KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR
SECARA GLOBAL
SURAT AL-ALAQ 1-5
Dyah Herlina (2021115028)
Kelas D
JURUSAN TARBIYAH/PAI
ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah tafsir surat al-Alaq ayat 1-5 tentang ”Kewajiban belajar dan Mengajar
secara gobal” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya
berterima kasih pada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir
Tarbawi IAIN Pekalongan yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai berpaling dari orang bodoh. saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai berpaling dari orang bodoh. saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Pekalongan, 20 September 2016
Dyah Herlina
2021115028
BAB 1
A.
LATAR BELAKANG
Seorang
ibu berpesan bijak kepada anak kesayangannya yang cacat fisik, “Anakku, engkau
tidak berada di majelis suatu kaum melainka engkau menjadi bahan ejekan dan
tertawaan mereka, oleh karena itu, carilah ilmu, karena ilmu mengangkatmu”.
Pesan sang ibu tidak meleset, karena di kemudian hari si anak yang tida lain
adalah Muhammad bin Abdurrahman al-Auqosh menjadi hakim di mekkah selama dua
puluh tahun. Sang ibu tidak salah ucap karena memang begitulah kenyataanya.
Ilmu memang membuat orang menjadi mulia. Ilmu itu menjaga pemiliknya, demikianlah
kata Ali Bin Abu Thalib. Islam adalah agama satu-satunya yang memberikan
perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Perhatian ini di buktikan melalui
turunya wahyu pertama Qs. Al-Alaq 1-5. Sebagian musafirin menyatkan bahwa ayat
tersebut sebagai proklamasi dan motivasi terhadap ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu, kita harus memberikan skala prioritas yang tinggi terhadap ilmu
pengetahuan.
B.
Kewajiban belajar dan perintah mengajar secara” Global”:
AL-‘ALAQ 1-5
C. اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ
مَا لَمْ يَعْلَمْ (5) [العلق/1-5]
TERJEMAH:
1. Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
D.
Arti Penting:
Tema ini sangat penting untuk di
bahas di dunia pendidikan, terutama kita sebagai calon pendidik dapat menambah
wawasan tentang tafsir ayat-ayat yang berdimensi pendidikan. Selain itu dapat
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan islam yang terdapat dalam Al-Qur’an
dalam sistem pendidikan terkhusus dalam belajar dan mengajar.
Bab II
A.
TEORI:
Dalam surat
Al-Alaq ayat 1-5 terdapat makna penting manusia dalam menjadi peran khalifah di
muka bumi ini, terutama kaitanya dengan perintah belajar dan mengajar,
bagaimana pendapat para mufasir dan pakar pendidik mengenai hal ini? Berikut
ulasanya:
Beberapa tokoh ahli mengemukakan
definisi mengenai manusia dan peranya dalam pendidikan, diantaranya Sakip
Mahmud yang mengatakan bahwa penyebutan kata “Manusia yang pertama
merupakan suatu ketetapan kalau manusialah yang dituju oleh Al-Qur’an,
manusialah yang diberi keterangan, petunjuk, ketetapan-ketetapan hukum melalui
kitabyang ditrunkan pada manusia”.[1]
Berbeda dengan Ahmad Nurwadjah yang mengemukakan pendapat bahwa
“Muhammad berperan sebagai seorang peserta didik, sebab beliau adalah orang
yang mencari sesuatu petunjuk dengan jalan kotemplasi dan semangat yang cukup
tinggi, peserta didik harus mempuyai semangat mencari ilmu yang cukup tinggi
dan mengawalinya dengan upaya mensucikan jiwa, sehingga muncul dalam
dirinyasikap tawadhu’ yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran”.[2]
Sedangkan menurut M. Quraish Syihab, “Manusia merupakan objek dan subjek
pendidikan, yaitu kata Iqra dimaksudkan agar Nabi lebih banyak membaca,
menelaah, memperhatikan alam raya serta membaca kitab yang tertulis dan tidak
tertulis dalam dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat”.
Sedangkan pengertian dari belajar adalah “berubah”.[3]
Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar adalah
usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, pisko-fisik
untuk menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut
unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.[4]
Dalam Al-Qur’an surat al-mujadalah ayat 11 mengatakan bahwasanya “Allah
mengangkat derajat orang-orang yang beeriman di antara kamu dan orang-orang
yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”.[5]
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa rosulullah SAW bersabda,” Barangsiapa yang
menempuh jalan menuntut ilmu akan dimudahkan Allah jalan untuknya ke surga”(HR
Muslim, At-Tirmidzi, ahmad al-baihaqi), dalam hadist ini rosulullah SAW
menggunakan pendekatan fungsional. Beliau memberikan motivasi belajar kepada
sahabat (umat) nya dengan mengemukakan manfaat, keuntungan dan kemudahan yang
akan didapat oleh setiap orang yang berusaha mengikuti proses belajar. Maka
tempulah jalan atau ikutilah proses dengan ikhlas karena Allah. [6]
Makna
mengajar adalah usaha dimana usaha ini dapat mendukung siswa dalam proses
belajar. Pendidik adalah fokus utama dalam pembelajaran di spengasih, tawadu’,
toleran dan bijaksana dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.
B.
TAFSIR AYAT:
C.
اِقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1)
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,
Penjelasan:
Beraneka ragam pendapat ahli tefsir
tentang objek bacaan yang dimaksud, ada yang berpendapat wahyu (al-Qur’an)
sehingga perintah itu dalam arti : “bacalah wahyu-wahyu (al-Qur’an)” ketika dia
turun nanti. Ada juga yang berpendapat bahwa objeknya adalah ismi robbika
sambil menilai huruf ba’ yang menyertai kata kata ismi adalah sisipan sehingga
ia berarti bacalah nama tuhanmu atau berdzikirlah. Tapi jika demikian mengapa
Nabi S.A.W.menjawab “ saya tidak dapat membaca “ seandainya yang dimaksud
perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab demikian karena jauh sebelum
datang wahyu beliau senantiasa melakukannya.
Muhammad Abduh memahami peritah
membaca di sini bukan sebagai beban tugas yang harus dilaksanakan (amr taklif)
sehingga membutuhkan objek, tetapi ia adalah amar takwini yang mewujudkan
kemampuan membaca secara actual pada diri pribadi Nabi Muhammad S.A.W. pendapat
ini dihadang oleh kenyataan bahwa setelah turunnya perintah ini pun Nabi S.A.W.
masih tetap dinamai oleh al-Qur’an sebagai seorang Ummy (tidak pandai
membaca dan menulis), di sisi lain jawaban Nabi S.A.W. kepada malaikat jibril
ketika itu, tidak mendukung pemahaman itu.
Huruf ( ب ) pada kata (بِاسْمِ ) ada juga yang memahaminya
sebagai pernyertaan atau mulabasah, seingga dengan demikian ayat tersebut
berarti “bacalah disertai dengan nama Tuhanmu”.
Sementara ulama memahami kalimat bismi
rabbika bukan dalam pengertian harfiahnya, sudah menjadi kebiasaan
masyarakat sejak masa jahiliah mengaitkan suatu pekerjaan dengan nama sesuatu
yang mereka agungkan. Itu memberi kesan yang baik atau katakanlah “berkat”
terhadap epkerjaan tersebut juga untuk menunjukkan bahwa pekerjaan tadi
dilakukan semata-mata karena “dia” yang namanya disebutkan tadi. Dahulu,
misalnya sebelum turunnya al-Qur’an, kaum musyrikin sering berkata “bismi
al-lata” dengan maksud bahwa apa yang mereka lakukan tidak kecuali demi
tuhan berhala al-lata, dan bahwa mereka mengharapkan anugrah dan berkah” dari
berhala tersebut.[7]
Mengaitkan pekerjaan membaca dengan
nam Allah mengantarkan pelakunya untuk tidak melakukannya kecuali karena Allah,
dan hal ini akan mengahsilkan keabadian, karena hanya Allah yang kekal abadi
dan hanya aktifitas yang dilakukan secara ikhlas yang akan diterimanya, tanpa
keikhlasan semua aktifitas akan berakhir dengan kegagalan dan kepunahan (baca
Q.S. al-Furqon 25).
Menurut Syaikh al-Maroghi, اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ adalah jadilah kamu orang yang bisa membaca dengan kekuasaan
Allah Tuhan penciptamu dan menginginkan kamu bisa membaca walaupun sebelumnya
tidak, yang sesungguhnya saat itu Nabi S.A.W. tidak bisa baca tulis, dan telah
datang perintah Ketuhanan bahwa Nabi S.A.W. hendaknya bisa membaca walaupun
tidak bisa menulis dan akan diturunkan kepadanya al-Quran yang akan dia baca
walaupun dia tidak menulisnya. Ringkasnya adalah Allah yang telah menjadikan
alam semesta mampu menjadikan Nabi S.A.W. bisa membaca walaupun tidak didahului
dengan belajar.[8]
(2) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.
Penjelasan
Kata insan menggambarkan
manusia dengan berbagai keragaman sifatnya, kata ini berbeda dengan kata basyar
yang juga diterjemahkan dengan manusia, tetapi maknanya lebih banyak mengacu
kepada manusia dengan segi fisik serta nalurinya yang tidak berbeda antara seseorang
manusia dengan mansia lain.
Manusia adalah makhluk pertama yang
disebut Allah dalam al-Qur’an melalui wahyu pertama, bukan saja karena ia
diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, atau segala sesuatu dalam alam
raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah demi kepentingannya, tetapi juga
karena kitab suci al-Qur’an ditujukan kepada manusia guna menjadi pelita
kehidupannya.
Salah satu cara yang ditempuh oleh
al-Qur’an untuk menghantar manusia menghayati pentunjuk Allah adalah
memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan menguraikan proses kejadiannya.
Ayat ke 2 surat iqro’ menguraikan secara sangat singkat hal tersebut.
Kata ‘alaq dalam kamus bahasa
arab digunakan dalam arti segumpal darah, juga dalam arti cacing yang terdapat
di dalam air bila diminum oleh binatang maka ia tersangkut di kerongkonganya.
Banyak ulama masa lampau memahami ayat di atas dalam pengertian pertama. Tetapi
ada juga yang memahaminya dalam sesuatu yang tergantung di dinding rahim. Ini
karena para pakar embriolog menyatakan bahwa setelah terjadinya pertemuan
antara seperma dan indung telur ia berproses dan membelah menjadi dua, kemudian
empat, kemudian delapan demikian seterusnya sambil bergerak menuju ke kantong
kehamilan dan melekat bertempat serta masuk ke dinding rahim.[9]
(3) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Penjelasan
Dalam al-Qur’an ditemukan kata karim
terulang sebanyak 27 kali. Tidak kurang dari 13 subjek yang disifati dengan
kata tersebut, yang tentu saja berbeda-beda maknanya dan karena itu pada
akhirnya dapat disimpulkan bahwa kata ini digunakan untuk menggambarkan sifat
terpuji yang sesuai dengan objek yang disifatinya. Ucapan yang karim
adalah ucapan yang baik, indah terdengar, benar susunan dan kandungannya, mudah
dipahami cara menggambarkan segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pembicara. Sedang rizki yang karim adalah yang memuaskan, bermanfaat
serta halal.
Allah menyandang sifat karim menurut
imam al-Ghozali sifat ini menunjuk kepadanya yang mengandung makna antara lain
bahwa : Dia yang bila berjanji menepati janjinya, bila memberi melampoi batas
memberi. Dia yang tidak rela bila ada kebutuhan yang dimohonkan kepada
selain-Nya. Dia yang bila atau kecil hati, menegur tanpa berlebih, tidak
mengabaikan siapapun yang menuju yang berlindung kepada-Nya, dan tidak
membutuhkan sarana atau perantara.
Ibn al-Arabi menyebut 16 makna dari
sifat Allah ini antara lain : yang disebut oleh al-Ghozali di atas, dan juga “
Dia yang bergembira dengan diterima anugrahnya, serta yang memberi sambil
memuji yang diberinya, Dia yang memberi siapa yang mendurhakainya, bahkan
memberi sebelum diminta dan lain-lain.
Kata al-Karim yang menyifati Allah
dalam al-Qur’an kesemuanya menunjuk kepada-Nya dengan kata Robb bahkan
demikian juga kata akrom sebagaimana terbaca di atas. Penyifatan kata Robb
dan Karim menunjukkan bahwa kata karom atau anugrah kemurahannya
dalam berbagai aspek, dikaitkan dengan rububiyahnya, yakni Pendidikan,
Pemeliharaan dan Perbaikan makhluknya, sehingga anugrah tersebut dalam kadar
dan waktunya selalu bebarengan serta bertujuan perbaikan dan pemeliharaan.
Sebagai makhluk, kita dapat
menjangkau betapa besar karom Allah S.W.T. karena keterbatasan kita
dihadapannya. Namun demikian sebagian darinya dapat diungkapkan sebagai berikut
: “ bacalah wahai Muhammad, tuhanmu akan menganugrahkan dengan sifat
kemurahannya pengetahuan tentang apa yang tidak engkau ketahui. Bacalah dan
ulangi bacaan tersebut walaupun objek bacaannya sama, niscaya tuhanmu kan
memberikan pandangan serta pengertian baru yang tadinya belum engkau belum
peroleh pada bacaan yang sama dalam objek tersebut.” “Bacalah dan ulangi
bacaan, tuhanmu kan memberi manfaat kepadamu, manfaat yang tidak terhingga
karena dia akrom, memiliki segala macam kesempurnaan.”[10]
(4) لَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
(5)
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Penjelasan
Kata qolam disini dapat
berarti hasil dan penggunaan alam tersebut, yakni tulisan, ini karena bahasa,
sering kali menggunkan kata yang berarti alat atau penyebab untuk menunjuk
akibat atau hasil dari penyebab atau penggunaan alat tersebut, misalnya, jika
seseorang berkata “ saya hawatir hujan” maka yang dimasud dengan kata hujan
adalah basah atau sakit, hujan adalah penyebab semata.
Makna di atas dikuatkan oleh firan
Allah dalam surat al-Qolam (68):1, yakni firmannya “ Nuun, demi qolam dan apa
yang mereka tulis”. Apalagi disebutkan dalam sekian banyak riwayat bahwa awal
surat al-Qolam turun setelah akhir ayat ke lima surat al-‘Alaq. Ini berarti
dari segi masa turunnya ke dual kata qolam tersebut berkaitan erat, bahwan
bersambung walaupun urutan penulisannya dalam mushaf tidak demikain. Qolam
atau pena adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian.[11]
Pada ke dua ayat di atas terdapat
apa yang dinamai ikhtiba’ yang maksudnya adalah tidak disebutkan sesuatu
keterangan, yang sewajarnya ada pada dua susunan kalimat yang bergandengan,
karena keterangan yang dimaksud telah disebut pada kalimat yang lain. Pada ayat
4 kata manusia tidak disebut karena telah disebut pada ayat lima, dan pada ayat
5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena pada ayat empat telah disyaratkan ma’na
itu dengan sebutkan pena. Dengan demikian kedua ayat di atas dapat berarti “
Dia(Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah diketahui
sebelumya). Dia mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui
sebelumnya. Kalimat “ yang telah diketahui sebelumnya disisipkan karena isyarat
pada susunan kedua yaitu yang belum atau tidak diketahui sebelumnya”. Sedang
kalimat “tanpa pena” ditambahkan karena ada kata “ dengan pena” dalam susunan
pertama. Yang dimaksud dengan ungkapan “ telah diketahui sebelumnya adalah
khozanah pengetahuan sebelumnya dalam bentuk tulisan.
D.
Aplikasi
Dalam Kehidupan:
1.
Membiasakan
diri untuk membaca sedini mungkin apapun jenis bacaanya sebisa mungkin dapat
memberikan wawasan pengetahuan.
2.
Lebih
mensyukuri atas segala nikmat dari Allah SWT berupa alam semesta ini yang
menjadikan kita dapat menggunakan akal kita untuk lebih mengenal siapa tuhan
kita yaitu Allah SWT.
3.
Belajar dari
kenampakan alam yang telah di sediakan Allah kepada umat manusia serta
mengajarkan ilmu yang telah dimiliki kepada lainya.
4.
Menyampaikan
ilmu pengetahuan kepada sesama umat manusia secara transparan tanpa
menyembuyikan ilmu yang dibutuhkan orang lain.
E.
Aspek Tarbawi:
1.
Dalam ayat pertama tersirat makna tentang
wajibnya membaca bagi manusia, baik membaca ayat-ayat Allah SWT yang tertulis
maupun tidak tertulis berupa alam jagad raya beserta hukum kaulitasnya.
2.
Allah yang
menjadikan manusia berkemampuan membaca dan memberikan ilmu yang manusia tidak
mengetahui sesuatu apapun sebelumnya.
Hal ini memberikan informasi kepada masyarakat ilmiah tentang sumber
ilmu pengetahuan.
3.
Perintah belajar dan mengajar melalui
perantara Qalam Allah yaitu alam semesta ini.
4.
Pendidik hendaknya mengamalkan ilmunya dan
menggunakan cara-cara yang halus sesuai tuntunan Rosulullah SAW.
5.
Sumber ilmu
pengetahuan apapun disiplinya adalah Allah. Dia yang mengajar manusia dan
mengihilhaminya.[12]
Kesimpulan:
Dalam
lingkup global 5 ayat yang telah lewat menujukan keutamaan membaca, menulis dan
ilmu.
Sungguh jika
tidak ada Qalam, maka anda tidak akan bisa memahami berbagai ilmu pengetahuan,
tidak akan bisa menghitung jumlah pasukan tentara, semua agama akan hilang,
manusia tidak akan mengetahui kadar pengetahuan manusia terdahulu dari segi
keilmuanya, pekerjaanya dan bidang-bidangnya. Dan ketika semua keadaan orang
yang terdahulu sudah di bukukan yang mana sifatnya baik atau buruk niscaya ilmu
mereka menjadi pelita yang memberikan petunjuk bagi periode berikutnya dan
menjadi tolak ukur untuk kemajuan bagi kaum berikutnya dan kemajuan bagi segala
bidang. Dalam ayat ini pula kita di sadarkan, bahwasanya sebagai manusia kita
harus ingat bahwa Allah telah menjadikan kita hidup bisa berfikir yang dulunya
tidak bisa hidup dan tidak bisa berfikir, tidak berbentuk maka dari itu jangan
menjadi lalai mengenai hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M.
Quraish,2002, Tafsir al-Mishbah Vol.XV, Jakarta: Lentera Hati
Ahmad Musthafa
Al-Maraghi, 1993, Tafsir Al-Maraghi juz XXX, terjemahan oleh
Bahrun Abu Bakar, Semarang: Toha Putra
Sakip Mahmud,
2005, Mutiara Juz Amma, Bandung: Mizan Anggota IKAPI
Ahmad
Nurwadjah, 2007, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Bandung: Marja
Sardiman, 2008,
Interaksi Dan Motivasi Belajar Dan Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Suryani, 2012, Hadis
Tarbawi, Jogya: Teras
Bukhori Umar,
2012, Hadis Tarbawi, Jakarta:
Amizah
PROFIL
PRIBADI :
NAMA:
Dyah Herlina
Posisi
Dalam Keluarga: Anak pertama dan terakhir ( Tunggal)
Tempat
Tanggal Lahir: Pekalongan 10 Januari 1997
Alamat:
Ds. Bondansari rt 11, rw 04, Wiradesa , Kab. Pekalongan.
Riwayat Pendidikan:
1. Tk RA Muslimat NU Bondansari Wiradesa (
Lulus tahun 2003)
2. SDN 03 Bondansari Wiradesa (Lulus tahun
2009)
3. SMPN 1 Wiradesa (lulus tahun 2012)
4. SMA 1 Wiradesa (Lulus tahun 2015)
5. IAIN PEKALONGAN, 2015 sampai sekarang
NB:
Ibu adalah orang yang sangat berharga bagi saya, sejak kecil hingga saat ini
beliau menghidupi saya seorang diri, dialah pejuang yang nyata bagi saya saat ini dan seterusnya...
[1] Sakip Mahmud, Mutiara
jus Amma,(Bandung: Mizan anggota IKAPI,2005),hlm 337
[2] Ahmad
Nurwadjah,Tafsir ayat-ayat Pendidikan,(Bandung:Marja,2007),hlm 201
[3] M.Quraish Syihab,Tafsir al-Mishbah,(Jakarta:Lentera Hati,2002),volume
15 hlm 397
[4] Sardiman.a.m.Interaksi Dan Motivasi Belajar Dan Mengajar,(Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2008),hlm 20
[5] Suryani,Hadis
Tarbawi,(Jogya:Teras 2012),hlm 43
[7] M.Quraish Syihab,Loc.cit.,hlm 393-394
[9] M.Quraish
Syihab.,Opcit.,hlm 397
[11] Ahmad Al-Maraghi,Opcit,.hlm 347
[12] M.Quraish
Syihab, Tafsir Al-Lubab,(Tanggerang: Lentera Hati,2012),hlm 689
Tidak ada komentar:
Posting Komentar