KEISTIMEWAAN ORANG
BERILMU
(QS. AL-ANKABUT AYAT
43)
YAUMUL MARKHAMAH
(2021115025)
Kelas :
D
Prodi : PAI
JURUSAN
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang
telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Keistimewaan
Orang Berilmu” ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya
hingga akhir zaman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Muhammad Hufron, M.SI selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I yang
telah memberikan tugas ini serta membantu memberikan motivasi dan masukan dalam
penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, mungkin masih banyak
kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran demi
kesempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin.
Pekalongan,
16 September 2016
Penyusun
YAUMUL MARKHAMAH
(2021115025)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bila dilihat dari proses penciptaannya, manusia merupakan makhluk
yang paling tinggi derajatnya. Meskipun manusia diciptakan dari tanah oleh
Allah SWT, karena manusia dibekali dengan berbagai kelebihan yang tidak
dimiliki oleh makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Sehingga setiap manusia
memiliki keistimewaan tersendiri.
Keberhasilan dan pencapaian manusia terletak pada keseriusan,
konsisten, dan kesinambungan dalam mencari ilmu. Dalam ajaran Islam mencari
ilmu sangatlah dianjurkan bagi siapapun, tidak memandang laki-laki atau
perempuan, tidak juga memandang usia. Sehingga
orang yang memiliki ilmu atau orang berilmu, hatinya akan memancarkan sinar
terang dan tidak mungkin melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama, yakni
Islam.
B.
Judul
Keistimewaan Orang Berilmu
C.
Nash dan Artinya
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُوْنَ
Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini, Kami buat untuk
manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (QS.
Al-Ankabut ayat 43)
D.
Arti Penting untuk Dikaji
Dalam konteks ini, mengapa sangat perlu dikaji mengenai
keistimewaan orang-orang yang berilmu dan penjelasannya telah ada dalam QS
Al-Ankabut ayat 43, seperti di atas. Keistimewaan dalam hal ini tidak ada yang
mampu membedakan antara manusia dengan binatang atau makhluk lain ciptaan Allah kecuali pada tingkatan ilmunya. Sehingga sebagai tolak ukur yang
digunakan untuk melihat seberapa mulia derajat kemanusiaannya ataupun
sebaliknya.
Karena sebagian dari manusia dalam konteks karir keimanan atau
kepercayaan ada yang berangkat dari ilmu yang mengarahkan kepada keimanan, dan
sebagian yang lain ada yang berangkat dari keimanan kemudian diarahkan untuk
mencari ilmu. [1]
BAB II
ISI
A.
Teori dari Buku
Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘alima
yang berarti mengetahui.[2]
Sedangkan ilmu dalam perspektif Al-Qur’an mempunyai arti kejelasan yakni suatu
keistimewaan yang menjadikan manusia lebih unggul atas makhluk lain ciptaan
Allah SWT. Yang mana di dalam Al-Qur’an terulang kata ilmu
sebanyak 854 kali.[3]
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa ilmu terdiri dari dua macam, yaitu:
1.
Ilmu
laduni, yakni ilmu yang diperoleh tanpa upaya/usaha manusia. seperti
dalam QS Al-Kahfi ayat 65 yang artinya:
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba
Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah
Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”
2.
Ilmu
kasbi, yakni ilmu yang diperoleh manusia karena usahanya. Seperti dalam
QS. Al-Haqqah ayat 38-39 yang artinya:
“maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa
yang tidak kamu lihat.”
Maksud terjemahan ayat di atas, bahwa objek ilmu meliputi hal-hal
yang bersifat materiil dan juga non materiil, dan bahkan ada wujud yang tidak
dapat dijangkau oleh manusia.
Sumber ilmu pengetahuan ada empat, yaitu diantaranya[4]:
1.
Al-Qur’an
dan Al-Sunnah. Keduanya merupakan sumber pertama bagi ilmu pengetahuan. Dalam
hal ini Al-Qur’an sering mengingatkan manusia agar memikirkan ayat-ayat Allah
kemudian mengambil hikmahnya serta mengamalkannya.
2.
Alam
semesta. Dalam hal ini Al-Qur’an menyeru
manusia untuk memikirkan keajaiban ciptaan Allah serta hubungan manusia dengan
alam sekitarnya.
3.
Diri
manusia (nafs). Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Thoriq ayat 5, yang artinya:
“Maka hendaklah manusia memperhatikan diri
apakah dia diciptakan?”
4.
Sejarah umat manusia. Sebagaimana firman Allah
dalam QS. Ar-Rum ayat 9, yang artinya:
“dan apakah mereka tidak mengadakan
perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh
orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka
(sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak
dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada Rosul-rosul
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak
berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada
diri sendiri.”
B.
Tafsir dari Buku
1.
Tafsir Al-Lubab
Perumpamaan (matsal) dalam Al-Qur’an
mengandung makna-makna yang dalam. Ia bukan bertujuan menghiasi kalimat, bukan
juga terbatas pada pengertian kata-katanya.
Masing-masing sesuai kemampuan ilmiahnya dapat menimba dari perumpamaan itu
pemahaman yang boleh jadi berbeda, bahkan lebih dalam daripada orang lain.[5]
2.
Tafsir
Al-Maragi
Allah menjelaskan beberapa faedah dibuatnya perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia untuk mendekatkan pemahaman mereka kepada apa yang sulit untuk
mereka pahami, dan untuk memperjelas apa yang perkaranya terasa sulit oleh
mereka, hikmahnya sulit digali, intisarinya sulit dipahami dan pengaruhnya
sulit diketahui serta sulit diikuti, karena faedahnya yang terlalu banyak,
kecuali orang-orang yang ilmunya mendalam dan yang berpikir tentang akibat
segala perkara.
Diriwayatkan dari Jabir, bahwa Nabi SAW membaca ayat ini lalu
bersabda:
اَالْعَالِمُ مَنْ عَقَلَ عَنِ اللهِ
تَعَالَى فَعَمِلَ بِطَاعَتِهِ وَاجْتَنَبَ سُخْطَهُ
“Orang alim ialah orang yang memahami tentang
Allah Ta’ala lalu mengamalkan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya”.[6]
3.
Tafsir Al-Misbah
Firman-Nya yang berbicara tentang amtsal
Al-Qur’an sebagai: “Tiada ada yang memahaminya kecuali orang-orang alim”
mengisyaratkan bahwa perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an mempunyai
makna-makna yang dalam, bukan terbatas pada pengertian kata-katanta. Masing-masing
orang, sesuai kemampuan ilmiahnya, dapat menimba dari matsal itu
pemahaman yang boleh jadi berbeda, bahkan lebih dalam dari orang lain. Ini juga
berarti bahwa perumpamaan yang dipaparkan disini bukan sekedar perumpamaan yang
bertujuan sebagai hiasan kata-kata, tetapi ia mengandung makna serta pembuktian
yang sangat jelas. Bukti iitu terurai lebih jauh pada ayat berikutnya, yakni
ayat 44 surah Al-Ankabut yang artinya:
“Allah menciptakan langit dan bumi dengan haq.
Sesungguhnya pada yangdemikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
orang-orang mukmin”.[7]
4.
Tafsir Al-Qurthubi
Firman Allah SWT, وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ “Dan perumpamaan-perumpamaan ini”
maksudnya, semua contoh ini telah disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 26 dan
surah Al-Hajj ayat 73. نَضْرِبُهَا atau “kami jelaskan”, لِلنَّاسِ
ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا atau “Kami buat untuk manusia, dan tiada
yang memahaminya” maksudnya, mereka tidak memahaminya. إِلَّا الْعَالِمُوْنَ atau “kecuali orang-orang yang berilmu”
maksudnya yakni orang-orang yang mengenal Allah, sebagaimana Jabir meriwayatkan
dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Orang yang berilmu adalah orang
yang bisa memahami Allah SWT kemudian taat menjalankan apa yang diperintahkan
dan menjauhi yang dimurkainya.”[8]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan
Berdasarkan penjelasan beberapa tafsir di
atas, bahwa ilmu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ilmu,
manusia dikukuhkan menjadi pembawa risalah kekhalifahan di muka bumi, yang
memiliki kewajiban untuk memakmurkan dan mengembangkannya.[9]
Di dalam Al-Qur’an memberikan isyarat-isyarat
bahwa yang berhak memimpin umat adalah yang memiliki ilmu, sebagaimana telah
disebutkan dalam surah Al-Ankabut ayat 43.
D.
Aspek Tarbawi
Berikut aspek tarbawi dari QS Al-Ankabut ayat
43, diantaranya:
1.
Manusia dianjurakan menuntut ilmu.
2. Mengetahui isyarat/perumpamaan ayat Al-Qur’an lebih dalam,
3. Dimudahkan jalan menuju surga,
4. Pengangkatan manusia sebagai khalifah, serta dibedakannya manusia dari
makhluk lain disebabkan karena ilmu yang dimilikinya,
5.
Karena hakekat manusia tidak dapat dipisahkan
dari kemampuan untuk mengembangkan ilmu,[10]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pemaparan makalah di atas mengenai tafsir
Al-Qur’an dalam surah Al-Ankabut ayat 43 bahwa ilmu suatu istilah yang berasal
dari bahasa Arab, yaitu ‘alima yang berarti mengetahui.
Allah menjelaskan faedah dibuatnya
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia untuk mendekatkan pemahaman mereka kepada
apa yang sulit untuk mereka pahami, dan untuk memperjelas apa yang perkaranya
terasa sulit oleh mereka, Diriwayatkan dari Jabir, bahwa Nabi SAW membaca ayat
43 surah Al-Ankabut ini lalu bersabda yang artinya:
“Orang alim
ialah orang yang memahami tentang Allah Ta’ala lalu mengamalkan ketaatan
kepada-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya”
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir
Al-Maragi. Semarang: Karya Toha Putra.
Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir
Al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
M.Yusuf, Kadar. 2013. Tafsir Tarbawi:
Pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan. Jakarta: Amzah.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi:
Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Shihab, M. Quraish. 2011. Tafsir Al-Misbah:
Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab: Makna,
Tujuan, dan Pembelajaran dari Surah-srah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera
Hati.
PROFIL PRIBADI
Nama : YAUMUL MARKHAMAH
TTL : Pekalongan, 17 Agustus 1996
Alamat :
Desa Waru Lor rt.7 rw.4 No.37 Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan
No. Hp : 085642987165
Riwayat Pendidikan :
v SD Negeri Waru Lor (Lulus
th 2009)
v SMP Negeri 2 Wiradesa (Lulus
th 2012)
v SMA Negeri 1 Wiradesa (Lulus th
2015)
v IAIN Pekalongan (Sedang
berlangsung)
Riwayat Pendidikan Lain :
v TPQ Ma’arif Gumawang Wiradesa (Lulus
th 2007)
v MDW Miftahul Huda Gumawang Wiradesa (Lulus
th 2010)
v PP Tashilul Huda Kauman Wiradesa (Sedang
berlangsung)
[1]
Ahmad Munir, Tafsir
Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pedidikan, (Yogyakarta:
Teras, 2008), hlm. 109-111
[2]
Kadar M. Yusuf,
Tafsir Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Jakarta:
Amzah, 2013), hlm. 34
[3] Ahmad Munir, Op.Cit.,
hlm.79
[4]
Ahmad Munir, Op.Cit.,
hlm.83-94
[5]
M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan
Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2012),hlm.
112-113
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian
Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2011),hlm. 88
Tidak ada komentar:
Posting Komentar