MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
Disusun
Guna Memenuhi Tugas:
Mata
Kuliah : Strategi
Belajar Mengajar
Dosen
Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Oleh :
Eli Rofita (2022111073)
Siti
Munawiroh (2022111088)
Khikmatul Bariroh (2022111093)
Kelas B
PRODI
PBA
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Hakikat belajar yang sesungguhnya adalah proses pembelajaran yang
memanusiakan, yakni membantu peserta didik mengembangkan potensinya yang
beragam dengan bantuan guru. Pendekatan belajar berpusat pada siswa (student
centred learning) merujuk pada teori constructivism yang menempatkan siswa
sebagai individu yang memiliki bibit ilmu di dalam dirinya yang memerlukan
berbagai aktifitas / kegiatan untuk mengembangkannya menjadi pemahaman yang
bermakna terhadap sesuatu hal.
Dalam pandangan ini siswa perlu terlibat melalui penalaran oleh
diri sendiri maupun dalam kelompok diskusi atau suatu kelompok kecil yang
membahas suatu materi belajar. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dalam
proses membangun pengetahuan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pembelajaran Berpusat pada Siswa
Undang-undang
Sisdiknas No. 20/2003 Bab I pasal 1 yang berbunyi “ yang dimaksud dengan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya
sendiri”. Inilah secara teoretis disebut pembelajaran berpusat pada siswa yang
diadopsi kedalam sistem pendidkan nasional.[1]
Konsep dasar pembelajaran berpusat pada siswa antara lain:
1.
Pembelajaran
merupakan proses aktif peserta didik yang mengembangkan potensi dirinya.
Peserta didik dilibatkan kedalam pengalaman yang difasilitasi oleh guru
sehingga pelajar mengalir dalam pengalaman yang melibatkan pikiran, emosi,
terjalin dalam kegiatan yang menyenangkan
dan menantang serta mendorong prakarsa siswa.
2.
Pengalaman
aktifitas siswa harus bersumber/relevan dengan realitas sosial.
3.
Didalam
proes pengalaman ini peserta didik
memperoleh inspirasi dari pengalaman yang menantang dan termotivasi untuk bebas
berprakarsa, kreatif dan mandiri.
4.
Pengalaman
poses pembelajaran merupakan aktivitas mengingat, menyimpan dan memproduksi
informasi, gagasan-gagasan yang memperkaya kemampuan dan karakter peserta
didik.
Perubahan dari
paradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran dapat dibandingkan dalam
tabel sebagai berikut:
No
|
Pengajaran
|
Pembelajaran
|
1
|
Berpusat pada
guru.
|
Berpusat pada
siswa.
|
2
|
Guru domonan
dalam aktor kelas.
|
Guru sebagai
fasilitator (penulis sekenario).
|
3
|
Suasana“tertib”,
tenang, kaku dan membosankan
|
Suasana“hidup”,menyenangkan,
dan interatif.
|
4
|
Siswa terelibat dalam kompetisi
dengan siswa lain, dengan motivasi mengalahkan teman.
|
Siswa didorong kerjasama mencapa
tujuan. Tolong menolong dalam memecahkan masalah dan bertukar pikiran.
|
5
|
Siswa adalah tempat guru
mencurahkan pengtahuan (banking system). Prestasinya adalah sejumlah hapalan/produksi
pengetahuan.
|
Siswa adalah pelaku proses
pengalaman mengambil keputusan, memecahkan
masalah, menganalisis dan mengevaluasi. Kegiatan intelektual memproduksi
pengethuan.
|
6
|
Evaluasi oleh guru bersifat
menyeleksi dan merangking kuantitas
hapalan.
|
Evaluasi oleh siswa bersifat
refleksi dan berperan memperbaiki proses untuk meningkatkan prestasi.
|
7
|
Sumber
belajar buku teks dan buku.
|
Sumber
belajar adalah pengalaman eksplorasi mandiri dan pengalaman keberhasilan
temannya memecahkan masalah.
|
8
|
Tempat belajar sebatas ruangan
kelas.
|
Tempat belajar tidak terbatas
ruang kelas tetapi seluas jagat raya.
|
Peran penting
guru adalah secara sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar yang
menyenangkan, memproses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensinya
sendiri. Dalam penggunaan media pembelajaran yang terjadi adalah diskusi,
penugasan, dan permainan, bukan lagi metode guru menyampaikan materi
pembelajaran. Media disediakan oleh guru agar murid melakukan aktivitas
interaktif yang menyenangkan dan menantang potensi siswa serta membebaskan
tumbuhnya prakarsa dan kreativitas murid menjadi manusia yang memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
dan keterampilan.[2]
B.
Model-Model
Pembelajaran Interaktif Berpusat Pada Siswa
1.
Cooperative
Learning
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga
dapat merangsang siswa langsung lebih bergairah dalam belajar.
b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memilki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa
belajar dalam kelompok secara kooperatif.
2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja
kelompok dari pada perorangan.[3]
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya.
d. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Langkah-langkah cooperative learning menurut
Stahl, 1994; Slavin, 1983 (dalam Solihatin dan Raharjo, 2007:10) dijelaskan
secara operasional sebagai berikut:
1) Dosen merancang rencana program pembelajaran.
2) Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, dosen
merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan
mahasiswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.
3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan
mahasiswa, dosen mengarahkan dan membimbing mahasiswa, baik secara individual
maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku
mahasiswa selama kegiatan belajar berlangsung.
4) Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa
dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat
diskusi kelas ini, dosen bertindak sebagai moderator.[4]
e. Variasi dalam Model Cooperative Learning
1) Student Teams Achievement Division (STAD)
Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran
menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran,
dan kemudian siswa bekerja dalam tim telah mengusai pelajaran tersebut.
Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut. Pada tes ini
mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
2) Tim Ahli (Jigsaw)
Langkah-langkah
pembelajaran:
-
Siswa dibagi atas beberapa kelompok.
-
Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi menjadi beberapa sub-bab.
-
Setiap anggota kelompok membaca sub-bab yang ditugaskan
dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
-
Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub-bab
yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
-
Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke
kelompokya bertugas mengajar teman-temannya.
-
Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa
dikenai tagihan berupa kuis individu.[5]
3) Investigasi Kelompok
Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas
dengan menggunakan teknik kooperatif investigasi kelompok adalah kelompok dibentuk
oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas
memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan
diajrakan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya,
setiap kelompok mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas untuk berbagi
dan saling tukar informasi temuan mereka.[6]
4) Think Pair Share (TPS)
Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir
berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Guru memilih mengguankaan think pair share
untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
5) Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together atau jenis penomoran
berpikir bersama adalah jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.[7]
2.
Problem Based
Learning (PBL)
a.
Pengertian PBL
PBL (Problem
Based Learning) yang bermakna pembelajaran berbasis masalah adalah siswa
belajar tentang subjek melalui pengalaman pemecahan masalah. Esensi PBL berupa
menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada
siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan
penyelidikan.[8]
Hal yang
terpenting dalam pembelajaran teknis ini adalah guru menyediakan perancah atau
kerangka pendukung yang meningkatkan penyelidikan dan pertumbuhan intelektual.
PBL tidak mungkin terjadi kecuali jika guru menciptakan lingkungan kelas
(menangani situasi multi tugas, menyesuaikan dengan tingkat penyelesaian yang
berbeda, memantau dan mengelola pekerjaan siswa, mengatur gerakan dan perilaku
di luar kelas) tempat pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur dapat terjadi.
Dalam hal ini banyak pararel diantara PBL, cooperatif learning, dan
diskusi kelas.
b.
Ruang Lingkup
PBL
1)
Masalah
pembelajaran
Banyak kritik yang ditunjukan kepada cara guru mengajar yang terlalu
menekankan pada penguasaan informasi/konsep. Konsep memang merupakan hal yang sangat penting, namun bukan terletak
pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami
oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar
sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah.
PBL tidak mungkin terjadi kecuali jika guru menciptakan lingkungan
kelas tempat pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur dapat terjadi.[9]
2)
Tujuan PBL
Pengajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajarn proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok
untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Menurut Arends (1997), pengajaran berdasarkan masalah merupakan
suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang
autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
inquiri (penyelidikan) dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
c.
Fitur-Fitur
Khusus PBL
Para pengembang PBL (Cognition & Technology Group at Fanderbilt,
1990, 1996a, 1996b; Gordon et al., 2001; Krajik et al., 2003, Slavin, Madden,
Dolan & Wasik, 1994; Torp & Sage, 1998) mendeskripsikan bahwa model
instruksional ini memiliki fitur-fitur di bawah ini:
1)
Pertanyaan atau
masalah perangsang
PBL mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah
yang penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa. Mereka
menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak dapat diberi
jawaban-jawaban sederhana dan ada berbagai solusi yang berkompeten untuk
menyelesaikannya.
2)
Fokus Interdisipliner
PBL dapat dipusatkan pada subjek tertentu (sains, matematika,
sejarah), tetapi masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya menuntut
siswa untuk menggali banyak subjek.
3)
Investigasi autentik
PBL mengharuskan
siswa untuk berusaha menemukan solusi riil untuk masalah riil. Mereka harus
menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan mengembang
prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen jika
memungkinkan, dan menarik kesimpulan.
4)
Produk artefak dan exhibit
PBL menuntut siswa
untuk menjelaskan atau merepresentasikan solusi mereka. Produk itu bisa
berbentuk debat bohong-bohongan, bisa berbentuk laporan, model fisik, video,
atau program komputer. Artefak dan exhibit yang nanti akan dideskripsikan,
dirancang oleh siswa untuk mendemonstraksikan kepada orang lain apa yang telah
mereka pelajari dan memberikan alternatif yang menyegarkan untuk ujian
tradisional. Contoh-contohnya antara lain seperti topik pembaharuan kota,
kehidupan dalam kolam, atau species yang terancam punah.
5)
Kolaborasi
PBL ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja satu sama lain, paling
sering secara berpasangan atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Kerja sama
memberikan motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas-tugas
kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan dialog
bersama, dan untuk mengembangkan berbagai ketrampilan sosial.[10]
d.
Manfaat PBL
Menurut Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh darimetode Dewey adalah
pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa untuk merumuskan
tugas-tugas, yang mana objek palajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari
masalah yang ada di sekitarnya.
e.
Beberapa varisi
dalam Model Pembelajaran PBL
1)
Tugas-tugas
perencanaan
a)
Penetapan
tujuan, seperti ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan
membantu siswa menjadi pembelajar yang mendiri
b)
Merancang
situasi masalah. Situasi masalah yang baik seharusnya otentik, megandung
teka-teki, dan tidak mendefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama,
bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum
c)
Organisasi
sumber daya dan rencana logistik. Tugas mengorganisasikan sumber daya dan
merencanakan kebutuhan untuk investigasi haruslah menjadi tugas perencanaan
yang utama bagi guru yang menerapkan PBL.
2)
Tugas
Interaktif.
a)
Orientasi siswa
pada masalah
b)
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
c)
Membantu
penyelidikan mandiri dan kelompok
d)
Analisis dan
evaluasi proses pemecahan masalah
3)
Lingkungan
belajar dan tugas-tugas menajemen
Untuk efektifitas kerja guru, maka guru harus memiliki aturan
prosedur yag jelas dalam pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan.
Selain itu, guru harus menyampaikan aturan, tata krama dan sopan
santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka
melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika melakukan
investigasi di masyarakat.
4)
Assesmen dan
evaluasi. Misalnya, dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen kerja
dapat berupa assesmen melakukan pengamatan, merumuskan pertanyaan dan
merumuskan sebuah hipotesa.[11]
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensinya sendiri. Peran penting guru adalah secara sadar dan terencana
mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan, memproses pembelajaran agar siswa
aktif mengembangkan potensinya sendiri.
Media disediakan oleh guru agar murid melakukan aktivitas
interaktif yang menyenangkan dan menantang potensi siswa serta membebaskan
tumbuhnya prakarsa dan kreativitas murid menjadi manusia yang memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
dan keterampilan.
Model model pembelajaran berpusat pada siswa ada dua yaitu
kooperatif learning dan proble beside learning.
DAFTAR PUSTAKA
Dananjaya,Utomo. 2011. Media Pembelajaran Aktif. Bandung
:NUANSA
L Arends, Ricard. 2008. Belajar untuk Mengajar, (Helly
Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mustakim, Zaenal. 2011. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan:
STAIN Press
Taniredja. Tukiran dkk.
2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: ALFABETA
[1] Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif, (Bandung :NUANSA,
2012), hlm. 25
[3] Tukiran Taniredja dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif,
(Bandung :ALFABETA, 2011), hlm.55-57
[4] Ibid, hlm. 60-63
[5] Zaenal Mustaqim, strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan
: Stain Press, 2011), hlm. 281-284
[6] Tukiran Taniredja dkk, op.cit, hlm.74
[7] Zaenal Mustaqim, op.cit, hlm. 286
[8] Ricard I Arends, Belajar untuk Mengajar, alih bahasa Helly
Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 41
[9] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan:
STAIN Press, 2011), hlm. 293
[10] Ricard I. Arends, Op. Cit, hlm. 42-43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar