METODE PENDIDIKAN SPECIAL
“METODE KISAH”
( QS. Al- A’raf 7 : 176 )
Apriza Nur Anbya
NIM. (2117280)
KELAS C
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahamatullahi
Wabarakatuh
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
hidayah dan inayah sehingga saya sebagai
penuilis makalah ini dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul “Metode
Pendidikan Spesial” dengan sub tema “Metode Kisah”. sholawat dan salam marilah kita limpah
curahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, yang kita nantikan
syafaat nya di hari akhirat. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata
kuliah Tafsir Tarbawi. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada:
Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada kami,
orangtua kami yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam menuntut ilmu.
Rekan rekan mahasiswa dan seluruh pihak yang bersedia memberikan partisipasi
dalam penyusunan makalah ini.
Manusia pasti memiliki kekuragan seperti halnya dalam pembuatan
makalah ini pun kami banyak sekali kekurangan. Untuk itu, kami selalu mengharap
kritik dan saran dari pembaca guna kemajuan bersama.
Akhir kata dari
penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum
Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Pekalongan, 23 November 2018
Penulis
Apriza Nur Anbya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metode kisah yaitu
teknik yang dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan peristiwa-peristiwa
bersejarah yang mengandung ibrah (nilai moral, sosial, dan rohani) bagi seluruh
umat manusia disegala tempat dan zaman baik mengenai kisah yang bersifat
kebaikan maupun kisah kedzoliman yang berakibat buruk dimasa lalu. Teknik ini
sangat efektif sekali, terutama untuk materi sejarah, dan terlebih lagi
sasarannya untuk peserta didik yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan
mendengarkan suatu kisah kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik dapat
tergugah, meniru figur yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya, dan
membenci terhadap tokoh antagonis atau dzolim. Jadi dengan memberikan stimulasi
kepada peserta didik dengan cerita itu, secara otomatis mendorong peserta didik
untuk berbuat kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia serta membina rohani.
Al-Qur’an merupakan
wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan merupakan kalamullah yang
mutlak kebenarannya, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia maupun
diakhirat kelak.
Namun demikian
Al-qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang
dikemukakan Al-Qur’an tersebut, tidak langsung dapat dihubungkan dengan
berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran Al-Qur’an tampil dalam sifatnya
yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memahami ajaran Al-Qur’an
tentang berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur
tafsir yang sebagaimana dikemukakan oleh para ulama.
Dalam al-Qur’an dan hadist dapat di temukan berbagai metode
pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan membangkitkat
semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu muslimin untuk membuka hati umat
manusia menerima tuntunan Allah. Untuk itu disini akan dibahas lebih mendalam
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan Hakikat Metode kisah
2.
Bagaimana
dalil mengenai metode kisah yang sesuai dengan Al- quran Al-Al-Karim
3.
Bagaimana
Implementasi metode kisah dalam pendidikan
4.
Apa
Aplikasi Kehidupan dalam metode kisah
5.
Apa
Aspek Tarbawi metode kisah
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Hakikat metode kisah
2. Untuk mengetahui dalil mengenai metode kisah yang sesuai dengan
Al-quran Al- Karim
3. Untuk mengetahui Implementasi metode kisah dalam pendidikan
4. Untuk mengetahui Aplikasi Kehidupan dalam metode kisah
5. Untuk mengetahui Aspek Tarbawi metode kisah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Metode Kisah
Metode kisah yaitu teknik yang
dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan peristiwa-peristiwa bersejarah
yang mengandung ibrah (nilai moral, sosial, dan rohani) bagi seluruh umat
manusia disegala tempat dan zaman baik mengenai kisah yang bersifat kebaikan
maupun kisah kedzoliman yang berakibat buruk dimasa lalu. Teknik ini sangat
efektif sekali, terutama untuk materi sejarah, dan terlebih lagi sasarannya
untuk peserta didik yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan mendengarkan
suatu kisah kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik dapat tergugah, meniru
figur yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya, dan membenci terhadap
tokoh antagonis atau dzolim. Jadi dengan memberikan stimulasi kepada peserta
didik dengan cerita itu, secara otomatis mendorong peserta didik untuk berbuat
kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia serta membina rohani.[1]
Sebagian besar isi Al-Qur’an,
muatannya sejarah. Filosofi mempelajari sejarah ialah untuk menjadikan kisah
sejarah yang ada itu untuk menjadi i’tibar atau ibrah. Didalam kisah sejarah
selalu muncul dua peristiwa yaitu baik dan buruk begitu juga muncul tokoh baik
dan juga buruk. Karena kebaikan selalu mendatangkan kemasalahatan, sedangkan
kejahatan mendatangkan kehancuran. Maka sejarah dapat dijadikan pembelajaran
untuk mencontoh yang baik dan menjauhi yang jahat.
Al-Qur’an dalam mengajar mnausia
selalu menggunakan cerita, yaitu cerita orang-orang berakhlak mulia dan cerita
orang-orang yang berakhlak tercela. Cerita orang berakhlak mulia misalnya para
nabi, orang-orang shaleh, dan orang yang teguh imannya dalam meghadapi cobaan.
Dan cerita tentang orang yang berakhlak tercela yang meliputi cerita orang
sombong, angkuh, dan terlalu mencintai
harta dan kekayaan dunia sehingga
lupa kepada Allah.[2]
Dalam surat Al-A’raf ayat 176,
seorang pendidik mengajarkan kepada muridnya dengan cara menceritakan kisah
tentang seseorang yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah di
milikinya. Seperti Qorun yang tamak akan harta yang dimilikinya, sehingga
dengan ketamakannya itu, Allah menengglamkannya bersama hartanya tersebut. Jadi,
surat Al-A’raf ayat 176 memberikan perempumaan tentang siapapun yang sedemikian
dalam pengetahuannya sampai-sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya,
seperti melekatnya kulit pada daging. Namun ia menguliti dirinya sendiri dengan
melepaskan tuntutan pengetahuannya. Ia diibaratkan seekor anjing yang
terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya sepanjang hidupnya. Hal ini sama
seperti seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi ia terjerumus karena
mengikuti hawa nafsunya. Ia tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya dengan ilmu
yang ia miliki.[3]
B.
Dalil mengenai metode kisah yang sesuai dengan Al- quran
Al-Al-Karim
وَلَوْ
شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ
هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ
تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُون
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika
kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat- ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir.”(Q.S. Al-A'raf Ayat:
176).
Tafsirannya :
1.
Tafsir
Jalalain
Ayat 176. (Dan kalau Kami
menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan dia) kepada derajat para ulama (dengan
ayat-ayat itu). Umpamanya Kami memberikan taufik/kekuatan kepadanya untuk
mengamalkan ayat-ayat itu (tetapi dia cenderung) yaitu lebih menyukai (kepada
tanah) yakni harta benda dan duniawi (dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah)
dalam doa yang dilakukannya, akhirnya Kami balik merendahkan derajatnya. (Maka
perumpamaannya) cirri khasnya (seperti anjing jika kamu menghalaunya) mengusir
dan menghardiknya (diulurkannya lidahnya) lidahnya menjulur (atau) jika (kamu
membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga) sedangkan sifat seperti itu tidak
terdapat pada hewan-hewan selain anjing. Kedua jumlah syarat menjadi hal, ia
menjulurkan lidahnya dalam keadaan terhina dalam segala kondisi. Maksudnya
penyerupaan/tasybih ini ialah mengumpamakan dalam hal kerendahan dan kehinaan
dengan qarinah ada nyafa yang memberikan pengertian tertib dengan kalimat
sebelumnya, yakni kecenderungan terhadap duniawi dan mengikuti hawa nafsu
rendahnya, juga karena adanya qarinah/bukti firman-Nya, (Demikian itulah)
perumpamaan itulah (perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.
Maka ceritakanlah kisah-kisah itu) kepada orang-orang Yahudi (agar mereka
berpikir) agar mereka mau memikirkannya hingga mereka mau beriman.[4]
2.
Al-Mishbah
Allah swt menyatakan bahwa, dan
sekiranya kami menghendaki, pasti kami mensucikan jiwanya dan meninggikan
derajatnya denganya, yakni melalui pengalaman terhadap ayat-ayat, bukan hanya
menuruti hawa nafsu duniawi saja, terjebak dalam gemerlapnya duniawi yang
diperumpamakan seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya, saat di halau
atau dibiarkan dia tetap saja menjulurkan lidahnya. Seperti melekatnya kulit
pada daging. Namun iya menguliti dirinya sendiri, dalam artian melepaskan
tuntunan pengetahuanya. Seharusnya sepengetahuan tersebut membentengi dirinya
dari perbuatan buruk yang menjerumuskanya terus untuk mengejar kebahagiaan
duniawi, karena yang demikian telah menjadi sifat bawaan anjing tersebut.[5]
3.
Tafsir
Al Maraghi
Kalau kami menghendaki agar orang
itu kami angkat dengan ayat-ayat kami tersebut dan dengan mengamalkannya kepada
derajat derajat kesempurnaan dan pengetahuan, bisa aja itu kami lakukan.yaitu,
kami buat petunjuk itu jadi wataknya benar-benar, dan kami membuat dia mesti
mengamalkannya, baik dengan suka hati maupun terpaksa.karna bagi kami itu pun
tidak sukar. Hanya saja itu bertentangan dengan sunnah kami. akan tetapi orang
itu cenderung dan lebih condong terhadap dunia yang tidak akan ada puas puasnya
akhirnya, hilanglah perhatiannya sama sekali untuk memikirkan ayat ayat kami
yang telah kami berikan kepadanya[6].
C.
Implementasi metode kisah dalam pendidikan
Pada dasarnya kisah-kisah Qur’ani
berisi nasihat, pelajaran dan petunjuk yang sangat efektif diterapkan dalam
interaksi pendidikan. Kisah-kisah dan nasihat itu jika disampaikan secara baik
akan sangat berpengaruh pada perkembangan psikologis peserta didik. Dalam
Al-qur’an terdapat kisah kisah yang sangat berharga nilainya, yang mana hal tersebut
apabila digunakan untuk proses pendidikan Islam akan dapat membantu mengarahkan
peserta didik menjadi manusia dewasa yang beriman dan mampu memenfaatkan waktu
dalam mengerjakan sesuatu yang diridhoi Allah swt. Untuk mendapatkan
keselamatan dan kebahagiaan serta kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat.[7]
Implementasi metode kisah dalam dunia
pendidikan antara lain
a. Seorang guru membawakan kisah ilmuwan muslim terdahulu agar
para siswa termotivasi untuk belajar.
b.
Seorang guru
membawakan kisah pentingnya menjauhi akhlak tercela melalui kisah Qorun,
Sa’labah, Raja Fir’aun, dll.
c. Seorang guru membawakan kisah pentingnya menghiasi diri
dengan akhlak terpuji melalui kisah para Nabi, Wali, Ulama Salaf.
D.
Aplikasi dalam kehidupan
Penerepan dalam kehidupan sehari-hari mengenai surat Al-A’raf 176 ini ialah
hendaknya kita sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah yang sempurna dan
mempunyai akal, harus tersadar akan kepentingan pengetahuan, menggunakan dan
mengamalkan pengetahuan yang kita miliki di jalan yang benar, pengetahuan yang
kita miliki harus dapat membentengi dari segala hal yang buruk, menjadikan
pengetahuan yang kita punya untuk kepentingan akhirat agar dapat bermanfaat
kelak di kehidupan kita nanti, bukan malah menjerumuskan kita di germerlapnya
dunia.[8]
E.
Aspek Tarbawi
Dalam surat Al-A’raf ayat 176 terdapat banyak nilai tarbawi:
1. Memerintahkan untuk tidak mengikuti hawa nafsu
2. Senantiasa mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an
3. Meyakini ayat-ayat Allah
4. Menjadikan kisah-kisah terdahulu sebagai pembelajaran
5. Tidak mencintai harta dunia
6. Istiqomah dalam bertaqwa dan berdzikir kepada Allah agar
tidak terjerumus oleh hawa nafsu.[9]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari surat Al-A’raf ayat 176 bahwa Allah menyuruh kita
untuk selalu menggunakan pengetahuan kita untuk hal yang baik dan bermanfaat,
bukan untuk di gunakan lantaran menuruti
nafsu akan kehausan duniawi,dan kita sebagai makhluk yang berakal dan
berpengetahuan, di tuntun untuk menyampaikan pengetahuan yang baik kepada
sesama, bukan untuk mentiadakannya atau menyalahgunakannya.
Menjadikan metode kisah sebagai metode pembelajaran yang senantiasa
di amalkan dalam kehidupan. Serta kita janganlah mengikuti hawa nafsu yang
semata-mata hanya untuk dunia saja dan bisa menjerumuskan kita kedalam neraka
serta syukurilah apa yang telah ada pada diri kita.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Mujib, 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Haidar
Putra Daulay 2014. Pendidikan Islam Dalam Prespektif Filsafat, Jakarta: Kencana
M.
Quraish Shihab.2006. Tafsir Al-Misbah Jakarta: Lentera Hati
Mushthafa Al Maraghi Ahmad. 1994. Tafsir Al Maraghi.
Semarang. CV. Toha Putra Semarang.
Jalalud-Din Al Mahally Imam dan Imam Jalalud-Din As Suyuthi. 1990. Terjemah
Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung. CV. Sinar Baru Bandung.
Sudiyono M, 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka
Cipta.
Biodata Diri
Nama : Apriza Nur Anbya
Tempat tanggal
lahir : Pekalongan, 23 April 1998
Alamat : Jl. Ambokembang
Gg13, Kedungwuni
No Wa : 085774685864
Hobi : Bermain Gitar , Membaca , Berolahraga
Motto hidup : Tiada hidup yang tiada juang karena
hidup adalah perjuangan
Riwayat
pendidikan : a. TK. Bustanul Athfal
Ambokembang
b. SD Muhammadiyah 04 Pekajangan
c. SMP N 1 Kedungwuni
d.
MAN 1 Pekalongan
e. IAIN Pekalongan ( Masih Berlangsung)
[2] Ibid.,
hlm. 35-36
[3] Ibid ., hlm.
37
[4] Jalalud-Din Al
Mahally Imam dan Imam Jalalud-Din As Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul. Bandung. CV. Sinar Baru Bandung. hlm 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar