pengkur tb.1 - 6 : anak & kurikulum
pengkur tb.1 - 6 : anak & kurikulum
pengkur tb.1 - 6 : anak & kurikulum
ANAK DAN KURIKULUM
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata
Kuliah: Pengembangan Kurikulum
Dosen
Pengampu: Muhammad Hufron. M.S.I
Disusun oleh :
1.
Maulana Latif (34.2.1.0.10.128)
2.
Al-qomah (34.2.1.0.10.127)
3.
Zaenal Ab (34.2.1.0.10.129)
4.
Ita Mudzakaroh (34.2.1.0.10.099)
STIKAP
(Sekolah Tinggi Islam Ki Ageng Pekalongan)
Jl. Raya sedayu wonopringgo
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebelum mengkaji lebih jauh tentang kedudukan anak dalam
kurikulum, perlu dikemukakan terlebih dahulu apa itu kurikulum. Kata
“kurikulum” berasal dar bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang
olahraga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus
ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start hingga finish.
Pengertian ini kemudian diterapkan dalam
bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan
Manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia
pada bidang kehidupanya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan
terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta nilai-nilai. Al-khauly (1981)
menjelaskan al-manhaj sebagai seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli
rupanya sangat bervariasi, tetapi dari beberapa definisi itu dapat ditarik
benang merah, bahwa di satu pihak ada yang menekankan pada isi pelajaran atau
mata kuliah, dan di lain pihak lebih menekankan pada proses atau pengalaman
belajar.
Definisi kurikulum yang tertuang dalam UU sisdiknas Nomor
2/1989 dikembangkan ke arah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara pembelajaran maupun evaluasinya.
Dalam proses pendidikan, ada tiga unsur yang harus ada.
Tiga unsur tersebut adalah guru atau pendidik, siswa atau anak didik dan
kurikulum. Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling memiliki
hubungan. Dalam hal ini, perlu diketahui hubungan antara kurikulum dengan anak
didik. Kurikulum yang digunakan dalam pengajaran harus sesuai dengan
perkembangan anak didik. Seorang siswa harus mampu menerima dan menyelesaikan
apa yang ditugaskan untuknya. Anak didik juga memiliki kedudukan dalam
kurikulum itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
anak dan anak didik?
2.
Bagaimana kedudukan anak
dalam kurikulum?
3.
Apa kebutuhan anak dalam
kurikulum?
4.
Bagaimana perkembangan
Intelektual anak?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dan
karakteristik anak didik.
2.
Mengetahui perkembangan
anak didik.
3.
Mengetahui kedudukan anak
dalam kurikulum.
D.
Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini
adalah untuk mengetahui kedudukan anak didik dalam kurikulum. Selain itu,
makalah ini disusun untuk mendapatkan jawaban apakah pengembangan kurikulum
harus memperhatikan asas psikologi anak. Dari makalah ini juga dapat diketahui
bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DAN
KARAKTERISTIK ANAK DIDIK
1.
Pengertian Anak
Anak (jamak:
anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum
mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata
"anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak
dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Walaupun begitu istilah
ini juga sering merujuk pada perkembangan mental seseorang, walaupun usianya
secara biologis dan kronologis seseorang sudah termasuk dewasa namun apabila
perkembangan mentalnya ataukah urutan umurnya maka seseorang dapat saja
diasosiasikan dengan istilah "anak".
2.
Pengertian Anak Didik
Anak didik
adalah anak yang karena ketergantungannya menimbulkan tanggungjawab pendidikan
pada orang dewasa, sehingga secara sengaja orang dewasa itu memberikan bantuan
ke arah kedewasaan.
Menurut Sutari
Imam Barnadib (1995), peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik
umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa
tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Ia adalah sosok yang selalu mengalami
perkembangan sejak lahir hingga meninggal dengan perubahan-perubahan yang
terjadi secara wajar.
3.
Karakteristik Anak Didik
a.
Anak didik adalah subjek atau persona
Anak didik
adalah manusia, yaitu pribadi yang memiliki kedirisendirian, dan kebebasan
dalam mewujudkan dirinya sendiri untuk mencapai kedewasaannya. Setiap anak
didik bebas menentukan dirinya sendiri, mempunyai keinginan sendiri untuk
menjadi orang dewasa seperti yang dicita-citakan oleh dirinya sendiri.
b.
Individu yang memiliki
potensi fisik dan psikis yang khas
Anak didik
merupakan insan yang unik. Ia sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang
berbeda dengan individu lain yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan.
c.
Individu yang sedang
berkembang
Menurut ilmu
psikologi manusia mempunyai tahap-tahap perkembangan manusia, setiap
perkembangan memiliki tugas-tugas perkembangan tertentu dan menuntut perlakukan
tertentu pula. Selalu ada perubahan dalam diri anak didik, baik yang ditujukan
pada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungannya.
d.
Individu yang membutuhkan
bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
Walaupun ia
adalah makhluk yang berkembang punya potensi fisik dan psikis untuk bisa mandiri,
namun karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan bimbingan dari pihak
lain sesuai kodrat kemanusiaannya.
e.
Individu yang memiliki
kemampuan untuk mandiri
Hal ini
dikarenakan bahwa di dalam diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri,
sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi setapak
memberikan kebebasan kepada anak dan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri.
f.
Anak didik hidup dalam
“dunia” tertentu
Setiap manusia
hidup dalam dunianya masing-masing sesuai tahap perkembanganya, jenis kelamin,
cara pandang, cara berpikir dan lain-lain.
g.
Anak didik hidup dalam
lingkungan tertentu
Anak didik
adalah subjek yang berasal dari keluarga dengan latar belakang lingkungan alam
dan sosial budaya tertentu sehingga anak didik memiliki karakteristik tertentu
yang berakibat pengaruh lingkungan dimana ia dibesarkan dan dididik.
h.
Anak didik memiliki potensi
dan dinamika
Bantuan orang
dewasa berupa pendidikan agar anak didik menjadi dewasa akan mungkin dicapai
oleh anak didik. Hal ini disebabkan anak didik memiliki potensi untuk menjadi
manusia dewasa, dan ia memiliki dinamika yaitu aktif sedang berkembang dan
mengembangkan diri, serta aktif dalm menghadapi lingkunganya dalam upaya
mencapai kedewasaannya
B.
Kedudukan Anak dalam
Kurikulum
Berbagai studi
telah diadakan untuk mengenal anak secara lebih luas dan mendalam. Studi ini
antara lain menjadi pokok penelitian psikologi anak yang mempelajari anak dalam
segala aspeknya antara lain mengenai perkembangan anatomis dan fisiologis,
kemampuan motoris, bahasa dan komonikasi, perkembangan mental dan inteligensi,
penrkembangan pengertian dan pemahaman, kreativitas dan permainan anak,
kelakuan social, watak dan disiplin, kepribadian dan kesehatan rohani dan
sebagainya.
Lester D.
Crow dan Alice Crow menyarankan hubungan kurikulum dan anak sebagai berikut:
1.
Kurikulum hendaknya
disesuaikan dengan dengan perkembangan
anak
2.
Isi kurikulum hendaknya
mencakup ketrampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam
pengalamanya, sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhanya di masa
mendatang.
3.
Anak hendaknya didorong
unuk belajar berkat kegiatanya sendiri dan tidak sekedar penerima pasif apa
yang dilakukan untuk guru.
4.
Sejauh mungkin apa yang
dipelajari anak harus mengikuti minat dan keinginan anak yang sesuai dengan
taraf perkembanganya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang apakah
seharusnya minat mereka.
C.
Psikologi dan
Kurikulum
Banyak
anak-anak diselidiki, baik secara longitudional, yakni mengikuti
perkembangan anak tertentu selama bertahun-tahun secara kontinu atau secara cross-sectional,
yakni menyelidiki cirri-ciri anak pada usia-usia tertentu yang dilakukan
terhadap ratusan bahkan ribuan anak. Maksudnya ialah untuk memperoleh generalisasi
tentang aspek-aspek perkembangan anak pada saat tertentu.
Para ahli
psikologi pada hakektnya netral tentang pertanyaan apa yang paling berharga
dalam kelakuan manusia. Psikologi tidak menentukan apa yang “baik” atau “buruk”
dalam kelakuan anak. Generalisasi, prinsip-orinsip yang ditemukan oleh
psikologi tdak ada kaitanya dengan ideology politik, social atau ekonomi maupun
dengan aspirasi manusia dan apakah yang dimaksud dengan hidup yang baik. Apa
yang akan diajarkan ditentukan oleh nilai-nilai si pendidik. Tentang bagaimana
cara ayang sebaiknya mencapai tujuan itu sehigga hasil penelitian ahli
psikologi dapat dimanfaatkan(alberty, 1995).
D.
Kebutuhan anak
Selain
perkembangan anak banyak dipertimbangkan kebutuhan siswa sebagai sumber untuk
menentukan apa yang akan diajarkan. Kebutuhan anak dapat ditafsirkan dengan dua
cara.
1)
Kebutuhan psiko-biologis,
yakni yang berkenaan dengan apa yang
timbul dari anak itu sendiri berdasarkan kebutuhan psikologis dan biologis, yan
dinyatakan dalam keinginan, tujuan, harapan, masalah dan minatnya.
2)
Kebutuhan social yang
bertalian dengan tuntutan masyarakat, apa yang dianggapperlu baginya, biasanya
menurut pandangan orang dewasa, agar ia dapat menyesuaikan diri dengan
kehidupan masyarakat.
Kurikulum yang didasarkan atas kebutuhan psiko-biologis
anak cenderung menjadi child-centerd, sedangkan kurikulum yang
didasarkan atas kebutuhan pelajar menurut pertimbangan orang dewasa akan
cenderung menjadi adult-centered atau society-centered.
Dalam kenyataan kedua jenis kurikulum iu tidak perlu saling
bertentangan. Kebutuhan anak, sekalipun yang bersifat psiko-bilogis senantiasa
dipengaruhi oleh lingkungan social masing-masing. Kebutuhan personal senantiasa
bertalian dengan kebutuhan sosialnya. Sebaliknya kebutuhan yang disebut adult-centered
senantiasa harus memperhatikan perkembangan psikologis dan kebutuhan anak
sebagai makhluk yang harus merealisasikan kurikulum pada dirinya, agar
kurikulum bermakna baginya.
Salah satu pembagian kebutuhan manusia yang
terkenal dikemukakan oleh Abraham Maslow yang melihat adanya heirarkhi
dalam kebutuhan itu yakni kebutuhan akan:
a)
Survival (fisiologis)
b)
Security (emosinal)
c)
Love and belonging (sosial)
d)
Self esteem (personal)
e)
Self-actualizaion
(pesonality)
Menurut maslow suatu kebutuhan
hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah telah
terpenuhi. Tak akan berhasil memenuhi kebutuhan akan aktualisasi diri (perkembangan
mental spiritual, pengembangan diri, perwujudan potensi seseorang sepenuhnya)
bila misalnya taraf pertama yang paling fundamental, yang fisiologis (makanan,
pakaian, perlindungan, istirahat) belum terpenuhi. Untuk orang yang senantiasa
disksa kelparan tak ada makna estetika, falsafah,etika bahkan harga diri.
Kebudayaan dan kesenian yang
tinggi hanya dapat tumbuh subur dalam masyarakat yang maju dan makmur.
Masyarakat terbelakang mungkin harus lebih mengtamakan kebutuhan pada tingkatan
rendah.
E.
Perkembngan Intelektual
Anak
Salah satu
hasil penelitian yang akhir-khir ini berpengaruh dalam pengembangan kurikulum
ialah perkembangan intelektual anak menurut jean piaget. Ia menemukan
adanya empat tingkat dalam perkembangan intelektual anak yakni tingkat sensori-motoris,
tingkat pra operasional, tingkat operasi konkret, dan tingkat
operasi formal.
Pada taraf
sensori-motoris(bayi sampai 18 bulan) anak mengasimilasi
perangsang-perangsang sensoris dan menyesuaikan dirinya dengan benda-benda
disekitarnya dan dengan demikian mengembangkan suatu system atau struktur
mental untuk memanipulasi benda-benda.
Pada taraf pra-operasional(18
bulan sampai usia7 tahun) anak iu melatih pengamatanya, misalnya ia bertambah
banyak melihat perbedaan tentang besar, bentuk, warna benda-benda, ia dapat
membayangkanya dan menggunakan kata-kata untuk melambangkanya. Namun ia belum
sanggup memanipulasinya secara logis, hanya menurut apa yang masuk akalnya.
Berpkir
logis mulai pada taraf operasi konkrit (usia 7 sampai kira-kira 11
tahun). Ia telah dapat sekaligus melihat beberapa factor dan kemungkinan untuk
mengkombinasikanya dengan berbagi cara untuk mencapai hasil yang sama. Ia dapat
memanipulasi benda-benda namun mengetahui bahwa misalnya panjang, luas, isi,
beratnya sama.
Tingkat operasi formal mencakup kemampuan menggunakan pikiran logis dan menerapkan
aturan-aturan atau prinsip-prinsip dalam stuasi yang lebih abstrak.mulai pada
usia 11 tahun ia sanggup mengajukan
hipotesis mengujinya lalu merumuskan
kesimpulan. Ia dapat memperhatikan sejumlah variable sambil memikirkan kemungkinan-kemungkinan
memecahkan suatu masalah. Ia telah sangup menjawab pertanyaan berupa, Apa yang
akan terjadi bila….?” Strukur logis ini senantiasa dikembangkanya. Keempat
tingkat perkembangan intelektual itu tidak terpisah dengan jelas kan tetapi
saling bercampur dan berkembang secara berangsur-angsur.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ada tiga unsur yang tidak dapat
dipisahkan dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Tiga unsur tersebut yaitu
guru atau pendidik, siswa atau anak didik dan kurikulum.
Anak didik adalah anak yang
karena ketergantungannya menimbulkan tanggungjawab pendidikan pada orang
dewasa, sehingga secara sengaja orang dewasa itu memberikan bantuan ke arah
kedewasaan.
Kurikulum diartikan sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Adapun hubungan antara kurikulum dengan anak yaitu:
1.
Kurikulum hendaknya
disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak.
2.
Isi kurikulum hendaknya
mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam
pengalamannya sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya masa
mendatang.
3.
Anak hendaknya didorong
untuk belajar berkat kegiatannya sendiri dan tidak sekedar penerima pasif apa
yang dilakukan oleh guru.
4.
Sejauh mungkin apa yang
dipelajari anak harus mengikuti minat dan keinginan anak yang sesuai dengan
taraf perkembangannya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang apakah
seharusnya minat mereka.
SARAN
Dalam penyusunan dan pengembangan
kurikulum hendaknya perlu memperhatikan aspek anak didik. Perkembangan anak
didik harus diperhatikan. Penyusunan dan pengembangan kurikulum harus
memperhatikan perkembangan, kemampuan dan minat anak didik. Sehingga, dalam
prakteknya kurikulum tersebut dapat mendorong perkembangan anak didik bukan
menekan perkembangannya dengan membebani anak didik.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Rohman, 2009. Memahami
Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama: Yogyakarta..
Pusat Kurikulum Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
S. Nasution, 1993.Pengembangan
Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti
Kurikulum itu mengikuti perkembangan anak didik ataukah sebaliknya anak didik mengikuti kurikulum,.... alasanya apa,..
BalasHapus