MAKALAH
VARIASI MENGAJAR
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Oleh:
Akhsanul Khuluqiyah 2022111058
M. Jamaludin Al Afghoni 2022111060
Indah Kharis Septian 2022111079
Dewi Asriyah 2022111083
Kelas B
PRODI PBA
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam
hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.
Merasakan makanan yang sama terus menerus akan menimbulkan kebosanan, melihat
film yang sama dua kali saja orang sering tidak mau, juga karena bosan. Orang
akan lebih suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang
positif. Makan makanan yang bervariasi (bermacam-macam) akan merangsang untuk
makan. Rekreasi pada dasarnya juga akan mengurangi kebosanan. Demikian juga
dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak
menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang,
mengantuk dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru
memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa.
Dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi
pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya
siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan
menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang diberikan guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Variasi Mengajar
Variasi dapat diartikan selang seling atau bermacam-macam. Menurut
Uzer Usman, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi
belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam
situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme
serta penuh partisipasi.
Variasi mengajar adalah mengajar yang tidak monoton bisa dari gaya
mengajar, metode, media, materi dan juga interaksinya.
Adapun
fungsi dari variasi mengajar antara lain:
1.
Sebagai
penarik perhatian siswa
2.
Sebagai
motivasi ekstrinsik siswa dalam belajar[1]
B.
Tujuan
Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa,
motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah:
1.
Meningkatkan
dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar
Dalam
jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar
perhatian siswa tetap pada materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhinya.
Fokus
permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar, karena
dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang guru
jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang dicapai.
Perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks
pencapaian tujuan pembelajaran.
2.
Memberikan
kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
Dalam
proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang
sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa
menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak
menyenanginya.
Bagi
siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran bukan masalah bagi guru.
Karena dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi yaitu motivasi intrinsik.
Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan
penjelasan guru. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain
halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi
ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini
peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi
sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang
menentukan arah perbuatan dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
3.
Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah
Hal
ini adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa
yang kurang senang terhadap seorang guru. Kurang senangnya seorang siswa
terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Gaya
mengajar guru tidak sejalan dengan gaya mengajar siswa. Misalnya, hanya menggunakan metode ceramah
setiap kali pertemuan, tidak menggunakan metode yang lain.
Guru
yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil
hati siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.
Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif,
jauh dari sikap permusuhan.
4.
Memberikan
kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
Sebagai
seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung
tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar, menggunakan media dan
penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar di kelas memudahkan
seorang melakukan pengembangan variasi mengajar. Tetapi jika sebaliknya, maka
sulitlah bagi guru mengembangkan variasi mengajar untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif.
Fasilitas
merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di sekolah. Fungsinya berguna
sebagai alat bantu pengajaran dan alat peraga. Lengkap tidaknya fasilitas
belajar mempengaruhi pemilihan metode yang harus guru lakukan.
5.
Mendorong
anak didik untuk belajar
Menyediakan
lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak
didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang
disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah
lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga
berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan komponen variasi mengajar dapat
menyeret kegiatan belajar anak didik ke dalam berbagai pengalaman yang menarik
pada berbagai tingkat kognitif. Anak didik bergairah belajar.[2]
C.
Prinsip-prinsip
Variasi Mengajar
1.
Variasi
hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai
2.
Variasi
harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak
perhatian siswa dan menggangu pelajaran
3.
Direncanakan
secara baik dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau
satuan pelajaran.
D.
Komponen-komponen
keterampilan mengadakan variasi
1.
Variasi
dalam mengajar guru
a.
Penggunaan
variasi suara (teacher voice)
Penggunaan
variasi suara yaitu perubahan suara keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi
rendah, dari cepat menjadi lembut dan pelan pada suatu saat memberikan tekanan
pada kata-kata tertentu.
b.
Pemusatan
perhatian siswa (focusing)
Memusatkan
perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap dapat dilakukan oleh guru. Misalnya
dengan perkataan, “Perhatikan ini baik-baik”.
c.
Kesenyapan
atau kebisuan guru (teacher silence)
Adanya
kesenyapan, kebisuan atau selingan diam yang tiba-tiba dan sengaja selagi guru
menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa.
d.
Mengadakan
kontak pandang dan gerak
Bila
guru sedang bicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya pandangan
menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke semua murid untuk menunjukkan adanya
hubungan yang baik dengan mereka.
e.
Gerakan
badan mimik (gesturing)
Variasi
dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan gerak badan adalah aspek yang
sangat penting dalam berkomunikasi.
f.
Pergantian
posisi guru dan gerak guru di dalam kelas
Pergantian
posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian
siswa.[3]
2.
Variasi
Media dan Bahan Ajaran
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media yaitu:
a.
Variasi
media pandang
Penggunaan
media pandang dapat diartikan sebagai pengunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk
komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, film, TV, radio, gambar grafik,
model, demonstrasi dan lain-lain.
b.
Variasi
media dengar
Pada
umumnya dalam proses belajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam
komunikasi. Ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai, diantaranya yaitu
pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama,
wawancara dan lain-lain.
c.
Variasi
media taktil
Media
taktil adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Misalnya dalam bidang studi
sejarah dapat membuat maket desa zaman majapahit.
3.
Variasi
Interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki
rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:
a.
Anak
didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur dari guru.
b.
Anak
didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru
berbicara kepada anak didik.[4]
E.
Manfaat
Variasi Mengajar
Adapun manfaat dari variasi mengajar menurut Uzer Usman adalah:
1.
Untuk
menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar yang
relevan.
2.
Untuk
memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin tahu dan ingin menyelidiki
siswa tentang hal-hal yang baru.
3.
Untuk
memupuk dan membentuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah
dengan berbagai gaya mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang
baik.
4.
Guna
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran
yang disenanginya.
Sedang manfaat variasi menurut JJ Hasibuan adalah:
1.
Memelihara
dan meningkatkan aspek belajar siswa.
2.
Meningkatkan
kemungkinan berfungsinya motivasi ingin tahu.
3.
Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah.
4.
Kemungkinan
dilayaninya siswa secara individual.
5.
Mendorong
aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan.[5]
F.
Variasi
Mengajar pada Model-model Belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya
memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar belajar siswanya,
supaya siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar.
1.
Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan menggunakan
gambar keseluruhan (melakulakan tinjauan umum), yakni dengan membaca bahan
pelajaran secara sekilas.
Ciri-ciri pelajar visual:
a.
Teratur,
memperhatikan segala sesuatu
b.
Mengingat
dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memori
Gaya mengajar guru yang mudah mempengaruhi siswa ini adalah kontak
pandang, perpindahan posisi dan eksperimen wajah.
2.
Auditorial
Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah dengan
mendengar. Adapun ciri-ciri siswa auditorial adalah:
a.
Perhatianya
mudah terpecah
b.
Berbicara
dengan pola berirama
c.
Belajar
dengan cara mendengar
d.
Berdialog
secara internal dan eksternal
Untuk itu guru di saat menerangkan dituntut untuk menggunakan
variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan
perhatian siswa dalam belajar.
3.
Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belajar yang efektif adalah dengan
melibatkan diri langsung dengan aktivitasnya, jadi mereka cenderung pada
eksperimen (gerak).
Ciri-ciri siswa kinestetik:
a.
Belajar
dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca
b.
Mengingat
sambil melihat langsung
Guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar mengajar
berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa tubuh guru bervariasi,
supaya menarik perhatian siswa dan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi
tersebut.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan,
begitu juga dengan siswa. Dalam proses belajar mengajar siswa juga bisa
mengalami kebosanan, hal ini bisa jadi disebabkan karena kurang senangnya siswa
terhadap gaya mengajar guru. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam
mengajar siswa.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan
meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan
media dan bahan pengajaran serta variasi dalam interaksi antara guru dengan
siswa.
Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (metode, media dan
pendekatan) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar.
Tetapi jika sebaliknya, maka sulitlah bagi guru mengembangkan variasi mengajar
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Zaenal
Mustakim. 2011. Strategi dan metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press.
Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. RINEKA CIPTA.
Ahmad
Sabri. 2003. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta:
QUANTUM TEACHING.
[1] Zaenal
Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2011), hlm. 220.
[2] Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA, 2010), Hlm. 161-166.
[3] Ahmad Sabri, Strategi
Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Jakarta: QUANTUM TEACHING, 2003),
hlm.99-102
[4] Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, Op.Cit,. Hlm.169-171.
[5] Zaenal
Mustakim, Op.Cit, Hlm. 225-226.
[6] Ibid, Hlm.
265-266.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar