SUBJEK PENDIDIKAN MAJAZI
"Nabi Sebagai Suri Tauladan"
(QS Al-Ahzaab, 33:21)
Salman
Hudasshidqi
NIM. (2117193)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas
izin-Nya makalah yang berjudul “Subjek Pendidikan Majazi” ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad saw.,sahabatnya, keluarganya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Makalahini
disusun guna memenuhi tugas matakuliah Tafsir Tarbawi. Makalah ini menjelaskan
tentang Suri Tauladan Nabi. Hal ini di maksudkan untuk mengetahui Hakekat, Dalil,
Peran pengajar untuk menjadi suri tauladan.
Penulis sudah berusaha untuk menyusun makalah ini
selengkap mungkin. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah. Penulis juga menerima saran dan kritik dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.
Akhirnya, makalah ini diharapkan bisa bermanfaat bagi para pembacanya.Amin yaa
rabbal
‘alamin.
Pekalongan, Oktober 2018
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.
Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................... 1
C.
Metode Pemecahan Masalah.................................................. 2
D.
Sistematika Penulisan Makalah............................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
A.
Hahekat Suri Tauladan........................................................... 3
B.
Dalil QS Al-Ahzaab ............................................................... 5
C.
Pendidik Sebagai Suri Tauladan............................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................... 9
A. Simpulan................................................................................. 9
B. Saran-saran.............................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak remaja rosullullah SAW memperlihatkan budi pekerti yang baik,
sopan dan di percaya. Perilaku dan kepribadiannya menjadi buah bibir masyarakat
quraisy. Karena budi yang mulia itulah, Beliau di gelar oleh masyarakat Al-Amin
artinya dapat di percaya. Ketika usia dua belas tahun Muhammad ikut pamanya abu
thalib berdagang ke syam (Syria). Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan
seseorang pendeta nasrani yang bernama buhaira. Setelah pendeta itu menatap
wajah serta memperhatikan penampilan Muhammad, dia melihat ada tanda-tanda
kerosulan pada diri beliau. Oleh karena itu pendeta buhaira berpesan kepada abu
thalib agar menjaga keponakanya baik-baik sebab pada suatu saat beliau akan di
angkat menjadi rosulullah, sebagai mana telah dijanjikan allah kepada Nabi Isa
dalam kitab injil.
Setelah beliau resmi di angkat sebagai rosul allah SWT semakin bertambah
kejujuran, kebenarian, serta keteguhan hatinya. Akhlak beliau semakin sempurna,
karena memang beliau diutus allah SWT untuk menyempurnakan akhlak serta
keteladanan oleh umatnya. Nabi Muhammad adalah nabi dan utusan allah yang
terakhir nabi Muhammad mempunyai misi menyempurnakan akhlak dan ajaran-ajaran
nabi dan utusan terdahulu,
Dalam dakwah menyebarluaskan ajaran islam bagi umatnya benar-benar menjadi
contoh dalam cara dan keteguhan hatinya. Pada permulaan wahyu di turunkan allah
SWT, rosululloh SAW berdakwh dengan dari rumah kerumah, perseorangan (dawatul
afrad).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Apa haketat Suri
Tauladan?
2. Apa Dalil nabi sebagai Suri tauladan?
3. Bagaimana pendidik merupakan suri tauladan dan idola bagi peserta didik?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa
referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang
dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan
perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan
dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan
penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
D. Sitematika
Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam 3 bagian, meliputi:
Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latarbelakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah,
dan sitematika penulisan makalah
Bab II,
pembahasan
Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat Suri Tauladan
Kita sering
terperangkap dalam pola prinsip yang keliru dalam memaknai hakikat uswatun
hasanah yang ada pada diri rosulullah. Tidak sedikit diantara kita
mengkerdilkan makna sifat uswah (keteladanan). Nabi hanya terbatas pada
masalah-masalah akhlak, sunnah-sunnah dan ritual ibadah yang dikerjakan oleh
nabi saja. Padahal syari’at juga menurut kita untuk meninggalkan atau tidaj
mengerjakan segala sesuatu yang tidak dikerjakan oleh nabi dalam urusan ini.
Inilah makna yang lebih
sempurna, mencakup sunnah fi’liyah dan juga sunnah tarkiyyah.
Sunnah fi’liyah adalah
sunnah yang dikerjakan atau dicontohkan oleh nabi. Dalam hal ini kita pun dusunnahkan
bahkan bisa wajib untuk dikerjakan persis seperti apa yang dikerjakan oleh
beliau sebatas kemampuan kita.
Sunnah tarkiyyah kita
dituntut untuk meninggalkan suatu bentuk ritual dikarenakan ritual tersebut
ditinggalkan atau tidak dikerjakan oleh nabi di masanya, padahal sangat
memungkinkan untuk dikerjakan di masa beliau. Contohnya adalah kumandang adzan
adzan saat sholat Ied adzan sholat Istisqo (minta hujan) dan adzan untuk
jenazah. Ini semua di tinggalkan atau tidak dikerjakan oleh nabi maka bagi kita
umatnya meninggalkan ritual-ritual (adzan yang tidak pada tempatnya) tersebut
juga termasuk sunnah yang sifatnya wajib yan disebut sebagai sunnah tarkiyyah.
Adapun contoh dari suri
tauladan yaitu akhlaqul karimah : rasulullah SAW adalah uswatun khasanah yaitu
teladan bagi setiap manusia yang hidup di dunia. Sebagai umatnya kita
disunnahkan untuk mengambil dan mencontoh keteladanan beliau. Namun, dalam
kebanyakan kajian sering mengartikan dan memaknainya secara sempit. Mereka
menganjurkan kita untuk mengamalkan sunnah-sunnah rasulullah SAW, tanpa
menekunkan bahwa rasululloh itu adalah suri tauladan apabila kita ingin
mengambil atau melaksanakan keteladan beliau maka kita pun mestinya harus
menjadi teladan bagi orang lain, sesuai dengan kemamuan dan kapisitas kita
masing-masing.[1]
Adapun sifat-sifat rasulullah SAW
menggambarkan akhlak mulia diwarnai oleh akhlak alquran dan sangatlah patutu
dijadikan sebagai contoh yang baik bagi kita, diantaranya sifatnya adalah :
1. Sidiq (Benar)
Para rasul allah dan Muhammad
SAW mempunyai sifat sidiq yang membawa kebenaran. Orang yang membawa kebenaran
tentunya ia bersifat sidiq sehingga apa yang
di sampaikan dapat diterima. Oleh karena itu dengan sifat ini ramai masyarakat jahiliyah menerima islam.
di sampaikan dapat diterima. Oleh karena itu dengan sifat ini ramai masyarakat jahiliyah menerima islam.
2. Tabligh (Meyampaikan)
Seorang
rasulullah diperintahkan untuk menyamoaikan semua wahyu di terima dari allah.
Walaupun ia harus menghadapi halangan dan rintangan yang berat, rasulullah SAW
harus menyampaikan seluruh ajaran Allah
swt.
3. Amanah (Dapat dipercaya)
Amanah secara umum berarti bertanggung jawab
terhadap apa yang dibawanya, menepati janji, melaksanakan perintah, menunaikan
keadilan memberikan hokum yang sesuai dan dapat menjalankan sesuatu yang
disepakatinya.seorang rasul harus dapat dipercaya untuk menyampaikan seluruh
pesan yang diperintahkan oleh allah swt, tanpa ditambahi dan dikurangi sedikit
pun. Hal ini dimaksudkan tidak
lain agar umat manusia memahami dengan saksama wahyu yang diturunkan melalui
rasulnya tersebut. Pada dasarnya modal utama hubungan antar personal adalah
kepercayaan.
4. Fathanah (cerdas/cerdik)
Seorang
rasul haruslah cerdik dan bijaksana karena dengan kedua hal tersebutlah ia
dapat memimpin dan membimbing umat dengan baik. Fathanah juga bisa diartikan
dengan bijaksana semua sikap dan perbuatannya.
Kecerdasan
rasulullah dapat dilihat bagaimana rasul menyusun dakwah dan strategi-strategi
berperang ketempat lainnya. Diantaranya rasul adalah mempunyai pandangan bahwa
islam akan menaklukan mekkah dan menaklukan khaibar.[2]
B. Tafsir Q.S
Al-Ahzab, 33: 21
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada
Rasulullah suri teladan baik bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat,
serta yang berzikir kepada Allah dengan banyak.”
1. Tafsir Ibnu Katsir
Ayat yang mulia ini merupakan prinsip utama
dalam meneladani Rasulullah saw. Baik dalam ucapan, perbuatan, maupun
perilakunya. Ayat ini merupakan perintah Allah kepada manusia agar meneladani
Rasulullah S.a.w. Dalam peristiwa Al-Ahzab, yaitu meneladani kesabaran, upaya,
dan penantiannya atas jalan keluar yang di berikan oleh Allah. Semoga shalawat
dan salam Allah senantiasa dilimpahkan kepadanya hingga hari kiamat. Karena
itu, Allah berfiman kepada orang-orang yang hatinya kalut dan guncang dalam
peristiwa al-Ahzab “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan
yang baik bagimu “maksudnya, mengapa kamu tidak mengikuti dan meneladani
perilaku Rasulullah Saw.? Karena itu Allah berfirman, “yaitu bagi orang-orang
yang mengharap rahmat Allah dan hari Kiamat. Dan dia banyak mengingat Allah.
Kemudian Allah memberitahukan ihwan
hamba-hamba-Nya yang beriman dan membenarkan janji-Nya, “dan tatkala
orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu mereka berkata.
“inilah yang di janjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Dan benarlah Allah
dan Rasul-Nya.” Yakni ujian dan cobaan Allah ini akan membuahkan pertolongan
yang dekat sebagaimana telah di janjikan-Nya. Karena itu Allah berfirman dan
benarlah Allah dan Rasul-Nya.” [3]
2. Tafsir Al-Azhar
Ummu Salamah (moga-moga ridho Allah
terhadapnya), Istri Rasulullah s.a.w yang telah banyak pengalamannya sebagai
istri Rasulullah s.a.w yang turut menyaksikan beberapa peperangan yang dihadapi
Rasulullah pernah mengatakan tentang hebatnya keadaan kaum muslimin ketika
peperangan khandaq itu. Beliau berkata: "Aku telah menyaksikan di samping
Rasulullah s.a.w beberapa peperangan yang hebat dan ngeri, peperangan di
Almuraisiya, khaibar dan kami pun telah menyaksikan pertemuan dengan musuh di
Hudaibiyah, dan saya pun turut ketika menaklukan Makkah dan peperangan di
Hunain. Tidak ada pada semua peperangan yang saya turut menyaksikan itu yang
lebih membuat lelah Rasulullah dan lebih membuat kami-kami jadi takut, melebihi
peperangan Khandaq. Karena kaum Muslimin benar-benar terdesak dan terkepung
pada waktu itu, sedang Bani Quraizhah (Yahudi) tidak lagi dipercaya karena
sudah belot (berkhianat lalu memihak kepada musuh), sampai Madinah dikawal
sejak siang sampai waktu subuh, sampai kami dengar takbir kaum Muslimin untuk
melawan rasa takut mereka. Yang melepaskan kami dari bahaya ialah karena
musuh-musuh itu telah diusir sendiri oleh Allah dari tempatnya mengepung itu
dengan rasa sangat kesal dan sakit hati, karena maksud mereka tidak tercapai.”
Demikian riwayat Ummu Salamah.
Namun di dalam saat-saat yang sangat
mendebarkan hati itu, contoh teladan yang patut ditiru, tidak ada lain,
melainkan Rasulullah sendiri.
Tepat sekali apa yang dikatakan oleh ayat
21 ini: “sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang
baik.” (pangkal ayat 21). [4]
3. Tafsir Al-Maraghi
Sesungguhnya norma-norma yang tinggi dan
teladan yang baik itu telah di hadapkan kalian, seandainya kalian
menghendakinya. Yaitu hendaknya kalian mencontoh Rasulullah s.a.w di dalam amal
perbuatannya. Dan hendaknya kalian berjalan sesuai dengan petunjuknya,
seandainya kalian benar-benar menghendaki pahala dari Allah serta takut akan
adzab-Nya di hari semua orang memikirkan dirinya sendiri dan pelindung serta
penolong di tiadakan, kecuali hanya amal saleh yang telah dilakukan seseorang,
(pada hari kiamat). Dan adalah kalian orang-orang yang selalu ingat kepada
Allah dengan ingatan yang banyak, maka sesungguhnya ingat kepada Allah itu
seharusnya membimbing kamu untuk taat kepadanya dan mencontoh perbuatan-perbuatan
Rasulnya.[5]
C. Pendidik
Sebagai Contoh (Suri Teladan)
Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang Pendidik. Atau dengan perkataan lain Pendidik mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik.
Untuk
itulah Pendidik harus menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta didik, karena
pada dasarnya Pendidik adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu
komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat
digugu dan ditiru.
Seorang Pendidik sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukkan oleh peserta
didiknya. Untuk itu apabila seseorang ingin menjadi Pendidik yang profesional
maka sudah seharusny ia dapat selalu meningkatkan wawasan pengetahuan akademis
dan praktis melalui jalur pendidikan berjenjang ataupun upgrading
dan/atau pelatihan yang bersifat in service training dengan rekan-rekan
sejawatnya.
Perubahan dalam cara
mengajar guru dapat dilatihkan melalui kemampuan peningkatan mengajar sehingga
kebiasaan lama yang kurang efektif dapat segera terdeteksi dan perlahan-lahan
dihilangkan. Untuk itu, maka perlu perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru
yang diharapkan akan berpengaruh pada cara bel;ajar siswa, diantaranya sebagi
berikut (Dr. H. Hamzah : 17) :
1.
Memperkecil kebiasaan
cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat merasa puas dalam mengajar
apabila banyak menyajikan informasi (ceramah) dan terlalu mendominasi kegiatan
belajar peserta didik.
2.
Guru hendakny berperan
sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyediakan berbagai
fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang mendapat kesulitan
belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang dan menantang peserta untuk
berpikir dan bekerja (melakukan).
3.
Mengubah dari berbagai
metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan
metode tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang
baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi
(diceramahi) guru, atau baru belajar kalau ada guru.
4.
Guru hendaknya mampu
menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta didik dapat belajar
secara mandiri dan berkelompok,percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan
menerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah
sendiri informasi.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa Tauladan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukan atau mewujudkannya, sehingga orang yang di ikuti di sebut dengan teladan. Kemudian Uswah hasanah berarti kepribadian baik yang terdapat atau memiliki seseorang A’qudwah Shalihaha yang di jadikan contoh untuk di ikuti orang lain.
Jadi, sebagai umat islam yang baik hendaknya kita meniru ketauladana Rasulullah yang terdapat dalam suart AlAzhaab ayat 21 ini, dan aplikasikanlah dalam kehidupan sehari hari kita agar kita mendapat Rahmat Rasulullah saw dan Ridha Allah SWT.
B. Saran saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari
kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan akalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah,
Abdul Malik Abdul Karim. 2002. Tafsir Al-Azhar Juzu 21. Jakarta: Pustaka
Panjimas
Al-Maraghi,
Ahmad Mustafa. 1992. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya
Toha Putra
Ar-Rifa’i,
Muhammad Nasib. 1989. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani
Press.
[1] http://keluargaumarfauzi.blogspot.co.id/2013/01/uswatun-hasanah.html, diakses pada 24 oktober 2018
pukul 22.07 WIB
[2] https://plus.google.com/115983446520853808279/posts/gbTzqqnE8fX,
di akses pada 24 oktober 2018 pukul 22.10 WIB
[6] https://gitabahasa.wordpress.com/2012/03/05/guru-sebagai-contoh-suri-teladan/
diakses pada tanggal 23 oktober 2018 pukul 05.38 WIB
BIODATA
Nama : Salman Hudasshidqi
TTL : Pemalang, 10 Agustus 1999
Nim : 2117193
Kelas : Tafsir Tarbawi B
Alamat : Balutan Purwoharjo Comal
Riwayat Pendidikan :
· SD Muhammadiyah 02 Comal
· SMP Muhammadiyah 07 Semarang
· SMK Muhammadiyah 01 Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar