“SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI”\
Allah Mengajarkan Studi Ilmu Pengetahuan
“Q.S Al-Baqarah [002]: 31”
Ro’yal
Ain
Kelas D
Fakultas Tarbiyan / PAI
IAIN Pekalongan
2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur Saya
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya.
Sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SUBYEK PENDIDIKAN
HAKIKI” Allah mengajarkan ilmu “Q.S Al-Baqarah [002]:31” ini dengan baik tanpa
suatu halangan apapun.
Shalawat serta salam semoga selalu
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari kebodohan menuju alam terang benderang ini dengan
bercahayakan iman, islam dan ikhsan.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi Bapak
Muhammad Hufron, MSI yang telah mendukung terselesaikan nya makalah ini.
Saya menyadari terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna pada makalah yang saya buat ini, karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini dibuat,
apabila ada kesalahan dalam penulisan, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya,
terimakasih.
Pekalongan, Oktober 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah swt. telah mengajarkan kepada
manusia dengan beragam karakter yang unik disitulah titik tanda awal
pendidikan. Dalam sejarah, pendidikan telah di lakukan oleh manusia pertama di
muka bumi, yaitu sejak Nabi Adam as. Bahkan didalam Al-qur’an dinyatakan bahwa
proses pendidikan ini muncul karena adanya motivasi pada diri Adam serta
kehendak Allah swt. Sebagai pendidik langsung Adam dengan mengajarkan beberapa
nama. Pada kesempatan ini pemakalah berusaha mengungkapkan bahwa manusia
didunia ini memang benar membutuhkan pendidikan. Karena tanpa pendidikan hidup
manusia akan tidak teratur bahkan bisa merusak sistem kehidupan didunia. Hal ini
terbukti dengan pendidikan Nabi Adam as. Yang diterima langsung dari Allah swt.
B. Rumusan Masalah
1. Tuliskan Q.S Al-Baqarah : 31 beserta
artinya?
2. Jelaskan Q.S Al-Baqarah : 31 yang
terdapat di berbagai Tafsir?
3. Sebutkan Aplikasi dalam Kehidupan dan
Aspek Tarbawinya?
C. Tujuan Penulisan
Pendidikan adalah sebuah sistem
yang mengandung aspek Visi, Misi, Tujuan, Kurikulum, Bahan ajar, Pendidik,
Peserta didik, sarana prasana dan lingkungan. Dan dari semua itu saling
memiliki keterkaitan satu sama lain. Disini penulis mempunyai tujuan agar kita
sadar betapa spesialnya kita di ciptakan oleh Allah swt. Sebagai khalifah yang
sesuai dengan Allah harapkan, semoga dengan adanya makalah ini para pembaca
lebih memposisikan diri menjadi generasi cerdas yang bertanggung jawab dengan
amanah yang Allah berikan. Amin ya robbal ‘alamin.
DAFTAR ISI
COVER
KATA
PENGANTAR
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
...................................................................................
1
C. Tujuan
.....................................................................................................
1
BAB
II ISI DAN PEMBAHASAN
A. Teori Q.S Al-Baqarah : 31
..................................................................... 3
B. Tafsir Ayat Berdasarkan Kitab Tafsir
.................................................... 4
C. Aplikasi dalam kehidupan
...................................................................... 6
D. Aspek Tarbawi .......................................................................................
7
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................................
8
B. Saran
......................................................................................................
8
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI Q.S AL-BAQARAH [002] : 031
Salah satu yang membedakan manusia
dari hewan adalah kepandaiannya dalam berbicara karena Allah swt. Yang telah
menganugerahi kepandaian tersebut sehingga manusia mampu mengenal, mengingat,
dan mmengucapkannya. Manusia juga menciptakan kata-kata yang memiliki makna,
tidak seperti makhluk lain. Hal ini di jelaskan dalam firmanNya : “Yang Maha
Pemurah yang telah mengajarkan Al-qur’an, Dia menciptakan manusia dan
mengajarkannya pandai bicara” (QS. Ar Rahman : 1-4).[1]
Nash
:
وَعَلَّمَ
آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ
أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَـٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ ﴿٣١﴾
wa’allama
aadama al-asmaa-a kullahaa tsumma ‘aradhahum ‘alaa almalaa-ikati faqaala
anbi-uunii bi-asmaa-i haaulaa-i in kuntum shaadiqiina
Artinya
:
“Dan Dia (Allah SWT) mengajarkan kepada Adam as.
Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian Dia mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu Dia Berfirman : “Terangkanlah Kepada-Ku nama benda-benda itu,
jika kamu memang orang-orang yang
benar”.
Ø Kandungan Q.S AL-BAQARAH [002] : 031
Dalam ayat ini Allah swt.
Menunjukkan suatu keistimewaan yang telah di karuniakan-Nya kepada Adam as.
Yang tidak pernah dikaruniakan kepada makhluk lain, yaitu ilmu dan pengetahuan
dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk mempelajari
sesuatu dengan sedalam-dalamnya, sehingga Adam as. Beserta keturunannya lebih
patut untuk dijadikan “Khalifah” dibanding makhluk lainnya. Allah swt.
Mengajarkan pada Nabi Adam as. Berupa nama-nama dan sifat-sifat dari semua
benda yang Malaikat pun tidak bisa menjawab pertanyaan yang Allah swt. Berikan,
hal ini untuk memperlihatkan keterbatasan ilmu pengetahuan para malaikat itu
dan agar mereka mengetahui bahwa Allah swt. Maha mengetahui dari apa yang
mereka (malaikat) tidak tahu.[2]
A. TAFSIR AYAT BERDASARKAN KITAB TAFSIR
1. Tafsir Al-Misbah
Dia
yakni Allah swt. Mengajar Adam nama-nama benda seluruhnya, yakni memberinya
potensi pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan menunjuk
benda-benda, atau mengajarkannya mengenal fungsi benda-benda. Ayat ini
menginformasikan bahwa manusia di anugrahi oleh Allah potensi untuk mengetahui
nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi
angin, dsb. Dia juga di anugrahi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran
bahasa kepada manusia (anak kecil) bukandimulai dengan kata kerja, tetapi
mengajarnya terlebih dahulu nama-nama. Ini Papa ini Mama, itu pena itu buku,
dsb. Itulah makna yang dipahami oleh para ulama dari firmanNya : “Dia
mengajar Adam nama-nama (benda) seluruhnya”. Setelah pengajaran Allah
dicerna oleh Adam as, sebagaimana dipahami dari kata kemudian, Allah mengemukakannya
benda-benda itu kepada para Malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu, jika kamu benar , dalam dugaan kamu bahwa
kalian lebih wajar menjadi khalifah. Sebenarnya perintah ini bukan bertujuan
penugasan menjawab, tetapi bertujuan membuktikan kekeliruan mereka. Para
Malaikat pun menjawab sambil menyebut menyucikan Allah swt. “Maha suci
Engkau, Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Maksud mereka
(Malaikat) apa yang Engkau tanyakan itu tidak pernah diajarkan kepada kami. Engkau
tidak ajarkan kepada kami itu bukan karena Engkau tidak tahu, tetapi karena ada
hikmah dibalik itu. Itulah yang menjadikan manusia istimewa karena kemampuannya
yang diberi Allah kepadanya berupa kemampuan mengekspresikan apa yang terlintas
dibenaknya, serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga ini mengantarnya
kepada “Pengetahuan”. Di sisi lain, kemampuan manusia merumuskan ide dan
memberi nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia
berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.[3]
2. Tafsir Al-azhar
Sebelum
kita bahas mengenai makna pada ayat 31 ini sebelumnya telah turun ayat
berturut-turut yaitu 28 dan 29 yang Allah terangkan pada Firman-Nya adalah yang
makna intinya sebagai berikut : “Bagaimana kamu kufur terhadap nikmat Allah”?,
padahal seluruh isi bumi telah disediakan untukmu, lalu turunlah ayat khalifah
: “Dan (ingatlah) tatkala Tuhan yang engkau berkata kepada Malaikat :
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan dibumu seorang khalifah” (pangkal ayat
30). Lalu “Mereka berkata : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang
yang merusak di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan
memuji Engkau dan memuliakan Engkau? Dia Berkata : Sesungguhnya Aku lebih
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui !” (ujung ayat 30). Disitu para
malaikat meminta penjelasan dan Allah menyatakan maksud-Nya bahwa Allah swt.
Tidak membantah pendapat dari Malaikat-Nya, namun Allah menjelaskan bahwasannya
pendapat dan ilmu mereka tidaklah seluas dan sejauh pengetahuan Allah. Bukanlah
Tuhan memungkiri bahwa kerusakanpun akan timbul dan darahpun akan tertumpah
tetapi ada maksud lain yang lebih jauh dari itu, sehingga kerusakan hanyalah
sebagai pelengkap saja dan pembangunan dan pertumpahan darah hanyalah satu
tingkat perjalanan hidup saja di dalam menuju kesempurnaan. Demikian sedikit
penjelasan mengenai pertanyaan Malaikat. Kemudian di turunkan lanjutan ayat
yaitu Allah menciptakan khalifah dan khalifah itu ialah Adam. “Dan telah
diajarkanNya kepada Adam nama-namanya semuanya” (pangkal ayat 31). Artinya
diberilah oleh Allah kepada Adam itu semua ilmu. “kemudian Dia kemukakan
semuanya kepada Malaikat. Lalu Dia berfirman : Beritakanlah kepadaKu nama-nama
itu semua, jika adalah kamu makhluk-makhluk yang benar.” (ujung ayat 31).
Sesudah Adam dijadikan, kepadanya telah diajarkan oleh Tuhan nama-nama yang
dapat dicapai oleh kekuatan manusia, baik dengan pancraindra maupun dengan akal
semata-mata, semuanya diajarkan kepadanya. Kemudian Tuhan panggillah
Malaikat-malaikat itu dan Tuhan tanyakan
adakah mereka tahu nama-nama itu ? Jika benar pendapat mereka selama ini bahwa
jika khalifah itu penyebab terjadinya kerusakan dan pertumpahan darah, sekarang
cobalah jawab pertanyaan Tuhan : Dapatkah mereka menunjukan nama-nama itu ?
maka turunlah ayat 32 “Mereka menjawab : Maha Suci Engkau! Tidak ada
pengetahuan bagi kami, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Karena
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Tahu, lagi Maha Bijaksana.” (ayat 32).[4]
3. Tafsir Al-Lubab
Di
Tafsir ini menjelaskan keseluruhan arti
dan pelajaran yang diambil pada Q.S Al-Baqarah dari ayat 30-39,
Bahwasannya Allah menyampaikan kepada Malaikat menyangkut penciptaan manusia
dan tujuan penciptaannya, yakni menjadi khalifah di dunia, serta kemampuan
manusia mengemban tugasnya itu (ayat 30). Menjawab pertanyaan itu, Allah swt.
Menampakkan potensi-potensi yang di anugerahkan-Nya kepada manusia, khususnya
potensi berpengetahuan (ayat 30-31). Dilanjutkan dengan uraian tentang ulah
setan menyesatkan manusia dan tergelincirnya makhluk ini (Nabi Adam as.) serta
taubat beliau yang diterima Allah swt. Sehingga beliau terbebaskan dari dosa.
Semua itu harus dijadikan pelajaran dalam rangka menyukseskan tugas
kekhalifahan, yakni membangun dunia sesuai dengan “rencana” yang di kehendaki
Allah swt. (ayat 34-37).
Pelajaran
yang dapat dipetik dari Ayat 30-39 :
1. Allah swt. Adalah Pencipta manusia yang
ditugasi-Nya menjadi khalifah, yakni mengelola bumi sesuai dengan tuntunan-Nya.
Pengelolaan dimaksud, antara lain adalah memelihara dan mengembangkannya sesuai
dengan penciptaan masing-masing.
2. Manusia adalah makhluk yang mempunyai
kelebihan karena ilmu yang dianugerahkan Allah swt. Kepadanya tanpa
mengembangkan potensi pengetahuan, maka seseorang tidak wajar memperoleh
kedudukan terhormat sebagai manusia.
3. Yang bertugas memiliki tanggung jawab
harus memahami tugas yang diembannya serta mempunyai kemampuan yang berkaitan
dengan tugas itu. Allah swt. Menyampaikan rencana-Nya kepada malaikat agar
malaikat yang bertugas menangani manusia dan penciptaan alam mengetahui tentang
objek tugasnya, baik dalam hal pemeliharaan, pencatatan amal, kematian, dll.
Demikian juga halnya dengan manusia yang diberikan potensi ilmu menyangkut
segala sesuatu serta pengalaman manis berada di syurga dan pahit di gelincirkan
setan agar menjadi bekal dalam melaksanakan tugas kekhalifahan dan mengelola
bumi guna menciptakan bayang-bayangsyurga di pentas bumi serta menyadari dampak
buruk mengikuti setan.
4. Allah swt. Senang dan menghendaki agar
hamba-hambaNya yang berdosa segera bertaubat.
5. Manusia sangat memerlukan petunjuk Ilahi
guna menghilangkan keresahan dan meraih kebahagiaan, sebagaimana dipahami dari
penyesalan Nabi Adam as. Dan kegelisahannya yang tersingkap dengan adanya
bantuan Ilahi.
6. Islam tidak mengenal dosa waris, bukan
saja karena Allah swt. Telah mengampuni Nabi Adam as. Atas kesalahannya, tetapi
karena juga seseorang tidak boleh/dapat menanggung dosa yang dilakukan orang
lain. Mengukuhkan dosa kepada orang lain adalah penganiayaan bagi yang tidak
berdosa.[5]
B. APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
Pertama,
membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan Allah swt.
Sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia ibarat setitik air laut secara
keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan
menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran kedurhakaan kepada yang Maha
Mengetahui segalanya. Seharusnya manusi menjadikan ilmu untuk alat ber-taqarub
kepadaNya sebagaimana perilaku para ulil albab.
Kedua,
dengan menyadari bahwa ilmu Allah swt. Sangat luas, tidak ada satupun - betapa
pun kecil dan halusnya – yang luput dari ilmuNya maka manusia akan dapat
mengontrol tingkah laku, ucapan amalan bathinnya sehingga selalu sesuai dengan
yang diridlai Allah swt.
Ketiga,
keyakinan terhadap ilmu Allah swt. Akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala
penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya. Maka dalam pemahamannya adalah
dengan mengaplikasikan sifat Allah swt. Tersebut dalam kehidupan nyata
sehari-hari, berusaha melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya karena
Allah Maha Melihat, Mendengar, memperhatikan segala apa yang kita lakukan
dimana saja.
C. ASPEK TARBAWI
1. Allah SWT mengajari kita kekuatan,
dengan cara memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.
2. Allah SWT mengajari kita kebijakan,
dengan cara memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita
bertambah bijaksana.
3. Allah SWT memberi kita kemakmuran,
dengan cara memberi kita otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam
mencapai kemakmuran.
4. Allah SWT mengajari kita keteguhan hati,
dengan cara memberi bencana dan bahaya untuk diatasi.
5. Allah SWT mengajarkan kita cinta, dengan
cara memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.
6. Allah SWT mengajari kita kemurahan dan
kebaikan hati, dengan cara memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih
berganti.
7. Dan Allah SWT mengajari kita terhadap
apa yang tidak kita ketahui. Akhirnya kita tahu, ternyata Allah menyelipkan
ilmu dalam setiap benda ciptaan-Nya. Dan kita sebagai manusia sekaligus sebagai
“peserta didik”-Nya diwajibkan untuk mengikuti kurikulum rancangan-Nya. Karna
alam ini adalah universitas tanpa batas, universitas tanpa pagar sebagai
grand-design yang amat sempurna.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demikianlah
Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, seimbang,
beraturan, sistemik. Maka Allah lah yang paling tahu hakikat dan tujuan
penciptaan-Nya, dan telah dikabarkan-Nya ciptaan Allah SWT. Itu kepada manusia.
Manusia telah diperintahkan untuk bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu
memanfaatkannya. Dan agar manusia mampu mengenal pencipta-Nya, serta
mengagungkan-Nya. Dengan ilmu-Nya Allah mengajarkan kepada hamba-Nya apa-apa
yang telah diciptakan dengan proses terjadinya, sehingga manusia akan menjadi
tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
menyebar ke setiap penjuru dunia. Dengan ilmunya manusia diharapkan menemukan
kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan kehidupan.
B. SARAN
Apa yang ada dalam
makalah ini bukan semata pemikiran penulis, akan tetapi diambil dari berbagai
referensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada kami, untuk itu
marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Qayim Al-Jauzi, 2001 Tafsir Ayat
Al-qur”an Tafsir Tarbawi Jakarta:
PT.RajaGrafindo
Persada
M.
Quraish Shihab, 2000 Tafsir Al-Misbah
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur’an Ciputat
Tangerang: Penerbit Lentera hati
Dr.
Hamka, 1982 Tafsir Al-Azhar Juz Jakarta:
Pustaka Panjimas
M. Quraish
Shihab, Al-Lubab 2012 Makna,Tujuan, dan Pelajaran dari
Surat-surat
Al-qur’an Ciputat
Tangerang: Lentera Hati
A. Biodata Pribadi
Nama Lengkap : Ro’yal
Ain
Biasa dipanggil : Qori,
Ain
Tempat, tanggal lahir :
Pemalang, 22 Agustus 1997
Agama : ISLAM
Warga : Indonesia
Alamat : Jl. Manyung
Ds.Krasak Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Pemalang Rt. 001/016
No Hp 085888634701
Email : royalain97@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
· 2001 – 2003 TK Negeri 01 Pembina
Pemalang
· 2003 – 2009 SDN 03 Tanjung Sari Pemalang
· 2003 – 2008 MDA Tashwirul Afkar Krasak
Pemalang
· 2007 – 2009 Majlis Ta’lim Adz’zikriyah
· 2009 – 2012 SMP Negeri 01 Warureja Tegal
· 2012 – 2015 SMA NU 01 HASYIM ASY’ARI
Tarub-Tegal
· 2012 – 2015 Pondok Pesantren Hasyim
Asy’ari Taru-Tegal,Wustho dan Aliyah Pondok Pesantren
· 2015 sampai dengan sekarang IAIN
Pekalongan
[1] . Ibnu Qayim Al-Jauzi, Tafsir
Ayat Al-qur”an (Tafsir Tarbawi),
(jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2001) hlm.76
[2]. Ibid hlm 78
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur’an) ,
(Ciputat Tangerang: Penerbit Lentera hati, 2000) hlm. 145-147
[4] Dr. Hamka, Tafsir
Al-Azhar (Juz !), (jakarta: Pustaka
Panjimas, 1982) hlm. 198-204
[5] M. Quraish Shihab, Al-Lubab (Makna,Tujuan, dan
Pelajaran dari Surat-surat Al-qur’an), (Ciputat Tangerang: Lentera Hati,
2012) hlm. 16-18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar