PENDIDIKAN ILMIAH-INTELEKTUAL
“ Ilmul yaqin, Ainul yaqin, Haqqul
yaqin “
(Q.S At- Takastur ayat 5-7)
Ayu Mustaghfirotussolikhah (2021115290)
kelas B
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEAGAMAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi I dengan tema
“Kewajiban Belajar Spesifik” yang berjudul Doa Tambahkan Ilmu Qur’an Surat
At-Takastur ayat 5-7
Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga
makalah Tafsir Tarbawi II dengan tema “ Ilmul yaqin Haqqul yaqin Ainul yaqin ”
yang berjudul Doa Tambahkan Ilmu Qur’an Surat At-Takastur ayat 5-7 dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Pekalongan, 20 April 2017
Ayu Mustaghfirotussolikhah
(2021115290)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah kehidupan ada sebuah hal yang dianggap
sebagai hal yang mngandung prinsip.Dalam perkembangan zaman yang semakin
maju,manusia semakin jauh dengan prinsip dan seakan ikut-ikutan dengan orang
lain.Dalam beragama hal yang harus dipegang atau menjadi dasar adalah adanya
Iman atau (Kepercayaan).Dalam kepercayaan ini banyak terkandung prinsip untuk
menanggulangi masalah yang berkembang saat ini.Prinsip atau keyakinan ini akan
menjadi tameng atau benteng yang baik dalam menghadapi masalah yang ada.
Masalah yang ada saat ini sering menggoyahkan prinsip
seseorang.Dalam hidup beragama Iman ini menjadi kunci kesempurnaan beragama
seseorang.Dalam makalah ini yang mengandung mengenai masalah “Ilmul
Yaqin,Qinul Yaqin dan Haqqul Yaqin”akan membahas masalah yang berkaitan
dengan tingkatan prinsip atau keyakinan seorang hamba kepada Tuhannya yaitu
Allah SWT.Agar dapat memberikan aspek pendidikan untuk menyelesaikan masalah
modern yang berkembang saat ini.
B. Judul
Makalah ini berjudul : PENDIDIKAN
ILMIAH-INTELEKTUAL “ Ilmul yaqin, Ainul yaqin, Haqqul yaqin “ (Q.S At- Takastur
ayat 5-7)
C. Nash dan Artinya
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (٥)
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (٦) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِين
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin,
6.
Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim.
7.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yaqin
D. Arti penting untuk dikaji
surat ini menjelaskan tentang orang-orang yang lalai dari
beribadah kepada Allah. padahal ibadah itu tujuan diciotakannya manusia. yang
dimaksud disini adalah beribadah kepada allah semata dan meninggalkan ibadah
kepada selain allah, mengenal-nya dan mendahulukan cinta allah dari lainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
a. Pengertian
Ø Ilmul al
yaqin itu adalah keyakinan akan keberadaan Allah swt berdasar ilmu pengetahuan
tentang sebab akibat atau melalui hukum kausalita, seperti keyakinan dari para
ahli ilmu kalam. Misalnya apa saja yang ada di alam semesta ini adalah sebagai
akibat dari sebab yang telah ada sebelumnya. Sedangkan sebab yang telah ada
sebelumnya yang juga merupakan akibat dari sebab yang sebelumnya lagi, sehingga
sampai pada satu sebab yang tidak diakibatkan oleh sesuatu sebab, yang
disebabkan penyebab pertama atau causa prima. Dan itulah Tuhan.
Ø Sedangkan
dalam Ainul Yaqin, tatkala seseorang ‘arifiin’ telah melihat sesuatu amalaiah
dan ubudiyah diliputi oleh Ilmu Allah kemudian ia menyaksikan bahwa di dalam
gerak dan diam (lelaku) itu adalah saksi Hidupnya Allah Ta’ala yang menunjukkan
adanya Allah Ta’ala sebagai tujuan hidupnya. dengan Merasakan dan menyadari
gerak dan diam, suara dan perkataan itu adalah saksi hidupnya Allah Ta’ala maka
sama halnya ia merasakan dan menyadari kehadiran Allah Ta’ala dekat sekali
dengan dirinya. “Bukan menghadirkan Allah” akan tetapi menyadari bahwa “Allah
senantiasa Maha Hadir atas dirinya dan sekalian Alam meliputi tiap2 sesuatu”.
“Wahuwa Ma’akum Ainama kuntum” (Dia Allah serta kamu di mana kamu berada).
Jadi maksud dari
Ainul yaqin adalah Keyakinan yang dialami oleh orang yang telah melewati tahap
pertama, yaitu ilmu al yaqin, sehingga setiap kali dia melihat sesuatu
kejadian, tanpa melalui proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini akan
wujud Allah; sebagaimana
Ø Haqqul
Yaqin, adalah kemantapan dalam pendirian yang kokoh setelah ia mengetahui
kemudian ia melihat dengan penyaksian lalu kemudian tertanam sedalam-dalamnya
pada dirinya bahwa : “Segala sesuatu apapun yang terlihat, tidak ada yang ada Melainkan
Ilmu Allah Ta’ala, Segala sesuatu apapun yang terdengar tidak ada Yang ada
melainkan kalam Allah Ta’ala, Dan tidak ada yang terasa maupun yang dirasakan
Sirullah (Zatullah)”.
Penjelasan makna
Haqqul yaqin bisa dimaksudkan keyakinan yang dimiliki oleh orang yang telah
menyadari bahwa alam semesta ini pada hakekatnya adalah bayangan dari
Penciptanya, sehingga dia dapat merasakan wujud yang sejati itu hanyalah Allah,
sedangkan lainnya hanyalah bukti dari wujud yang sejati tersebut, yaitu Allah
swt.
Setelah semua
perjalanan dan tahapan itu misra/meresap pada diri, maka Allah akan JAZBAH
dirinya sehingga sampailah ia pada maqom “KAMALUL YAQIN”[1]
Semua
itu mencakup mengenai sebuah keyakinan atau kepercayaan atau jika diliat dalam
islam adalah sebuah Aqidah.
Aqidah berasal dari
kata عقد - يعقد – عقيدة artinya kepercayaan atau keyakinan. Sedangkan
pengertian aqidah Islam menurut istilah adalah sesuatu yang dipercaya dan
diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai dengan ajaran Islam dengan
berpedoman kepada al-Quran dan Hadits.
Ø
Aqidah Islam yang bersumber dari alquran dan hadits
cakupannya meliputi:
a.
Kepercayaan akan adanya Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya, yakni sifat wajib,
sifat mustahil dan sifat jaiz, serta wujudnya yang dapat dibuktikan dengan
keteraturan dan keindahan alam semesta ini.
b.
Kepercayaan tentang alam gaib; percaya akan adanya
alam di balik alam nyata ini yang tidak bisa diamati oleh indra manusia.
Demikian pula makhluq-makhluq yang ada di dalamnya seperti malaikat, jin dan ruh.
c.
Kepercayaan kepada kitab-kitab
Allah yang diturunkan kepada para rasul-Nya. Kitab-kitab tersebut diturunkan
agar manusia dapat menjadikannya pedoman dalam mengarungi alam beserta segala
problematikanya. Dengan menggunakan pedoman tersebut maka manusia dapat
membedakan yang baik dan yang buruk, serta yang halal dan yang haram.
d.
Kepercayaan kepada para rasul
Allah yang diutus dan dipilih untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada
manuisa agar melakukan hal hal yang baik dan benar.
e.
Kepercayaan kepada hari akhir
serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, seperti hari kebangkitan
(Ba’ats), adanya pahala dan dosa, surga dan neraka.
f.
Kepercayaan kepada qadha dan qadar Allah tentang
segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini.[2]
B. Tafsir dari buku
1. Tafsir al-misbah
Ayat At- Takatsur memperingatkan
bahwa “ Hati-hatilah jangan begitu, sungguh jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin niscaya kamu tidaka kan melakukan perlombanaan dan
persaingan yang tidak sehat. Kamu benar-benar akan melihat neraka jahim, dan
sesungguhnya aku bersumpah bahwa kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul
yaqin yakni mata telanjang yang tidak sedikit pun disentuh oleh keraguan.
Sementara
ulama menyisipkan kalimat yang berfungsi menjelaskan konsekuensi jika mereka
mengetahui dengan yakin pengarang Tafsir Al- Muntakhab, misalnya menyatakan : “
Sesungguhnya, jika kamu mengetahui dengan yakin betapa buruknya tempat kembali
kamu sekalian, pasti akan merasa terkejut.dengan gaya hidup kamu
bermegah-megahan ini. dan tentu kamu akan berbekal diri untuk akhirat.” ada
lagi yang menyiratkan kalimat “ tentulah penyesalan kamu tidaka akan
terlukiskan dengan kata-kata akibat habisnya umur dalam persaingan tidak
sehat.” [3]
2. Tafsir Ibnu Katsir
Bermegah-megahan telah melalaikan
kamu “ Bermegahan dengan anak, harta dan dunia telah melalaikan kamu dan
akhirat. “ hingga kamu masuk kedalam kubur.” yaitu hingga kematian datang
menjemput kamu.
Ibnu Asafir meriwayatkan dalam
biografi Ahruf bin Quif bahwa dia pernah
melihat uang dirham di tangan seseorang, lalu dia bertanya “ kepunyaan siapa
uang dirham itu” Orang itu menjawab “ Milikku” Ahruf berkata “ Uang itu milikmu
bila kamu belanjakan baik untuk memperoleh pahala maupun dengan maksud
bersyukur.” Kemudian dia membaca sebuah puisi dari seorang penyair.
“ engkau dimiliki oleh harta, bial
engkau menahannya,
Bila engkau mendemarkannya, maka
harta itu milikmu”
Allah ta’aal telah berfirman “
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui dan janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui.” Hasan berkata “ Ayat ini merupakan ancaman setelah ancaman.”
“ Janganlah begitu jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.” yaitu
kalau kamu mengetahui dengan pengetahuan yang sebenarnya, pastilah banyak harta
dan anak tidak akan melalaikan kamu dari mencari akhirat, sampai kamu masuk
kuburan, kemudian Allah Ta’alah berfirman “ Niscaya kamu benar-benar akan
melihat neraka jahim dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya
dengan ainul yaqin. Ayat ini merupakan penjelasan terhadap ancaman yang telah
disebutkan sebelumnya, yaitu firman Allah “ Janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui, kemudian janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui.”[4]
3. Tafsir Al-Qurtubhi
كَلَّا
لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ﴿٥﴾
“Janganlah begitu,
jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”
Allah SWT mengulangi
lafadz kalla yaitu lafadz yang mengandung larangan dan peringatan,
karena dia mengikutkan lafadz tersebut satu sama lain. seakan-akan dia
berfirman, janganlah kamu lakukan itu karena kamu akan menyesal, janganlah kamu
lakukan itu, karena kamu akan mendapatkan hukuman. Ada yang mengatakan bahwa
lafadz kalla di tiga tempat ini
bermakna Alla (ketahuilah) seperti yang dikatakan Ibnu abi hasan Al.fana
berkata “ bahwa ia bermakna Haqqan (sungguh!) pembicaraan tentang hal
itu telah dijelaskan secara sempurna.
لَتَرَوُنَّ
الْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ﴿٧﴾
6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahanam, 7. dan sesungguhnya,
kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yakin.
Al Kisa’i dan Ibnu Amir membaca Latarawunna
dengan mendhommakannya huruf ta’ dari “ araituhu asy- syai’a (aku
memperlihatkannay sesuatu ), yakni kalian akan dikumpulkan didalam neraka itu
dan benar-benar neraka itu akan diperlihatkan kepada kalian, atau dengan
menfathahkan Ha’, yaitu Qira’ah mayoritas ulama, yakni kalian
akan benar-benar melihat neraka jahin dari jarak jauh. [5]
C. Aplikasi dalam kehidupan
Janganlah kalian berlomba-lomba
dalam kemegahan, karena kemegahan itu telah melalaikan kamu samapi kamu masuk
kedalam kubur, bahwasannya Allah SWt telah berfirman mencela hamba-hambanya
atas kelailaian dai tujuan penciptaan mereka, yaitu untuk beribadah hanya
kepadanya tanpa sekutu baginya mengenal dan tunduk kepadanya, mendahulukan
cintanya kepada sesuatu.
Selain itu apabila kita mempunyai
pengetahuan maka kita tidak sepatutnya berlaku sombong kepada orang lain
dengan pengetahuan yang kita miliki, karena bisa jadi pengetahuan yang kita
miliki hanya khayalan dan persangkaan belaka yang sewaktu-waktu dapat berubah
walaupun sudah tertanam kuat dalam hati kita.
D. Aspek Tarbawi
1.
Seseorang yang memiliki
pengetahuan (‘ilmul-yaqin) akan terhindar dari sikap bermegah-megahan
dan menguatkan semangat dalam membela kebenaran.
2.
Apabila dalam hati seseorang
telah merasa yakin, maka tidak akan berani melakukan suatu perbuatan yang
diancamkan azabnya oleh Allah SWT.
3.
Semua yang bersaing secara tidak
sehat, akan menyesal di dunia atau paling tidak di akhirat nanti.
4.
Semakin dalam keyakinan
seseorang, semakin tajam mata hatinya sehingga dapat melihat yang tersirat di
balik yang tersurat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmul al yaqin itu adalah keyakinan akan keberadaan Allah
swt berdasar ilmu pengetahuan tentang sebab akibat atau melalui hukum
kausalita, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam. Baik berdasarkan penglihatan nyata maupun
dalil shahih yang premis-premisnya tak diragukan kebenarannya sedikitpun.
Sedangkan pengetahuan yang berdasarkan penglihatan mata kepala ia, termasuk
bagian tak terpisahkan dari keyakinan yang disebut ‘ainul yaqin.
Daftar pustaka
Felix Shiauw, Teologi Umat Modern, (Jakarta:
Republika,2012)
Nasib ar-Rifa’i, Muhammad. 2006. Tafsir
Ibnu Katsir Jilid IV. Jakarta: Gema Insani.
Quraish Shihab, M. 2002. Tafsir
Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Al Qurthubi, Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al
Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Profil penulis
Nama
: Ayu Mustaghfirotussolikhah
NIM :
2021115290
TTl :
Pemalang 10 September 1997
Agama
: Islam
Hobby : Membaca
Cita-cita : Menjadadi orang sukses
Alamat : Ds. Kendaldoyong, Kec. Petarukan,
Kab.Pemalang
Pendidikan : Tk. Pertiwi
SDN 06 Kendaldoyong
MTs Darul Amanah Sukorejo Kendal
MA Darul Amanah Sukorejo Kendal
IAIN Pekalongan
[4] Salim Bahreisy.
1988. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Cet. Ke-1. Surabaya:
PT Bina Ilmu.hlm 1037
Tidak ada komentar:
Posting Komentar