KEWAJIBAN BELAJAR “
SPESIFIK”
Pengembaraan untuk
Menuntut Ilmu
(QS. Al-Ankabut Ayat
19-20)
Atikah Fitri (
2021115053 )
Kelas A
JURUSAN TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan
isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi
sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Tidak lupa sholawat serta salam
kami ucapkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad beserta keluarga,
sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul besar “Kewajiban Belajar SPESIFIK” dan judul kecil “Pengembaraan untuk
Menuntut Ilmu (QS. Al-Ankabut Ayat 19-20)”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Tarbawi I, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan tahun akademik 2016. Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak maka, makalah ini tidak akan terwujud. Oleh sebab itu pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
- Bapak Drs. M. Ghufron Dimyati, MSI selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I.
- Bapak dan ibu selaku kedua orang tua saya yang telah memberikan
dukungan moral, materiil serta motivasinya;
- Segenap Staf Perpustakaan IAIN Pekalongan yang telah memberikan
bantuan referensi-referensi buku rujukan;
- Segenap
teman-teman yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasinya;
- Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan
materiilnya.
saya menyadari bahwa
adalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan segala
kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
lebih baiknya kinerja saya akan mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan
tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Pekalongan, september 2016
Penul
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang dalam diri manusia melalui
pengalaman empiris , rasional, dan ilham yang masuk melalui indra, baik zahir
maupun batin. Oleh karena itu, Al- Qur’an selalu mengajak manusia menggunakan
indranya untuk mengkaji alam dan fenomena yang terjadi dengan melakukan
perjalanan di muka bumi agar kita bisa menemukan banyak pelajaran yang berharga
melalui ciptaan Allah.
B.
Judul
Judul garis
besar makalah ini adalah Kewajiban belajar “Spesifik”, dan sub pembahasannya
adalah Pengembaraan untuk Menuntut Ilmu
C.
Manfaat
Manfaat mempelajari ayat ini adalah
1.
Di dalam ayat ini kita diperintahkan
untuk melakukan perjalanan di muka bumi agar kita bisa menemukan banyak
pelajaran yang berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka
ragam maupun dari peninggalan – peninggalan lama yang masih tersisa
pung-puingnya
2.
Kita bisa merenungkan segala sesuatu yang terjadi di alam semesta
ini.
3.
Kita bisa mengetahui betapa
besarnya kekuasaan Allah SWT.
D.
Nash dan Terjemahan
öNs9urr& (#÷rtt y#ø2 äÏö7ã ª!$# t,ù=yø9$# ¢OèO ÿ¼çnßÏèã 4 ¨bÎ) Ï9ºs n?tã «!$# ×Å¡o ÇÊÒÈ ö@è% (#rçÅ Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#ø2 r&yt/ t,ù=yÜø9$# 4 ¢OèO ª!$# à×Å´Yã nor'ô±¨Y9$# notÅzFy$# 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ÖÏs% ÇËÉÈ
Artinya
:
19. “Dan apakah tidak
mereka perhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan kemudian itu Dia
mengulanginya kembali, sesungguhnya pada yang demikian atas Allah adalah mudah.”
20. “Katakanlah :
‘Mengembaralah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Dia memulai
penciptaan, kemudian Allah memunculkan kemunculan yang lain, sesungguhnya Allah
atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Kuasa’.”
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Pakar tafsir, fakhruddin ar-razi,
menulis bahwa perjalanan wisata mempunyai dampak yang sangat besar dalam
menyempurnakan jiwa manusuia. Dengan prjalananitu, manusia memperoleh kesulitan
dan kesukaran yang denganya jiwa terdidik dan terbina, terasah dan terasuh.
Bisa juga ia menemui orang – orang terkemuka sehingga dapat memperoleh manfaat
dan informasi dari pertemuaanya dan yang lebih penting lagi ia dapat menyaksikan
aneka ragam ciptaan Allah.
Pakar
tafsir lain,jamaludin al- qasimi , menulis bahwa : ‘’aku telah menemukan skian
banyak pakar yang berpendapat bahwa kitab suci memerintah manusia agar mengorbakan
sebagiaan (masa) hidupnya untuk melakukan perjalanan agar ia dapat menemukan
peningalan-penigalan lama,mengetahui kabar berita umat terdahulu,agar semua itu
menjadi pelajaran dan ‘ibrah yang dengan
nya dapat diketuk dengan keras otak-otak yang beku. ’’Memang, sekiaan banyak
orang yang terpaku ditempat kediamannya yang terpaku pula pikirannya dengan
rutinitas dan kebiasaan kebiasaan yang dialamidan dilihatnya. Tetapi, jika dia
meninggalkan tempat, pikirannya akan
terbuka, perasaannya akan terasah, sehingga dia akan menemukan hal-hal baru
yang dapat mengantarnya kepada hakikat wujud ini dan bahwa di balik segala yang
dilihat dan didengarnya ada Tuhan Yang Maha Esa.[1]
B. Tafsir
1. Tafsir
Al-Maragi
öNs9urr& (#÷rtt y#ø2 äÏö7ã ª!$# t,ù=yø9$# ¢OèO ÿ¼çnßÏèã 4 ¨bÎ) Ï9ºs n?tã «!$# ×Å¡o ÇÊÒÈ
Ibrahim
kekasih Ar-Rahman mengisyaratkan kaumnya kepada penetapan pembangkitan kembali
yang mereka ingkari dengan apa yang mereka saksikan pada diri mereka sendiri,
seperti penciptaan mereka dari sebelumnya tidak ada sama sekali, pemberian
pendengaran, penglihatan dan hati kepada mereka, berbuatnya mereka di dalam
kehidupan hhingga waktu tertentu, kemudian kematian mereka setelah itu. Tuhan
yang memulai semua ini kuasa untuk mengembalikannya, bahkan pengembaliannya itu
lebih mudah baginya.
ö@è% (#rçÅ Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#ø2 r&yt/ t,ù=yÜø9$# 4 ¢OèO ª!$# à×Å´Yã nor'ô±¨Y9$# notÅzFy$# 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ÖÏs% ÇËÉÈ
Berjalanlah
di muka bumi dan saksikanlah langit-langit dengan segala bintangnya yang
terang, baik bintang yang tetap mmaupun bintang yang beredar, saksikanlah pula
bumi dengan segala isinya, seperti gunung, tanah rata, gurun pasir, padang
tandus, pepohonan dan buah-buahan, serta sungai-sungai dan lautan. Semua ini
menjadi saksi atas kebaruannya sendiri dan atas adanya pembuatannya yang
apabila berkata kepada sesuatu, “Jadilah”, maka terjadilah ia.[2]
2. Tafsir
Al-Azhar
Ayat
19
”Dan apakah tidak
mereka perhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan.”.
Allah tidaklah akan dapat dilihat dengan mata. Untuk meyakinkan adanya Allah.
Hendaklah peerhatikan alam yang diciptakan oleh Allah. Dalam ayat yang tengah
kita renungi ini terdapatlah panggilan kepada manusia yang selama ini kurang
memperhatikan, bahkan tidak teguh kepercayaannya tentang adanya Yang Maha
Kuasa. Atau kalaupun ada kepercayaan bahwa Tuhan itu ada , tidak
diperhatikannya bagaimana cara nya kita sebagai insan menghubungi al-khaliq
itu. Untuk mencari Allah perhatikanlah alam. kian diperhatikan, akan kian teranglah
dalam hatimu bantahan kepada pendirianmu yang kaku dan kejang, yang selama ini
mengatakan tuhan tidak ada. diawal ayat ini kita dianjurkan memperhatikan
bagaimana Allah memulai penciptaan. Banyak
permulan pendapat penciptaan ilahi yang sangat ajaib, yang mustahil
begitu teratur dan mengagumkan kalau dia terjadi tersendirinya .
Lihatlah
misalya Permulaan penciptaan manusia sendiri. Dari tetesan air kama atau mani
yang berpadu satu, dari diri seorang perempuan dan seorang laki-laki, terkumpul
didalam rahim peranakan perempuan. Dalam sekian hari dinamai nutfah (segumpal air pekat), kemudian
menjadi ‘alaqah (segumpal darah),
kemudian jadi mudhghah (segumpal daging), kemudian
daging itu beransur tumbuh tulang-tulang di dalamnya. Kemudian datang daging
lain memalut tulang itu, setelah 3 kali 40 hari mulailah dia bernyawa dan
setelah 9 bulan 10 hari, lahirlah kedunia.
Semuanya
terjadi setiap hari, tiap saat. Semuanya ganjil tidak diketahui bagaimana
perkembanganya dan dari mana sebab- musababnya oleh manusia, namun dia adalah
kenyataan.
“Kemudian itu Dia
mengulanginya kembali”.
“Sesungguhnya pada yang demikian atas Allah adalah mudah”.
Sebagaimana manusia ini hidup didinua, kemudian mati. Dan setelah mati kelak,
menurut ukuran waktu yang ditentukan Allah akan dibangkitkan kembali, yang
bernama hari kiamat, semuanya itu adalah urusan yang mudah saja bagi Allah.
Ayat 20.
“Katakanlah :
mengembaralah dimuka bumi, lalu
perhatikanlah bagaimana Dia memulai penciptaan.”.
disini perintah itu sudah lebih tegas
lagi. Manusia disuruh mengembara di muka bumi. Supaya dia jangan sebagai katak
di bawah tempurung. Jangan membeku saja tidak berfikir, tidak menyelidiki.
Selidikilah bagaimana asal mula penciptaan dalam alam ini.
“Kemudian Allah
memunculkan kemunculan yang lain.” Artinya ialah
setelah manusia memperhatikan awal permulaan penciptaan lam ini sampai menjadi ilmu, dianjurkan manusia supaya
merenungkan kemungkinan yang amat luas bagi Maha Penguasa itu.
“Sesungguhny Allah atas
tiap-tiap sesuatu adalah Maha Kuasa”. Kalau
manusia sudah insaf dan mengakuibahwa segala permulaan penciptaan itu sangat teratur dan mengagumkan, meninggalkan
bahwa kesan bahwa Pencipta itu memang Maha Kuasa, maka tidak ada jalan lagi
buat memungkiri bahwa Dia pun Maha Kuasa pula membuat bentuk alam kelak kadalam
bentuk yang lain, dan mengulangi kehidupan manusia dalam alam yang lain.[3]
3. Tafsir
Al-Mishbah
Ayat
19
“Dan apakah tidak
mereka perhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan kemudian itu Dia
mengulanginya kembali, sesungguhnya pada yang demikian atas Allah adalah mudah.”
Sesungguhnya
yang demikian itu yakni penciptaan dan pengulangannya bagi Allah semata – mata
dan khusus bagi –Nya adalah mudah. Kata(
) terambil dari kata ( ), yang dapat berarti melihat dengan mata kepala
atau mata hati/ memikirkan atau
memperhatikan.
Ayat
20
Katakanlah :”
berjalanlah di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan,
kemudian Allah menjadikannya di kali lain. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”
Sudah
banyak penjelasan yang dikemukakan melalui ayat –ayat lalu guna membuktikan
kekuasaan Allah dan keniscayaan Hari Kiamat. Kaum musyrikin belum juga
menyambut bai penjelasaan –penjelasan itu. Karena itu, ayat diatas
memerintahkan Nabi Muhammad saw. Bahwa : Katakanlah
kepada mereka: “ kalau kamu belum juga mempercayai keterangan-keterangan di
atas, antara lain disampakan oleh leluhur kamu dan bapak para nabi yakni Nabi
Ibrahim, maka berjalanlah di muka bumi
kemanasaja kaki kamu membawa kamu, lalu
dengan segera walau beberapa langkah kamu melangkah. perhatikanlah bagaimana Allah
memulai penciptaan makhluk yang beraneka ragam manusia, binatang, tubuhan
dan sebagainya, kemudian Allah
menjadikannya di kali lain setelah penciptaan pertama kali itu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.[4]
C. Aplikasi
Dalam Kehidupan
Melakukan wisata ziarah atau study tour
karena kita bisa menemukan banyak pelajaran yang berharga dari
perjalanan yang kita lakukan, dengan kita melakukan perjalanan kita bisa
mengamati dan memperhatikan segala macam
hal yang ada di dunia ini serta kita bisa menarik pelajaran dari bukti- bukti
kekuasaan Allah SWT.
D. Aspek
Tarbawi
1.
manusia menggunakan indranya untuk
mengkaji alam dan fenomena yang terjadi dengan melakukan perjalanan di muka
bumi.
2. Menuntut
ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.
3. Akal
digunakan untuk memikirkan, menafsirkan, segala sesuatu ciptaan Allah SWT.
4. Percaya
bahwa segala ciptaan Allah tidak ada yang sia-sia.
BAB
III
PENUTUP
SIMPULAN
Pada ayat diatas manusia disuruh merenungkan segala sesuatu
yang terjadi di alam semesta, mulai dari permulaaan sampai penciptaan tersebut
terulang-ulang. Dalam ciptaan Allah tidak ada yang sulit bagi-Nya. Selain itu
kita juga diperintahkan untuk melakukan perjalanan di muka bumi ini agar kita
bisa menemukan banyak pelajaran yang berharga baik melalui ciptaan Allah yang
terhampar dan beraneka ragam maupun dari peninggalan – peninggalan lama yang
masih tersisa pung-puingnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. 1993. Tafsir
Al- Maraghi,cet 2. Semarang: PT KaryaToha Putra Semarang,
Hamka. 2004. Tafsir Al-Azhar Juz XX. Jakarta: PustakaPanjimas.
Shihab, M. Quraish. 2011. Tafsir Al-Misbah. Jakarta:
Lentera Hati.
BIODATA PENULIS
Nama : Atikah
Fitri
TTL :
Pekalongan, 10 Febuari 1997
Alamat : Kali
Baros Rt 02 rw II Pekalongan Timur
Cita-Cita : Guru
dan pengusaha
Riwayat
Pendidikan :
·
Tk Salsabila II Jakarta
pusat
·
SDI An-nur Jakarta Pusat
·
MI NU Baros Pekalongan
Timur
·
SMP Islam Pekalongan
Timur
·
SMA N 04 Pekalongan
Timur
[1]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan, dan
keserasian dalam Al-Qur’an,(Jakarta:Lentera Hati,2011)hlm. 48
[2]Ahmad Musthafa
Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi,(Semarang:
PT Tohaputra Semarang, 1993) hlm. 221-222
[4]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan, kesan, dan
keserasian dalam Al-Qur’an,(Jakarta:Lentera Hati,2011)hlm. 47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar