“TANYA
JAWAB”
QS.
AL-BAQOROH 2:189
Arista Desti
Choirina
NIM. (2117128)
Kelas : A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan kemudahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah materi mata kuliah Tafsir Tarbawi yang berjudul “Metode Pendidikan
Special”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya
hingga hari kiamat.
Makalah ini menjelaskan tentang
“Metode Tanya Jawab”. Dengan demikian materi makalah ini diharapkan dapat
membantu proses belajar mahasiswa.
Kami menyadari bahwa dalam makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan
peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca adalah
sangat berharga bagi kami.
Demikian makalah ini kami susun,
semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua serta
menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan tema yang senada
diwaktu yang akan datang. Aamiin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 22 November 2018
Penulis,
Arista Desti
Choirina
NIM. 2117128
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode merupakan hal yang sangat
penting dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses
pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk
mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun masih saja di lapangan
penggunaan metode mengajar ini banyak menemukan kendala. Kendala penggunaan
metode yang tepat dalam belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor; keterampilan guru belum memadai, kurangnya sarana prasarana, kondisi
lingkungan pendidikan dan kebijakan lembaga pendidikan yang belum menguntungkan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang variatif.
Penting metode dalam proses belajar
mengajar. Tetapi betapapun baiknya suatu metode bila tidak diiringi dengan
kemampuan guru dalam menyampaikan materi maka metode tinggalah metode.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam di dalamnya memuat berbagai informasi
tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-Qur’an
diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman, sumber inspirasi dan
sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya dalah hal yang berkaitan dengan
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
Hakikat dari Metode Tanya Jawab?
2.
Apa
Dalil Metode Tanya Jawab?
3.
Bagaimana
Implementsi Metode Tanya Jawab dalam AL-Qur’an?
C. Tujuan Makalah
1.
Untuk
Mengetahui Hakikat dari Metode Tanya Jawab
2.
Untuk
Mengetahui Dalil Metode Tanya Jawab
3.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Implementsi Metode Tanya Jawab dalam AL-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Tanya Jawab
Menurut bahasa, istilah metode
berasal dari kata meta dan hodos.Meta berarti melalui
dan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian metode dapat
diartikn cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa
Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah dan juga sering diungkapkan dengan
istilah al – manhaj dan al – washilah yang berarti sistem dan perantara atau
mediator. Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau
sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan.[1]
Metode tanya jawab adalah salah satu
teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh
mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah
diceramahkan.Dalam kegiatan belajar mengajar melalui tanya jawab, guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
terlebih dahulu pada saat dimulai pelajaran, pada saat pertengahan dan pada
akhir pelajaran.
Metode tanya jawab ini tidak dapat
digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar pengetahuan setiap anak didik
dalam suatu kelas, karena metode ini tidak memberi kesempatan yang sama pada
setiap murid untuk menjawab pertanyaan. Metode tanya jawab dapat dipakai oleh
guru untuk menetapkan perkiraan secara umum apakah anak didik yang mendapat
giliran pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran yang diberikan.
Anak didik yang biasanya kurang
mencurahkan perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode
ceramah akan berhati-hati terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode
tanya jawab. Sebab anak didik tersebut sewaktu-waktu akan mendapatkan giliran
untuk menjawab suatu pertanyaan yang akan diajukan kepadanya.
Metode tanya jawab ini tidak dapat
digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar pengetahuan setiap anak didik
dalam suatu kelas, Karena metode tanya jawab tidak memberi kesempatan yang sama
pada setiap pelajar untuk menjawab pertanyaan. Hal itu disebabkan karena
pelajar yang dapat menjawab pertanyaan hanyalah pelajar yang maksimal dalam
belajarnya.[2]
Untuk menghindari sesuatu yang dapat
terjadi dalam metode tanya jawab terutama yang bersifat negatif maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut
1.
Pertanyaan
harus singkat, jelas, dan merangsang berfikir.
2.
Sesuai
dengan kecerdasan dan kemampuan anak didik yang menerima pertanyaan.
3.
Memerlukan
jawaban dalam bentuk kalimat atau uraian kecuali yang bersifat objektif tes
dapat menggunakan ya atau tidak.
4.
Usahakan
pertanyaan yang punya jawaban pasti bukan pertanyaan yang mempunyai jawaban
beberapa alternatif.
Tujuan Metode Tanya Jawab
a.
Mengecek
dan mengetahui sampai sejauh mana kemampuan anak didik terhadap pelajaran yang
dikuasai.
b.
Memberi
kesempatan kepada anak didik untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang suatu
masalah yang belum difahami.
c.
Memotivasi
dan menimbulkan kompetensi belajar.
d.
Melatih
anak didik untuk berfikir dan berbicara secara sitematis berdasarkan pemikiran
yang sebenarnya
B.
Tafsir Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 189
1.
Tafsir
Al-Mishbah
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, mengapa bulan pada
mulanya terlihat seperti sabit, kecil, tetapi dari malam ke malam ia membesar
hingga mencapai purnama, kemudian mengecil dan mengecil lagi, sampai menghilang
dari pandangan? Katakanlah, “bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi
manusia, waktu dalam penggunaan Al-Qur’an adalah batas akhir peluang untuk
menyelesaikan suatu aktivitas. Ia adalah kadar tertantu dari masa ke masa.
Dengan keadaan bulan seperti itu manusia dapat mengetahui dan merancang
aktivitasnya sehingga dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang tersedia, tidak
terlambat, apalagi terabaikan dengan berlalunya waktu, dan juga untuk
pelaksanaan ibadah haji.
Kembali kepada pertanyaan sahabat Nabi di atas, al-Qur’an tidak
menjawabnya sesuai dengan harapan mereka, tetapi memberi jawaban lain yang
lebih sesuai dengan kepentingan mereka. Hal serupa banyak terjadi dengan tujuan
mengingatkan padanya bahwa ada yang lebih wajar ditanyakan daripada yang
diajukan. Memang Al-Qur’an adalah salah satu bentuk pendidikannya adalah
mengarahkan mereka melalui jawaban-jawabannya.
Allah menegaskan bahwa, bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah
dari belakangnya, akan tetapi kebajikan ialah kebajikan orang yang bertakwa,
atau kebajikan adalah siapa yang menghindar dari kebiasaan dan pertanyaan yang
serupa dengan yang dinyatakan di atas dan dalam kondisi yang serupa
pula. Karena itu masuklah ke rumah-rumah itu dari pimtunya.Bertakwalah
kepada Allah, berarti laksanakan tuntutan-Nya sepanjang kemampuan kamu dan
jauhi larangan-Nya agar kamu beruntung.[3]
2.
Tafsir
Jalalain
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ
وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا
وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
(Mereka menanyakan kepadamu) hai
Muhammad, (tentang bulan sabit). 'Ahillah' jamak dari 'hilal'. Pada
permulaannya tampak kecil tipis kemudian terus bertambah hingga penuh dengan
cahaya. Lalu kembali sebagaimana semula, maka keadaannya tidak seperti matahari
yang tetap (katakanlah) kepada mereka, ("Ia adalah tanda-tanda waktu); mawaaqiit
jamak dari miiqaat (bagi manusia) untuk mengetahui waktu bercocok tanam,
berdagang, idah wanita, berpuasa, dan berbuka mereka (dan bagi haji) diathafkan
atau dihubungkan kepada manusia, artinya untuk diketahui waktunya. Karena
seandainya bulan tetap dalam keadaan yang sama, tentulah hal itu tidak dapat
diketahui (Dan bukanlah kebaktian, jika kamu memasuki rumah-rumah dari
belakangnya) yakni di waktu ihram, dengan membuat lubang di belakang rumah
untuk tempat keluar masuk kamu dengan meninggalkan pintu.
Hal itu biasa mereka lakukan dulu
dan mereka anggap sebagai kebaktian, (tetapi kebaktian itu), maksudnya orang
yang berbakti (ialah orang yang bertakwa) kepada Allah dengan tidak melanggar
perintah-perintah-Nya, (dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya)
baik sewaktu ihram maupun pada waktu-waktu lainnya, (dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu beroleh keberuntungan").
3.
Tafsir
Al-Azhar
Mereka bertanya kepada engkau dari hal bulan sabit. Katakanlah: dia
itu adalah waktu-waktu yang ditentukan untuk manusia dan untuk haji. (pangkal
ayat 189). Mereka menanyakan mengapa bulan begitu, bukan menanyakan apa yang
berfaedah yang kita ambil dari keadaan bulan yang demikian. Belia berikan
jawaban yang sesuai dengfan kewajiban beliau sebagai Rasul, sehingga kesanalah
perhatian yang bertanya dibawa. Maka beliau katakanlah bahwasanya bulan terbit
dengan keadaan yang demikian itu membawa hikmat yang penting sekali buat kita.
Bulan sabit adalah untuki menentukan waktu bagi manusia. Dengan bulan yang
demikian halnya manusia dapat menentukan iddah perempuan setelah bercerai,
kapan waktu puasa, sampai pada waktu hari raya dan mengeluarkan zakat sekali
setahun, sampai kepada waktu mengerjakan haji.
Kemudian datanglah sambungan ayat: “dan tidaklah kebajikan itu
bahwa kamu masuk ke rumah kamu dari belakangnya, tetapi yang kebajikan ialah
barang siapa yang bertakwa”. Menurut penafsiran dari penafsir Abu Ubaidah bahwa
sambungan ini adalah senafas dengan yang sebelumnya, yaitu kalau hendak masuk
ke dalam rumahmu janganlah dari pintu belakang. Maksudnya kalau hendak
menanyakan sesuatu hal kepada seseorang hendaklah piulih soal yang pantas
dijawab . kalau hendak menanyakan mengapa bulan mulanya laksana sabit, lama
lama penuh dan khirnya kecil sebagai sabit lagi, janganlah hal itu ditanyakan
kepada Nabi, tetapi tanyakanlah pada ahli falak. Tetapi kalau ditanyakan kepada
Nabi apa hikmat yang dapat diambil dari peredaran bulan demikian, akan dapatlah
dijawab oleh Nabi menurut selayaknya dan dapat sepadan dengan beliau. Selanjutnya
Tuhan berfirman: “Dan datanglah ke rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan
takwalah kepada Allah, supaya kamu beroleh kejayaan.” (ujung ayat 189).
4.
Tafsir
Al-Maraghi
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hikmah berbeda-bedanya
bentuk hilal dan faedahnya. Kemudian Rasulullah menjawab hilal itu adalah
tanda-tanda bagi umat manusia di dalam menentukan urusan dunia mereka. Dengan
hilal tersebut mereka mengetahui waktu mana yang paling tepat untuk melakukan
cocok tanam atau berdagang. Hilal juga merupakan tanda-tanda waktu ibadah.
Mereka bisa mentukan bulan Ramadhan dan saat berakhirnya bulan puasa. Terutama
sekali, hilal itu dipakai untuk menentukan waktu haji.
Imam Bukhori dan Ibnu Jahir dari Al-Barra’ menceritakan bahwa
orang-orang Arab di masa jahiliyyah jika melakukan ihram harus memasuki rumah
nya dari pintu belakang. Kemudia turunlah ayat ini.
Setelah Allah memberitahukan kesalahan yang mereka lakukan, yakni
dalam hal memasuki rumah dari belakang, dan dugaan mereka bahwa hal tersebut
termasuk amal kebajikan yang hakiki. Kebajikan yang hakiki adalah takwa kepada
Allah dengan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat dan kotor, serta
menghiasi diri dengan keutamaan-keutamaan, dan mengikuti kebenaran-kebenaran
dan beramal kebajikan. Datangilah rumah kalian dari depan, dan hendaklah batin
kalian adalah cermin lahiriyah, dan bertakwalah kepada Allah jika kalian
mengharapkan keberhasilan dalam amaliah dan mencapai tujuan yang
dicita-citakan. Orang-orang yang bertakwa kepada Allah selalu mendapatkan ilham
menuju jalan keberhasilan.[4]
C.
Aplikasi Surat Al-Baqarah Ayat 189 Dalam Kehidupan Sehari-hari
Di dalam menuntut ilmu, kita
diharuskan menanyakan apa yang belum kita pahami, karena jika kita berusaha
menafsirkan sendiri, maka kita mungkin bisa saja tersesat dalam menuntut ilmu.
Di dalam menanyakan atau menjawab sesuatu itu juga harus ada tata cara dan
harus sopan di dalam bertanya maupun menjawabnya.
Doa meminta dipahamkan ilmu perlu
senantiasa diucapkan, dan memohon kepada Allah agar ilmu itu ditambahNya, sebab
Allah-lah sumber segala ilmu.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Dalam
menuntut ilmu itu hendaknya selalu berdoa kepada Allah agar ilmu yang kita
terima tidak menyimpang dan sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW
2.
Di
dalam menuntut ilmu, hendaknya belajar untuk bertanya. Jangan takut dianggap
tidak paham oleh orang lain. Yang penting ilmu yang diterima itu benar.
3.
Di
dalam menuntut ilmu, hendaknya juga harus mengamalkannya kepada orang lain.
Karena Rasulullah juga selalu mengajarkan ilmunya kepada orang lain, agar tidak
hanya bermanfaat bagi kita saja, tetapi bermanfaat untuk orang lain. Selain itu
agar kita tidak lupa ilmu yang sudah kita pelajari.
4.
Setelah
kita berusaha dalam menuntut ilmu, kita selalu bertawakal kepada Allah karena
hal yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah, begitu juga
sebaliknya. Mungkin ada hal baik yang sudah direncanakan oleh Allah
5.
Selalu
berusaha dan tidak langsung pasrah dengan kehidupan yang buruk atau masih
diberi cobaan oleh Allah. Kita harus tetap optimis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode tanya jawab ialah penyampaian
pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa
memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru
menjawab pertanyaan.
Dalam Tafsir Al-Maraghi, surat
Al-Baqarah ayat 189 menjelaskan tentang Mereka menanyakan mengapa bulan begitu,
bukan menanyakan apa yang berfaedah yang kita ambil dari keadaan bulan yang
demikian. Beliau berikan jawaban yang sesuai dengan kewajiban beliau sebagai
Rasul. Yang intinya yaitu bertakwalah kepada Allah jika kalian mengharapkan
keberhasilan dalam amaliah dan mencapai tujuan yang dicita-citakan. Orang-orang
yang bertakwa kepada Allah selalu mendapatkan ilham menuju jalan keberhasilan.
Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita tidak mengetahui akan suatu ilmu,
hendaknya kita menanyakannya pada orang yang lebih mengetahui atau kepada para
ahlinya. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk tidak malu dalam bertanya, agar
bertambahnya wawasan kita.
Aspek Tarbawi yang bisa kita ambil
dalam surat Al-Baqarah ayat 189, Hendaknya bersemangat dalam mencari ilmu,
supaya bertambahnya wawasan kita, dan menanyakan sesuatu kepada yang
ahlinya.dalam menuntut ilmu itu, harus berani bertanya apabila ada ilmu yang belum
dapat dipahami. Jangan malu untuk bertanya. Dan Rasulullah SAW juga memberikan
contoh kepada kita untuk mengamalkan ilmunya agar bermanfaat untuk orang
lain dan juga agar kita tidak lupa akan ilmu yang kita pelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Drajat, Zakiah dkk. Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan
Islam, Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hamka. 2002.Tafsir Al – Azhar juz
11. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Jalaluddin, Imam Al-Mahalli dan imam
Jalaludin As-Suyuti. Terjemahan Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Mustofa, Al-Maraghi Ahmad. Tafsir
Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang.
Quraisy, Shihab. Tafsir Al-Mishbah.
Tangerang: Penerbit Lentera Hati.
Ustman, Basyirudin. Metodologi
Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: PT. Intermasa.
Nama :
Arista Desti Choirina
NIM :
2117128
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Desember 1998
Alamat : Kranji RT 03/10 No.6,
Kedungwuni, Pekalongan
Fakultas dan Jurusan : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, PAI
Riwayat Pendidikan : Ra Muslimat NU Kranji
MI Walisongo Kranji 02
SMP Negeri 1 Kedungwuni
SMA N 1 Kedungwuni
Motto Hidup : Hidup Adalah Boomerang
[1]
Basyirudin Utsman, Metodologi
Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : PT Intermasa, 2002)hlm 43
[2] Zakiyah Drajat dkk,Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : buni aksara, 1995)hlm 307
[3]
Op.Cit, hlm 44
[4]
Hamka, Tafsir Al-Azhar Jus II, (Jakarta :pustaka panjimas,2002), hlm148-150
Tidak ada komentar:
Posting Komentar