SUBYEK
PENDIDIKAN “HAKIKI”
Malaikat
Sebagai Pendidik
(QS.
An-Najm, 53: 5-6)
Nur Aliyah (2021115178)
Kelas
D
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul QS.An-Najm, 53 ayat 5-6 tentang “Subyek Pendidikan
Hakiki” (Malaikat Sebagai Pendidik) ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Muhammad
Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah
memberikan tigas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Malaikat Sebagai Pendidik. saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Pekalongan,18 oktober2016
Penyusun
NurAliyah (2021115178)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidik
merupakan unsur yang sangat esensi dalam memberi bimbingan dan bantuan kepada
peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai kedewasaan,
dan mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT yaitu kholifah di
muka bumi.
Al-Quran
sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya terkandung ayat-ayat yang dapat kita
gunakan sebagai pedoman hidup manusia. Diantaranya merupakan ayat-ayat
yang menggali tentang subjek pendidikan.
Untuk
itu dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan sedikit tentang ayat-ayat
Al-Qur’an yang berhubungan dengan subjek pendidikan dengan harapan dapat lebih
memahami bagaimana subjek pendidikan menurut Al-Quran.
B. Judul
Subyek
Pendidikan Hakiki “Malaikat Sebagai Pendidik”
C. Nash dan
Artinya
¼çmuH©>tã ßÏx©
3uqà)ø9$# ÇÎÈ rè
;o§ÏB 3uqtGó$$sù ÇÏÈ
(5). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang
sangat kuat.
(6). yang mempunyai akal
yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli.
D. Arti Penting Untuk Dikaji
Dalam konteks ini, mengapa sangat perlu dikaji
mengenai malaikat sebagai pendidik dan penjelasannya telah ada dalam QS An-Najm
ayat 5-6, seperti di atas.bahwa pendidik mempunyai derajat yang mulia, sehingga
didalam hadis dijelaskan bahwa pendidik merupakan penerus para Nabi dan para Rasul,
berkaitan dengan surat An-Najm ayat 5 pendidik harus mempunyai jiwa yang kuat
dalam menghadapi beraneka ragam peserta didiknya terlebih pada zaman sekarang
banyak problematika situasi yang dihadapi saat ini. Seperti contoh kenakalan
peserta didik kepada gurunya, meremehkan gurunya, dan lebih lagi menghina
gurunya.
Selanjutnya
arti penting dalam surat An-Najm ayat 6 yaitu bahwa seorang pendidik harus
mempunyai intelektual yang tinggi dalam pengetahuan ilmu agama dan pengetahuan
umumnya serta mempunyai kecerdasan yang kuat, disiplin ilmu dan akhlaknya,
mampu menerapkan ilmu yang diajarkannya.
BAB II
ISI
A.
Teori
1.
Pengertian malaikat
Malaikat adalah makhluk halus yang besifat cahaya, yang dapat
menampakkan diri dengan berbagai bentuk yang berbeda-beda, tetapi tidak diberi
sifat laki-laki atau perempuan. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali
Allah SWT. tidak ada satu tempat pun dilangit dan dibumi ini yang tidak terisi
oleh malaikat.[1]
Malaikat bukanlah jasad yang dapat kita lihat. Karena itu, segala
sesuatu yang berlaku pada jasad fisik seperti lahir, hidup, dan mati tdak
berlaku bagi malaikat. Mereka adalah makhluk khas ciptaan Allah dan mempunyai
berbagai sifat yang berbeda dari segenap makhluk lainnya.[2]
2.
Tugas malaikat
Malaikat mempunyai bermacam-macam tugas, mereka tidak memiliki
syahwat yang dapat memperdayakan dirinya untuk tidak mengingat Allah SWT:
يُسَبِّحُونَ ٱلَّيْلَ
وَٱلنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
Mereka
(malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang. (Al 'Anbiya'[21]:20)
Diantara tugas para
malaikat adalah mengatur segala urusan, menyampaikan wahyu kepada para nabi dan
hamba Allah yang dikehendaki-Nya, mendoakan kaum mukmin dan memohonkan
ampun,membaca shalawat bagi Nabi Muhammmad S.A.W., mencatan amal pebuatan
manusia, mencabut nyawa manusia,meniup sengkakala, menjaga neraka dan menyiksa
penghuninya, menjaga surga dan memberi salam penghuninya, dan lain-lain.[3]
Malaikat memiliki
bentuk tersendiri dialam gaib yang mampu berubah jika mereka turun kebumi untuk
menjalankan suatu tugas. Jadi, tidak ada seorang pun mengetahui bentuk asli
malaikat yang diciptakan oleh Allah, kecuali jika ia adalah pemimpin para Nabi
dan penutup para Rasul-Nya,serta menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.
Rasulullah SAW pernah dua kali melihat bentuk asli malaikat jibril: ketika
beliau pertama kali menerima risalah islam dan ketika berada di Sidrah al-
Muntaha dalam peristiwa Isra’-Mi’raj.
Adapun malaikat sebagai
pendidik adalah malaikat Jibril, malaikat jibril adalah Ruh al- Amin, utusan
Allah kepada rasul-rasul-Nya dan pemuka para malaikat. Jibril juga termasuk
tentara Allah dan hamba-Nya, yang hanya bertindak serta turun kebumi atas
perintah-Nya.[4]
3. Definisi Pendidik dalam
pendidikan Islam
Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun
psikomotorik (karsa).
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya,agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah
Allah SWT. dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk
individu yang mandiri. [5]
B. Tafsir Dari
Buku
1.
Tarsir Al- Azhar
“yang diajarkan
kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat”,(ayat 5).
Inilah jaminan
selanjutnya tentang wahyu yanyg diterima oleh Nabi Muhammad SAW itu. Bahwasanya
yang mengajarkan wahyu itu kepada beliau ialah makhluk yang sangat kuat. Ibnu
katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud
dengan yang sangat kuat itu ialah Malaikat Jibril.
“Yang mempunyai keteguhan”. (pangkal ayat 6). Mujahid, al-Hasan dan Ibnu
Zaid memberi arti: “Yang mempunyai keteguhan.” Ibnu Abbas memberi arti: “Yang
mempunyai rupa yang elok.” Qatadah memberi arti: “Yang mempunyai bentuk badan
yang tinggi bagus.” Ibnu katsir ketika memberi arti berkata: “tidak ada
perbedaan dalam arti yang dikemukakan itu. Karena Malaikat Jibril itu memang
bagus dipandang mata dan mempunyai kekuatan luar biasa. Lanjutan ayat ialahفَاسْتَوى (fastawaa), “yang
menampakkan diri yang asli.”(ujung ayat 6).
Menurut riwayat dari Ibnu Abi Hatim yang diterimanya dari Abdullah bin
Mas’ud, bahwasanya Rasulullah SAW melihat rupanya yang asli itu dua kali. Kali
yang pertama ialah ketika Rasulullah SAW meminta kepada jibril supaya sudi
memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Permintaan itu dia kabulkan,
lalu kelihatanlah dia dalam keasliannya itu memenuhi ufuk! Kali yang kedua
ialah ketika dia memperlihatkan diri dalam keadaan yang asli itu, ketika jibril
akan menemui beliau pergi Isra’ dan Mi’raj. Dalam pernyataan diri dari
keasliannya itu, Nabi melihatnya dengan sayap yang sangat banyak, 600 (enam
ratus) sayap.[6]
2. Tafsir Al-Mishbah
Kata (علّمه)
‘allamahu/ diajarkan kepadanya bukan berarti bahwa
wahyu tersebut bersumber dari malaikat Jibril. Seorang yang mengajar tidak
mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita
mengajar anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan
karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah
salah satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas
menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang
dimaksud dengan pengajarannya disini.
1.
Kata )مرّة( mirrah terambil dari kata (أمررت
الحبل) amrartu al-habla yang berarti
melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو مرّة) dzu mirrah digunakan untuk mengambarkan kekuatan nalar dan tingginya
kemampuan seseorang. dalam surat ini
dijelaskan bahwa subjek pendidikan adalah malaikat Jibril
Ada juga yang memahaminya dalam arti
kekuatan fisik,akal dan nalar.[7]
3.
Tafsir Al-Qurthubi
Mengenai dua ayat tersebut, dalam Tafsir Al Qurthuby dijelaskan bahwa
seluruh mufasir mengataka شديدالقوى adalah malaikat Jibril, kecuali Al Hasan, ia menyatakan bahwa شديدالقوى adalah
Allah SWT. Adapun kalimat ذومرة
berarti memiliki kekuatan dan kecerdasan/wawasan luas. Demikian
pula yang dinyatakan oleh Ibn Katsir. Dengan merujuk kepada pendapat jumhur
mufasir, ayat ini berbicara tentang Malaikat Jibril yang menjadi guru besar
Nabi Muhammad SAW. Terlepas dari ikhtilaf mengenai figur yang disebut pada ayat
ke lima, seluruh mufasir sepakat bahwa figur dimaksud bersifat memiliki
kekuatan dalam segala dimensinya serta kecerdasan khusus. Dan dalam surat ini
juga dijelaskan bahwa subjek pendidikan adalah malaikat Jibril yang mana punya
potensi yang kuat yang menerima wahyu-wahyu Al-Quran untuk disampaikannya
kepada nabi muhammad SAW karena bagaimanapun malaikat Jibril itu sebelum
menyampaikan wahyu telah memperoleh pengajaran dari Allah dan tentunya malaikat
jibril megajarkan firman Allah kepada nabi Muhammad tanpa adanya pengajaran
dari Allah.[8]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan
Aplikasi
dalam kehidupan tentang surat An-Najm ayat 5-6 adalah:
1.
bahwa seorang pendidik
seyogyanya merupakan sosok yang kuat, baik dari segi fisik, mental, ekonomi,
maupun intelektual.
2.
Dapat menjadi contoh dan teladan bagi murid-murid
kelak.
3.
Menguasai materi yang akan diajarkan.
4.
Bersikap sewajarnya seorang guru tanpa ada sesuatu
yang menyimpang.
D.
Aspek Tarbawi
Aspek
tarbawi tentang surat An-Najm ayat 5-6 sebagai berikut:
1.
Pada Hakikat Malaikat Jibril adalah guru besar Nabi Muhammad SAW.
2.
dalam surat ini dijelaskan bahwa subjek pendidikan adalah malaikat
Jibril.
3.
Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikannya secara baik
dan benar kepada Nabi SAW.
4.
Bahwa figur Pendidik yang dimaksud bersifat memiliki kekuatan dalam
segala dimensinya serta kecerdasan khusus baik ilmu pengetahuannya serta akhlaknya baik kepada peserta didik maupaun
terhadap ilmunya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari
pemaparan makalah di atas mengenai tafsir Al-Qur’an dalam surah An-Najm ayat 5-6
bahwa Malaikat merupakan makhluk halus
yang besifat cahaya, yang dapat menampakkan diri dengan berbagai bentuk yang
berbeda-beda, tetapi tidak diberi sifat laki-laki atau perempuan. Tidak ada
yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah SWT. tidak ada satu tempat pun
dilangit dan dibumi ini yang tidak terisi oleh malaikat.
Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun
psikomotorik (karsa).
Adapun malaikat sebagai pendidik adalah malaikat Jibril, malaikat jibril
adalah Ruh al- Amin, utusan Allah kepada rasul-rasul-Nya dan pemuka para
malaikat. Jibril juga termasuk tentara Allah dan hamba-Nya, yang hanya
bertindak serta turun kebumi atas perintah-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Habub Zain bin Ibrahim bin Sumaith. 1998. Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman,
Rukun Ikhsan Secara Terpadu. Bandung : Al-bayan
Bahjat Ahmad. 1998. Mengenal
Allah. Bandung : Pustaka Hidayah
Pribadhi K Endra. 2004. makhluk
halus dalam fenomena kemusyrikan. Jakarta : Salemba Diniyah
Mujib Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana
Prenada Media
Hamka. 2006. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT. Citra
Serumpun Padi
Shihab M. Quraish.
2002. Tafsir Al- Mishbah. Jakarta : Lentera Hati, 2002
Al-Qurthubi Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta :
PUSTAKA AZZAM
PROFIL
PRIBADI
Nama : Nur Aliyah
Tempat,
tanggal lahir : Pabean
Pekalongan, 28 Mei 199
Alamat
: Pabean Pekalongan, RT 05/ RW 04
Riwayat
Pendidikan : TK MASYITHOH Pabean Pekalongan MSI 12 Pabean Pekalongan
SMP
SALAFIYAH Kauman Pekalongan
KEJAR PAKET C (KPC) Pabean Pekalongan
Dan Sekarang
saya sedang belajar di IAIN Pekalongan, Mahasiswi semester tiga.
.
[1] Habub Zain bin
Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah
Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan Secara Terpadu (Bandung: Al-bayan,
1998) hlm. 115
[2] Ahmad Bahjat,
Mengenal Allah (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998) hlm. 71
[3] Endra K.
Pribadhi, makhluk halus dalam fenomena kemusyrikan (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2004) hlm. 51-52
[4] Ahmad Bahjat, Op,
Cit., hlm. 70-71
[5] Abdul Mujib,
Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006) hlm. 87
[6] Dr. Hamka, Tafsir
Al-Azhar (Jakarta: PT. Citra Serumpun Padi, 2006) hlm. 93
[7] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al- Mishbah (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) hlm. 410-411
[8] Syaikh Imam
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (Jakarta: PUSTAKA AZZAM, 2009) hlm.
366-370
Tidak ada komentar:
Posting Komentar