KARAKTERISTIK
AHLI ILMU
SIFAT AHLI ILMU
QS. Fathir ayat 28
Khoirunnisa` (2021115018)
Kelas D
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
ISTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi I tentang Sifat Orang Alim. dalam Qur’an
Surah Fathir ayat 28 ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Muhammad
Hufron, M.S.I selaku
Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi I yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Ahli Sifat Orang Alim. dalam Qur’an Surah fathir ayat 28. Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun
ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan .
Pekalongan,
12 September 2016
Penulis
Khoirunnisa`
2021116018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di
antara makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan
pikiran. Itulah yang membedakan kita sebagai manusia berbeda dengan makhluk
penghuni bumi yang lain. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak manusia yang
hanya memanfaatkan pikirannya saja, tanpa memanfaatkan akalnya. Sehingga banyak
orang yang berilmu pengetahuan namun tidak menyadarinya bahwa ilmu yang
dimiliki itu adalah atas karunia yang telah Allah SWT berikan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis akan
mencoba mengkaji ayat-ayat tentang sifat orang alim yang terdapat dalam Quran
Surat Fathir ayat 28. Dan diharapkan setelah mengkajinya dapat bertambah
pengetahuan, menambah iman serta ketaatan kita terhadap tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT.
B. Judul
KARAKTERISTIK
AHLI ILMU “Sifat Orang Alim”
C. Nash
FATHIR AYAT 28
ÆÏBur Ĩ$¨Z9$# Å_U!#ur¤$!$#ur ÉO»yè÷RF{$#ur ì#Î=tFøèC ¼çmçRºuqø9r& Ï9ºxx. 3 $yJ¯RÎ) Óy´øs ©!$# ô`ÏB ÍnÏ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3 cÎ) ©!$# îÍtã îqàÿxî ÇËÑÈ
D. Terjemahan
Dan demikian
(pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak
ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
BAB II
ISI
A.
TEORI
Sifat
berarti ciri-iri tingkah laku yang tetap (hampir tetap). Secara sederhana sifat
adalah cirri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh
factor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan
cenderung bersifat tetap atau stabil
Ulama bentuk
dari kata alim yang berarti orang yang ahli dalam pengetahuan agama islam. Kata
alim adalah kata benda dari kata kerja alima yang artinya “mengerti atau
mengetahui”. Di Indonesia, kata ulama yang menjadi kata jama` alim, umumnya
diartikan sebagai “orang yang berilmu”. Kata ulama ini bila dihubungkan dengan
perkataan lain, seperti ulama hadist, ulama tafsir dan sebagainya, mengandung
arti yang luas, yakni meliputi semua orang yang berilmu. Apa saja ilmunya, baik
ilmu agama islam maupun ilmu lain. Menurut pemahaman yang berlaku sampai sekarang.
Ulama adalah mereka yang yang ahli atau mempunyai kelebihan dalam bidang ilmu
dalam agama islam, seperti ahli dalam tafsir, ilmu hadist, ilmu klaam, bahasa
arab dan paramasastranya seperti saraf, nahwu, balaghoh dan sebagainya.[1]
Peran ulama merupakan
pewaris para nabi. Sumber peta bagi manusia . barang siapa mengikuti petunjuk
mereka, maka ia termasuk orang yang selamat. Barang siapa yang dengan
kesombongan dan kebodohan menentang mereka, ia termasuk orang yang sesat.[2]
Al-Ghozali melukiskan sifat karakteristik ulama
atau orang alim:
1.
Orientasi
keilmuwannya selalu diperhitungkan dengan peetanggungjawaban dia akhirat.
2.
Sikap
perbuatannya konsisiten dengan ucapannya.
3.
Penuh
semangat untuk senantiasa mengembang ilmunya
4.
Sederhana
dalam hidup sehari-hari
5.
Tidak
terambisiuntuk memperoleh posisi formal.
6.
Cermat dan
waspada dalam memberikan fatwa
7.
Orientasi
aktifitasnya untuk pembangunan kedekatan diri kepada Allah
8.
Selalu
meningkatkan komitmensi keagamaan
B.
TAFSIR
1.
Tafsir
maraghiy
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ
كَذَلِكَ
Dan demikian pula manusia, binatang melata dan
binatang ternak bermacam-macam warnya, sekalipun satu jenis. Bahkan satu jenis
binatang kadang-kadang mempunyai
bermacam-macam warna. Maha suci Allah lah Allah Pencipta yang terbaik.
Semakna dengan ayat ini ialah firman allah
ta`ala:
وَمِنْ ا‘يَا تِهِ خَلْقُ السَّموَاتِ وَاْلاَرْضِ وَاخْتِلاَفُ اَلْسِنَتِكُمْ
وَاَلْوَانِكُمْ
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi
dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.( ar-rum, 30:22)
Dan setelah Allah menyebutkan satu persatu
tanda-tanda kebesaran, bukti-bukti kekuasaan dan bekas-bekas penciptaan-Nya,
maka Dia terangkan pula bahwa semua iu takkan diketahui sebaik-baiknya kecuali oleh orang-orang yang berilmu tentang
rahasia-rahasia alam semesta, yaitu orang-orang yng mengetahui tentang
rincian-rincian ciptaan Allah SWT. Mereka itulah yang faham akan hal itu
sebaik-baiknya dan mengetahui betapa keras hantaman Allah dan betapa besar
tekanan-Nya. Maka firman Allah:
اِنَّمَا يَخْشَى اللَهَ مِنْ
عِبَادِهِ اْلعُلَمَاءُ
Sesungguhnya yang takut
kepada Allah lalu bertakwa kepada terhadap hukuman-Nya dengan cara patuh
hanyalah orang-orang yang mengetahui tentang kebesaran kekuasaan Allah atas
hal-hal apa saja yang Dia kehendaki, bahwa Dia melakukan apa saja yang Dia
kehendaki. Karena orang yang mengetahui hal itu, dia yakin tentang hukuman
Allah atas siapapun yang bermaksiat dengan-Nya. Maka dia merasa takut dan ngeri
kepada Allah karena khawatir mendapat hukuman-Nya.
Ada sebuah atsar yang diriwayatkan dari ibnu
abbas bahwa dia berkata:
Orang yang berilmu tentang Allah yang maha
pengasih diantara hamba-hamba-Nya ialah orang yang tidak menyekutukan Dia
dengan sesuatu pun, menghalalkan apa yang dhalalkan Allah dan mengharamkan apa
yang diharamkan-Nya, memelihara wasiatNya dan yakin bahwa dia akan bertemu
dengan-Nya dan memperhitungkan amalanya.
اِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
Sesungguhnya Allah Maha perkasa dalam member
hukuman terhadap yang kafir kepada-Nya dan maha pengampun akan dosa-dosa dari
orang yang beriman dan taat kepada-Nya. Jadi Allah maha kuasa untuk menghukum
orang-orang yang bermaksiat dan menekan mereka ,dan maha kuasa pula untuk
member pahala kepada orang yang taat member maaf pada mereka. Dan adalah hak
dari Allah yang memberri hukuman an pahala untuk ditakuti.[3]
2.
Tafsir
Al-lubab
Pada surat fatir ayat 28 menjelaskan bahwa di
antara manusia, bintang melata, dan binatang ternak, bermacam-macam juga
bentuk, ukuran, jenis, dan warnanya.
Sebagian dari penyebab perbedaan itu dapat ditangkap maknanya oleh ilmuwan dan
karena itu sesungguhnya yang takut lagi kagum kepada Allah SWT di antara
hamba-hamba-Nya adalah ulama/para ilmuwan. Sungguh Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.[4]
3.
Tafsir Al-Ashar
Dan dari antara
manusia dan binatang-binatang melata dan binatang ternak beraneka warnanya
pula.’pangkal ayat 28). Di Ayat ini disebut tiga kelompok besar makhluk
bernyawa pengisi bumi. Pertama ialah manusia dengan berbagai warna dan bangsa
dan bahasa. Yang kedua, diminta perhatian kita kepada binatang-binatang yang
melata di muka bumi ini. Ketiga, tentang binatang-binatang ternak, sejak dari
untanya, kerbau, sapi, kambing, dan domba.tiga kali disebut aneka warna
macamnya, atau warna jenisnya.
Demi setelah menyuruh
kita melihat dan memperhatikan itu semuanya, yang dapat menimbulkan berbagai
ilmu pengetahuan dan pengalaman, bersabdalah Tuhan:”sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba –hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu.”
Dengan jelas pada
kalimat ini dijelaskan bahwasanya orang yang bisa merasakan takut kepada Allah,
ialah orang-orang yang berilmu.
Di pangkal kata ini
Tuhan memakai kata “innamaa”, yang berarti “lain tidak hanya”. Ahli-ahli ilmu
nahwu mengatakan bahwa huruf innamaaitu adalah adaatu hashr, yang artinya “alat
untuk pembalas”. Sebab itu artinya yang tepat dan jitu ialah : “lain tidak
hanyalah orang-orang yang berilmu jua akan merasa takut kepada takut kepada
Allah.” Kalau ilmu tidak ada , tidaklah orang akan merasa takut kepada Allah.
Karena timbulnya suatu ilmu ialah setelah diselidiki. Maka jelaslah di pangkal
ayat tadi bahwa Allah telah bersabda : “tidakkah engkau lihat!” maka kalau
tidak dilihat tidaklah akan tahu. Kalau sudah dilihat dan diketahui, dengan
sendirinya akan mengertilah bagaimana kebesaran Allah, kekuatanNya, da
keagunganNya. Terasa kecil diri di hadapan kekuasaan Maha Besar itu: maka
timbullah takut. Kalau takut telah timbul niscaya timbullah ketundukan, lalu
segala perintah dilaksanakan dan segala larangan dihentikan.
Dalam ayat ini bertemu
kalimat ulama, yang berarti orang-orang yang berilmu. Dan jelas pula bahwa ilmu
itu adalah luas sekali. Alam dikeliling kita, sejak dari air hujan yang turun
dari langit menghidupkan bumiyang telah mati, sampai kepada gunung-gunung
menjulang langit, warna-warni pada gunung, sampai yang lain-lain yang
disebutkan manusia, binatang melata, binatang ternak, dan berbagai warna,
sungguh menakjubkan dan menyakinkan tentang kekuasaan Allah. Di ujung ayat
dijelaskan :”sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha pengampun.” (ujung ayat
28).
Maka nampaklah bahwa
memang Allah itu maha perkasa. Sebesar itu alam keliling, hanya patuh menuruti
kodrat irodatnya. Namun kita manusia kerap kali akan kebesaran ilahi itu,
sehingga kerap kali terlanggar perintah terbuat dosa. Namun apabila telah insaf
dan mohon ampun, Dia tetap akan mengampuni.
Tentang ulama, atau
orang-orang yang berpengetahuan, ibnu katsir telah menafsirkan: “tidak lain
orang yang akan merasa takut kepada Allah itu hanyalah ulama yang telah
mencapai ma`rifat, yaitu mengenal Tuhan menilik hasil kekuasaan dan
kebesaranNya. Maha besar, maha kuasa, yang maha mengetahui, yang mempunyai
sekalian sifat kesempurnaan dn yang empunya”asmaul khusna (nama-nama yang
indah)”. Apabila ma`rifat bertambah sempurna dan ilmu terhadapNya bertambah
matang, ketakutan kepadaNyapun bertambah besar dan bertambah banyak.
Ibnu Abbas mengatakan:
“Alim sejati di antara hamba arrahman ialah yang tidak mempersekutukan Dia
dengan sesuatu pun, dan yang halal tetap halal dan yang haram tetap haram,
serta memelihara perintahNya dan yakin bahwa dia akan bertemudengan Dia, lalu
selalu menilik dan menghitung amalnya sendiri.”
Abdullah bin Mas`ud
berkata: “Bukanlah seorang dikatakan alim karena dia banyak hafal hadis. Alim
sejati adalah yang paling banyak khasyyah atau takutnya kepada Tuhan”.
Imam Malik berkata: “ilmu bukanlah karena banyak
menghapal riwayat hadis, bahkan ilmu adalah NUR yang dinyalakan Tuhan dalam
hati.”
Suatu riwayat yang dibawakan dari Sufyan Tsauri:
“ulama itu tiga macam, (1) alim yang mengenal Allah dan mengenal perintah
Allah, (2) alim yang mengenal Allah tetapi tidak mengenal perintah Allah dan
(3) alim yang mengenal perintah tetapi tidak mengenal Allah.”
Apabila direnungkan ayat 28 ini, jelaslah bahwa
jangkauan ulama itu amatlah luas. Nampaklah bahwa guru bukanlah semata-mata
kitab saja. Alam itu sendiri adalah kitab yang terbuka luas. Ada juga pepatah:
“alam terbentang jadikan guru!’
Setelah berguru kepada Alam terbukalah hijab dan
jelaslah Tuhan dengan serba serbi kebesaran dan keagunganNya, lalu timbullah
rasa takut kalau-kalau umur telah berbuang percuma saja.
Dengan demikian jelas pula bahwa ulama bukanlah sempit hanya sekedar orang yang tahu
hukum-hukum agama secara terbatas, dan bukan orang yang hanya mengaji kitab fiqh, dan bukan pula ditentukan oleh
jubah serban besar. Malahan kadang-kadang dalam perjalanan sejarah telah
kerapkali agama terancam bahaya karena olah serban besar.[5]
C.
APLIKASI
DALAM KEHIDUPAN
Aplikasi
dalam kehidupan yang terdapat dalam QS.Fathir ayat 28 adalah bahwa Allah SWT
menunjukkan kekuasan-Nya yaitu dengan menciptakan manusia, binatang, dan
tumbuhan dengan berbagai macam bentuk, jenis dan warnanya. Manusia pada
dasarnya diciptakan sama yaitu dari sperma. Yang membedakan manusia yang satu
dengan yang lain adalah sifatnya. Orang
yang alim, sifatnya akan senantiasa melakukan perintah-perintah Allah SWT dan
senantiasa akan menjauhi dan meninggalkan larangan-larangan Allah SWT karena
orang alim takut atas azab Allah yang akan diberikan kepada orang yang berbuat
dosa. Maka kita sebagai seseorang yang alim menyadari bahwa nikmat hidup yang
ada didunia ini bersifat sementara dan nikmat hidup yang abadi itu hanyalah di
akhirat maka mereka akan berbuat dengan hati-hati.
D.
ASPEK
TARBAWI
1.
Manusia,
binatang-binatang diciptakan Allah bermacam-macam warna jenisnya sebagai tanda
kekuasaaNya.
2.
Yang
benar-benar mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah dan menaatinya hanyalah
ulama, yaitu orang-orang yang mengetahui secara mendalam kebesaran Allah. Dia
Maha Perkasa menindak orang-orang kafir, Maha pengampun kepada hamba-hambanya
yang beriman dan taat.
3.
Ayat ini
menisyaratkan bahwa ulama adalah orang yang mempunyai kompetensi dalam bidang
kealaman
4.
Hakikat
ulama adalah orang yang mempunyai ilmu keagamaan dan keislaman yang dengan ilmunyalah
menjadi takut kepada Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kandungan QS Fathir ayat 28
menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia, binatang-binatang melata, binatang-binatang
ternak yang bermacam-macam warna dan jenisnya itu semua adalah bukti adanya
tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dan diantara tanda-tanda-Nya hanyalah ulama
yang takut kepada Allah SWT.
Ulama atau orang alim yaitu orang yang
mengenal Allah SWT dengan nama-nama, sifat-sifat
dan perbuatan-perbuatan-Nya, pengenalan yang bersifat sempurna sehingga hatinya
menjadi tenang serta kegelisahan menjadi sirna, dan Nampak pula dampaknya dalam
kegiatan mereka sehingga amal mereka membenarkan ucapan mereka.
Daftar Pustaka
Hamka. 1982. Tafsir Al-Ashar juz XXII. Jakarta :
Pustaka Panjiman
Al-Maraghhiy Ahmad Mushthafa. 1974. Tafsir
Al-Maraghiy(Edisi Basaha Arab). Semarang : CV Tohaputra Semarang
Muhtarom. 2005. Reproduksi Ulama di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adnan Hasan Shahih Bajharits. 2008. Mendidik Anak
laki-laki, terj mas`uruliyatul abilmuslimi Fi tarbyatil waladi marhalati
ahthufurulah, cet 2. Jakarta : Gema Insane.
Hsukby Baharuddin. 1995. Dilemma Ulama dalam Perubahan Zaman. Jakarta
: Gema Insane press.
PROFIL PENULIS
Khoirunnisa` Lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 10 Desember 1996. Anak ke-4 dari 5 bersaudara. Mahasiswi S.1 Tarbiah
IAIN Pekalongan. Alamat : Ds. Kertijayan Gang. 5 Rt.14 Rw.05 No.44, Kec. Buaran Kabupaten Pekalongan.
Pendidikan MIS Kertijayan, 2003-2009. Madrasah
Hidayatul Athfal Banyuri Alit, 2009-2012.Madrasah Aliyah Salafiyah Hidayatul Athfal Banyrip
Alit,
2012-2015. S.1 IAIN Pekalongan, 2015-sekarang.
[2] Adnan Hasan Shahih
Bajharits, mendidik anak laki-laki, terj mas`uruliyatul abilmuslimi Fi
tarbyatil waladi marhalati ahthufurulah, cet 2(Jakarta:Gema Insane,2008),
hlm.159
[3] Ahmad mushthhafa al-maraghiy juz XXII, Tafsior
al-maraghiy(semarang: cv tohaputra Semarang,1974),hlm.212-215
[4] M.quraish shihab, Al-Lubab:makna,tujuan
dan pelajaran surah-surah al-qur`an(tangerang:lentera hati,2012), hlm.298
Tidak ada komentar:
Posting Komentar