EPISTIMOLOGI
FILSAFAT PENDIDIKAN
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Proposal
Mata kuliah :
Filsafat Pendidiakan
Kelas :
Re. N
Dosen : Ghufron Dimyati
Disusun Oleh:
Nurrohmayanti 2021 211097
Nida’ul hasanah 2021 211099
Lailatul Azizah 2021 211100
Dyah mustika 2021 211089
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Dalam pembahasan-pembahasan
epistimologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar
dari filosof sehingga mengesankan bahwa seolah- oalh wilayah pembahasan
epistimologi hanya pada aspek-aspek
tertentu. Hal ini menimbulkan kesan seolah- olah cakupan wilayah pembahasan
epistimologi itu hanya terbatas sumber dan metode pengetahuan, bahkan
epistimologi sering hanya diidentikan dengan metode pengetahuan. Terlebih lagi
ketikka dikaitkan dengan ontology dan aksiologi secara sistematik, seseorang
cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memakai epistimologi sebagai
pemikiran, ontologi sebagai objek pemikiran sedang aksiologi sebagai hasil
pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif
maupun negative.
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Epistimolog.
Secara etimologi, Epistimologi
berasal dari bahasa yunani yaitu episteme berarti pengetahuan sedangkan logos
berarti teori, uraian atau alas an. Jadi epistimologi dapat diartikan sebagai
teori tentang pengetahuan. Sedangkan dalam segi istilah epistimologi merupakan
suatu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal
mula pengetahuan. Epistimologi juga berarti
cabang filsafat yang mempelajari soal watak, batas-bats, dan berlakunya
ilmu pengetahuan.[1]
Istilah
ilmu pengetahuan terdiri dari dua kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Pengetahuan
menurut realism adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada
dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada
diluar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto.
Dengan demikian realism berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat
bila sesuai dengan kenyataan.[2]
Sementara menurut Abdul Khobir menyatakan bahwa pengetahuan adalah hubungan
obyek dengan subyek. Subyek disini maksudnya adalah manusi sebagai kesatuan
berbagai macam kesanggupan (akal, panca indra) yang digunakan dalam rangka
untuk mengetahui sesuatu. Sebaliknya obyek adalah benda atau hal yang
diselidiki yang merupakan realitas bagi manusia yang menyelidiki. Adapun ilmu
adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan,
studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang sesuatu yang
sedang dipelajari.
Dengan
demikian, epistimologi atau teori tentang ilmu pengetahuan adalah inti sentral
setiap pandangan dunia. Sementara menurut P. Hardono Hadi bahwa epistimologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat
pengetahuan, pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.[3]
Bahkan
A.M. saefudin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyataan yang harus
dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya,
bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa yang dapat kita ketahui dan
sampai di manakah batasannya
- Hakikat Epistimologi
Epistimologi berkaitan dengan
filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empiric justru karena
epistimologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya. Dalam
epistimologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan
mengembangkannya. Menurut Stanley M.Honer dan Thomas C Hunt bahwa epistimologi
keilmuwan adalah merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang
paling sulit sebab epistimologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang
membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun
yang boleh disingkirkan darinya. Selain itu, pengetahuan merupakan hal yang
sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah didalam kehidupan
sehari-hari.
Pada bagian lain, bahwa
epistimologi keilmuwan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berfikir
secara rasional dan berfikir secara empiris. Kedua cara berpikir tersebut di
gabungkan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara
epistimologi ilmu memeanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam.
Oleh sebab itu epistimologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan
keyakinan bahwa kita mengetahui kenyataan yang lain dari diri sendiri. Usaha
menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha membuktikan
adalah aplikasi berpikir empiris.
- Pendekatan dan Metode Perolehan Ilmu Pengetahuan
Adapun pendekatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
antara lain:
Ø Septisme
Bagi aliran ini, tidak
ada suatu cara yang sah untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mengingat kemampuan
panca indra dan akal manusia terbatas.
Ø Aliran
keraguan
Suatu aliran yang dalam
perolehan ilmu pengetahuan berpangkal dari keraguan sebagai jembatan peraturan
menuju kepada kepastian.
Ø Empirisme
Cara pencarian ilmu
pengetahuan melalui panca indra, karena indra tersebut yang menjadi instrument
untuk menghubungkan ke alam
Ø Rasionalisme
Suatu cara untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dengan mengandalkan akal pikiran, karena akal dapat
membedaan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.
Ø Aliran
yang menggabungkan pendekatan empiris dan rasionalisme
Menurut aliran ini cara
untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan mengandalkan pikiran, karena
akal dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang salah dan yang benar.
Ø Intuisi
Suatu pendekatan dalam memperoleh ilmu
pengetahuan dengan menggunakan daya jiwa.
Ø Wahyu
Pendekatan ini harus
didasari oleh kepercayaan( iman). Kepercayaan tersebut adalah apabila akal
tidak mampu mengungkapakan sesuatu, akal tersebut tidak perlu dibahas dan
diperdebatkan, wahyu berarti isyarat yang cepat yang diperoleh seseorang
didalam dirinya serta diyakininya. Wahyu hanya diberikan oleh Allah kepada Nabi dan RasulNya tanpa mereka
usahakan dan mereka pelajari.
Sedangkan metode yang dapat
digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan menurut Socrates dapat dilakukan
melalui dialektik yang ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
Ø Dialektik
Ø Konferensi
Ø Tentative
provisional
Ø Empiris
induktif
Ø Konsepsional
Sementara dalam pandangan filsafat
pendidikan Islam metode memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan dua cara
sebagai berikut :
Ø Kasbi
(khusuli) adalah cara berfikir sistematik dan metodik yang dilakukan secara
konsisten dan bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan dan
penemuan.
Ø Laduni
(khudluri) adalah Ilmu yang diperoleh
orang-orang tertentu dengan tidak melalui proses Ilmu pada umumnya tetapi
melalui proses perubahan atau hadirnya cahaya ilahi kedalam kalbu seseorang.[4]
- Teori Ilmu Pengetahuan
Menurut Brubacher ada beberapa teori
pengetahuan sebagai berikut :
- Teori pengetahuan menurut Correspondence
Proses mengetahui
adalah proses partisipasi langsung oleh peserta didik terhadap realita obyek
secara wajar melalui studi sebab realita obyek itu selalu mewujud di dalam
sejumlah aspek-aspek perwujudan yang dapat dimengerti.
- Teori pengetahuan menurut Consistency
Menurut teori ini
pengatahuan didapat oleh seseorang dari luar melalui panca indra. Implikasi teori
adalah bahwa seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan didasarkan pada
pembentukan pengetahuan yang diperoleh melalui potensi-potensi interval dari
pada potensi luar.
- Teori pengetahuan Intuisi
Dalam hal ini
pengetahuan memancarkan secara tiba-tiba bersifat ilhami (inspiratif).
validitas pengetahuan intuitif ini sangat bersifat pribadi dan merupakan
ekspresi dari keunikan individu.
- Teori pengetahuan menurut Pragmatisme
Menurut teori ini
pengetahuan diperoleh oleh seseorang dengan belajar melalui interaksi subyek
lingkungan secara langsung. Belajar sesungguhnya adalah memperoleh dan menguji
kebenaran-kebenaran teori dengan percobaan-percobaan dan hasil pengalaman yang
kontinu itulah yang disebut pengetahuan.
- Teori pengetahuan menurut Authorithy.
Pengetahauan yang
didapat oleh seseorang melalui pendapat orang lain yang didasarkan kepada
peneliti dan pembuktian secara ilmiah. Bahkan untuk memperoleh pendapatnya
seseorang mengutip pendapat orang lain yang dianggap lebih kuat karena
didasarkan pada sumber yang bersifat otoritas seperti buku-buku literatus,
encyclopedia.[5]
- Implikasi Ilmu Pengetahuan dalam Proses Pendidikan Islam
Ilmu pengtahuan yang dikembangkan
dalam pendidikan Islam hendaknya beorientasi pada nilai-nilai Islam yaitu ilmu
pengetahuan yang bertolak pada fakultas piker dan fakultas dzikir. Dengan
fakultas pikirnya manusia dapat memperoleh kebenaran walaupun akal bukan
satu-satunya sumber kebenaran. Kebenaran itu dapat diperoleh melalui pendekatan
ilmiah dan filosofis. Pendekatan ilmiah dan filosofis ini membutuhkan tenaga
pemandu yaitu wahyu yang diperoleh melalui pendekatan imani.
Dalam pandangan Islam, ilmu itu
didasarkan kepada dua pandangan pokok pertama ilmu pengetahuan yang didasarkan
kepada kepercayaan (iman). Kedua ilmu pengetahuan eksperimental.
Padahal ilmu pengetahuan yang ada
hendaknya dikembangkan dalam rangka mengemban amanah Tuhan dalam mengendalikan
alam dan isinya, sehingga dengan bertambahnya ilmu pengetahuan seseorang
bertambah pula penunjuknya dan semakin kuat keimanannya bahkan semakin
menyadari kelemahannya dan bukan sebaliknya semakin tambah ilmu pengetahuannya
semakin jauh dia dari Tuhan.[6]
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan
dalam kehidupan manusi dan untuk memperolehnya perlu dilakukan usaha dan kerja
keras. Dengan Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia ia akan mengenal
adanya Tuhan (ma’rifatullah).
Ilmu pengetahuan dalam Islam
diharapkan akan mampu membawa kepada kebaikan manusia dan kebaikan masyarakat
dan kemanusiaan pada umumnya. Islam menyangkut derajat Ilmu dan Ulama’ yang
membawa dan mengajak kepada kebaikan dan kekuatan kaum muslimin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Rasyidin
dan Samsul Nizar. 2005. Filsafat Ilmu
Pendidikan. Cetakan II. Ciputat . ciputat Press.
Barnadib,
Imam. 1997. Filsafat Pendidikan Sistem
dan Metode. Cetakan IX. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Khobir,
Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan:
STAIN Press.
Latif,
Abdul. 2007. Pendidikan Berbasis Nilai
Kemasyarakatan. Bandung: Rafika Aditama.
Mudyaharjo,
Redja. 2002. Filsafat Ilmu Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prastya.
2000. Filsafat Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia
Qomari,
Mujamili.2005. Epistimologi Pendidikan
Islam. Jakarta: Erlangga.
[1] Abdul khobir,M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam,
(Pekalongan:STAIN Press, 2009),hlm. 25-26
[2] Drs. H. abdul latif, M.Pd, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan,(Bandung:Refika
Aditama, 2007),hlm.51
[3] Prof. Dr.Mujamili Qomari,M.Ag, Epistimologi Pendidikan Islam,
(Jakarta:Erlangga, 2005),hlm. 3
[4]
Drs. Prasetya, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka
Setia, 2000), hlm. 11
[5] Abdul Khobir, M.Ag, Op. Cit.,Hlm. 30-32
[6] Ibid., hlm. 33-34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar