada manfaatnya,kerena di hari pembalasan kita berhadapan dengan Allah Swt, Hakim yang Maha Adil, tidak seorang pun dizalimi, semua manusia akan diberi imbalan dan sanksi sesuai dengan amal perbutannya masing-masing.
B. Hadits dan Ayat Pendukung
Dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu mengatakan, "doa yang paling sering dibaca Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah;
اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (HR. Bukhari dan Ahmad)
Anas bin Malik biasa berdoa dengan doa ini saja dan ketika melantunkan beberapa doa pasti beliau memasukkan doa ini di dalamnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari jalan Abu Nu'aim, Abdussalam bin Syadad –yakni Abu Thaluth- berkata, aku pernah bersama Anas, lalu Tsabit berkata kepadanya, "sesungguhnya saudara-saudaramu meminta agar engkau mendoakan mereka. Lalu Anas berdoa, "Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." Merasa kurang, mereka meminta agar didoakan lagi ketika mereka akan beranjak pergi, lalu Anas berkata, "jika Allah sudah memberikan untuk kalian kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta memelihara kalian dari siksa nereka, berarti Dia telah memberikan untuk kalian seluruh kebaikan."
Al Qadli Iyadh rahimahullah mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam banyak berdoa dengan ayat ini (al Baqarah: 201) karena mengandung seluruh isi doa dari urusan dunia dan akhirat."
Dalam QS. Asy-Syuura ayat 20 juga menjelaskan :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖوَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
Artinya : “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.”
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa barangsiapa yang menghendaki dengan amal dan usahanya untuk tujuan akhirat, Dia mudahkan baginya untuk beramal saleh, kemudian Dia mengganjar amalnya itu, satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan sampai berlipat ganda, menurut kehendak Allah SWT begitu pula sebaliknya, barangsiapa mengharapkan dari amal usahanya kemewahan dunia dengan segala bentuknya dan tidak ada sedikitpun perhatiannya tentang amalan dan pahala akhirat, maka Dia akan memberikan sebanyak apa yang telah ditentukan baginya, tetapi ia tidak akan memperoleh sedikit pun pahala akhirat karena amal itu sesuai dengan niatnya, dan bagi setiap orang balasan amalnya sesuai dengan niatnya.
C. Teori Pengembangan
1. Ayat Terjemah QS. Al-Baqarah Ayat 201
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Artinya :
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
2. Penjelasan Ayat
Dalam firman Allah ini terdapat tiga pembahasan :
Pertama, Firman Allah ta’ala وَمِنْهُمْ “Dan diantara mereka” yakni diantara manusia. Mereka adalah kaum muslimin yang meminta kebaikan dunia dan akhirat.
Terjadi silang pendapat tentang takwil “dua kebaikan”. Dalam hal ini ada beberapa pendapat. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib RA bahwa kebaikan di dunia adalah wanita cantik, sedang kebaikan di akhirat adalah bidadari. (Yang dimaksud dari firman Allah) : وَقِنَا عَذَابَ النَّار “Dan peliharalah kami dari siksa neraka” adalah wanita yang buruk.
Namun Al-Qatadah mengatakan bahwa Penakwilan itu jauh dari kebenaran, dan tidak sah bersumber dari ali, pasalnya api yang sesungguhnya adalah api yang membakar. Sedangkan menggunakan kata api untuk wanita adalah majaz. Lebih lanjut Qatadah mengatakan bahwa kebaikan di dunia adalah berada dalam kesehatan dan kecukupan harta. Al-Hasan juga mengatakan bahwa kebaikan dunia adalah pengetahuan dan ibadah.
Namun pendapat yang dianut oleh mayoritas Ahlul Ilmi adalah bahwa yang dimaksud dengan dua kebaikan tersebut adalah kenikmatan di dunia dan diakhirat. Inilah pendapat yang benar, sebab lafadz حَسَنَةً tersebut mengandung makna "semua ini". Pasalnya lafadz حَسَنَةً adalah lafadz nakiroh yang berada dalam kalimat doa, sehingga ada kemungkinan mencakup semua kebaikan. Adapun yang dimaksud kebaikan akhirat adalah surga, hal ini didasarkan pada ijma’. Jadi lafadz حَسَنَةً ini bukan hanya diartikan sebagai iman yang kukuh, kesehatan, rezeki yang memuaskan, dan pasangan yang ideal, tetapi segala yang menyenangkan di dunia dan berakibat menyenangkan di hari kemudian.
Kedua, Yang dimaksud Firman Allah ta’ala وَقِنَا عَذَابَ النَّار “Dan peliharalah kami dari siksa neraka” adalah doa agar tidak tidak menjadi orang yang masuk ke dalam neraka karena kemaksiatan-kemaksiatannya, kemudian dia dikeluarkan dari sana berkat syafaat. Dan doa tersebut merupakan penekanan agar dapat masuk surga.
Ketiga, Ayat ini merupakan ayat yang kalimatnya mencakup semua doa, yang meliputi dunia dan akhirat. Dikatakan kepada Anas “Berdoalah kepada Allah untuk kami”. Anas kemudian berdoa “Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari api neraka”. Mereka berkata “Tambahkanlah untuk kami !”. Anas bertanya “Apa yang kalian kehendaki ? Sesungguhnya aku telah meminta dunia dan akhirat”. Oleh karena itulah apabila Anas hendak berdoa, maka dia berdoa dengan doa tersebut.
Dalam Hadits Umar dinyatakan bahwa dia thawaf mengelilingi ka’bah seraya mengatakan “Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari api neraka”. Dia tidak mempunyai kebiasaan lain selain membaca doa tersebut. Demikianlah yang dikemukakan oleh abu Ubaid.
Ibnu Juraij berkata “Aku mendapatkan berita bahwa beliau memerintahkan agar doa yang paling sering diucapkan oleh seorang muslim di tempat wukuf adalah doa “Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari api neraka”.
Ayat ini mengandung pengertian bahwa berlebih-lebihan dalam masalah agama dan selalu keras/kaku adalah satu hal tercela serta keluar dari fitrah manusiawi. Allah telah melarang perbuatan ini.
D. Aplikasi Dalam Kehidupan
Manfaat doa ini sangat luar biasa. Kandungannya mencakup kebaikan yang diinginkan setiap insan sejak di dunia hingga akhirat. Kebaikan di dunia mencakup setiap yang diinginkan dari masalah dunia berupa kesehatan, tempat tinggal yang luas, rizki yang banyak dan halal, istri shalihah, anak shalih, ilmu bermanfaat, amal shalih, ibadah khusyu', kendaraan yang nyaman, nama baik dan lainnya.
Sedangkan kebaikan di akhirat yang tertinggi adalah masuk surga dan mendapat ridla Allah serta kenikmatan-kenikmatan yang mengirinya berupa rasa aman dari huru-hara yang mengerikan di padang mahsyar, diringankan hisab dan lainnya. Maknanya juga meminta agar diselamatkan dari siksa-siksa dan penderitaan yang ada di kubur, padang mahsyar, dan di neraka. Itulah sebabnya di ujung ayat ini terdapat pernyataan permohonan agar terhindar dari azab api neraka di akhirat.
Sedangkan maksud diselamatkan atau dipelihara dari siksa neraka adalah dimudahkan untuk menjauhi jalan yang menghantarkan ke neraka berupa menjauhi maksiat dan dosa serta meninggalkan perkara syubuhat dan haram.
Dalam hal ini ada empat kelompok manusia :
1. Orang yang meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
2. Orang yang meraih kebahagiaan di dunia tetapi mendapat penderitaan di akhirat.
3. Orang yang di dunia mendapat harta pas-pasan, rumah sederhana, kadang kala kekurangan, tetapi di akhirat meraih kebahagian dan kenikmatan abadi.
4. Orang yang mendapat penderitaan di dunia dan di akhirat.
1. Meraih Kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat
Kelompok pertama,Sesungguhnya ajaran Islam tidak melarang kita hidup dengan berlimpah harta, Bahkan kita diperintahkan untuk bekerja keras mencari ilmu, kedudukan,pasangan hidup,keturunan dll, dan sangat dianjurkan semangat meraih semuanya,dan menjauhi segala bentuk kemalasan, Asalkan semua yang kita usahakan itu dalam rangka mencari Ridha Allah Swt dan berada dalam rambu-rambu dan koridor nilai-nilai kebenaran
Dengan harta,ilmu,kedudukan dan lain sebagainya yang kita miliki,kita leluasa beramal ibadah sesuai dengan yang diperintahkan Allah Swt dan Rasulullah Saw.
2. Meraih Kebahagiaan di Dunia Tetapi Mendapat Penderitaan di Akhirat
Orang kelompok kedua ini sangat cinta dunia dan takut akan kematian, ia menghalalkan segala cara untuk mewujudkan tujuan hidupnya.Hidup bermegah-megah dengan harta,kedudukan,dan gelar disandangnya,Melalaikan kehidupan akhirat,sehingga ia lupa beribadah dan taat kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw, Orang yang kelompok kedua ini biasanya sudah bergelimang dengan harta dan kemewahan dan sangat kikir dengan hartanya untuk kepedulian umat.
Orang pada golongan ini sibuk mengejar dan memperbanyak harta sehingga lalai dari beribadah kepada Allah Swt. Padahal yang benar harta itu dicari untuk digunakan agar bisa beribadah, bukan harta itu sebagai tujuan yang melalaikan ibadah, tapi harta itu sarana ibadah.
3. Di Dunia Mendapat Harta Pas-pasan Tetapi di Akhirat Meraih Kebahagiaan dan Kenikmatan Abadi
Kelompok ketiga ini termasuk orang-orang Qanaah (merasa selalu cukup) atas rezeki yang di Anugerahkan Allah pada dirinya. Ia sadar Allah melebihkan rezeki seseorang dari yang lain, karena kemampuan dan ikhtiar masing-masing, ia tidak melihat ke atas, tetapi melihat kebawah,ia sadar masih banyak orang yang kekurangan, melebihi keadaan dirinya,satu hal yang tidak pernah ditinggalkannya, adalah mendirikan Shalat lima waktu dan shalat sunnat,serta beramal ibadah lainya sesuai kemampuan.
Keistiqamahan dan ketakwaan kepada aturan-aturan Allah Swt dan Rasulullah Saw Inilah yang mendorong dirinya memilih anugerah akhirat yang sifatnya kekal abadi di akhirat, memilih tiket surga,ketimbang memilih kehidupan dunia yang sifatnya sementara.
4. Mendapat Penderitaan di Dunia dan di Akhirat
Kelompok ke empat Rasulullah Saw memprediksikan kemiskinan (kefakiran) membawa pada kekufuran. Inilah yang paling dikhawatiran, Miskin Ilmu, miskin harta, akan tetapi ia pun meninggalkan kewajiban dirinya sebagai Hamba Allah Swt, ia tinggalkan shalat, puasa, dan kewajiban lainnya. Inilah kelompok orang yang terpuruk yang paling merugi dan sengsara di dunia di akhirat pun menderita.
E. Aspek Tarbawi
Dari QS Al-Baqarah ayat 201 ini terdapat beberapa faidah dan beberapa hal yang dapat kita teladani, di antaranya adalah :
1. Di dalam ayat ini berisi Do’a yang disyari’atkan untuk dibaca dalam segala kondisi
2. Menginginkan kebaikan duniawi semata adalah ciri bagi mereka yang bercita-cita rendah karena pada ayat sebelumnya Allah menyebutkan perihal golongan yang meminta kebaikan di dunia tanpa meminta kebaikan di akhirat, dan Allah pun menegaskan di akhirat kelak tidak akan ada bagian kebaikan bagi mereka.
3. Kebaikan di dunia yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup seluruh keinginan duniawi, baik berupa kesehatan, rumah yang lapang, istri yang cantik, reseki yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, amal shalih, kendaraan yang mewah, pujian dan selainnya
4. Ucapanوَقِنَا عَذَابَ النَّارِ merupakan permintaan hamba agar dilindungi dari siksa neraka sekaligus menunjukkan bahwa dirinya memohon segala sebab agar dirinya dijauhkan dari siksa neraka dipermudah oleh Allah, yaitu dengan menjauhi segala bentuk keharaman, dosa dan meninggalkan perkara yang syubhat
5. Meski lafadznya ringkas namun kandungan do’a ini mencakup seluruh kebaikan dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering memanjatkan do’a ini, dan bahkan Anas radhiallahu ‘anhu mengatakan do’a ini adalah do’a yang paling banyak dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari dan Muslim).
6. Seyogyanya prioritas utama seorang hamba dalam do’anya adalah perkara akhirat. Hal ini ditunjukkan dalam ayat di atas, dimana terdapat dua permohonan terkait perkara akhirat, yaitu kebaikan akhirat dan perlindungan dari siksa neraka, dan hanya satu permohonan terkait pekara dunia.
PENUTUP
1. Kesimpulan
QS. Al-Baqarah Ayat 201 menjelaskan akan pentingnya kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan dunia yang dimaksud adalah kesehatan, tempat tinggal yang luas, rizki yang banyak dan halal, istri shalihah, anak shalih, ilmu bermanfaat, amal shalih, ibadah khusu', kendaraan yang nyaman, nama baik dan lainnya.
Sedangkan kebaikan di akhirat yang tertinggi adalah masuk surga dan mendapat ridla Allah serta kenikmatan-kenikmatan yang mengirinya berupa rasa aman dari huru-hara yang mengerikan di padang mahsyar, diringankan hisab dan lainnya. Maknanya juga meminta agar diselamatkan dari siksa-siksa dan penderitaan yang ada di kubur, padang mahsyar, dan di neraka.
Tetapi kadangkala sebagai manusia justru cenderung lebih mementingkan kebahagiaan yang sifatnya duniawi saja dan mengesampingkan kehidupan akhirat. Oleh karena itu didalam ayat ini terdapat doa yang hendaknya selalu kita panjatkan kepada sang khalik yang mana doa tersebut berisi tentang harapan mencapai kebahagiaan dunia dan diakhirat.
2. Daftar Pustaka
Hamka. 2002. Tafsir Al-Azhar Juz XII. Jakarta: Pustaka Panjimas
Al Maraghiy, Musthofa. Ahmad. 1988. Tafsir Al Maraghiy. Semarang: Tohaputra Semarang
Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Penerbit Lentera Hati
Al-Qurtubi, Syaikh Imam. 2007. Tafsir Al-Qurtubi. Jakarta: Pustaka Azzam
Biodata Penulis
Nama : Muhammad Nur Rois
TTL : Pekalongan, 26 Agustus 1996
Alamat : Simbang Kulon Gg. 4 Buaran Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar