Peradaban Islam
"SEJARAH MASUK DAN KERAJAAN ISLAM NUSANTARA"
1. Fika
Aprilia Rahmawati (2014115055)
2. Dakhuroni (2014115074)
Kelas B
PROGRAM STUDI HUKUM
EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN
EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji
syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Sejarah Masuk dan Kerajaan Islam Di Nusantara” ini
dapat diselesaikan. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada sebaik-baik
manusia, nabi Muhammad Saw., keluarganya, dan sahabatnya.
Makalah ini ditunjang dengan adanya
pembahasan yang bertujuan untuk memperlengkap pemahaman makalah sesuai dengan
tema. Semua terjabarkan secara lengkap dan tidak meniggalkan aspek lingkungan
sekitar yang berhubungan dengan makalah yang telah disusun.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari
kekurangan dan kesalahan baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, penulis
dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna
penyempurnaan penulisan makalah ini.. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat bagi peningkatan pembelajaran dan penambahan ilmu
pengetahuan untuk mahasiswa yang lain. Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 01 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyebaran agama islam di
Nusantara pada umumnya berlangsung melalui dua proses. Pertama, penduduk
pribumi berhubungan dengan agama islam kemudian menganutnya. Kedua , orang –
orang asing Asia, seperti Arab,India, dan Cina yang telah beragama islam
bertempat tinggal secara permanen di satu wilayah Indonesia, melakukan
perkawinan campuran dan mengikuti gaya hidup lokal. Kedua proses ini mungkin
sering terjadi secara bersamaan. Awal masuknya islam sebagai agama menunjukan
peran yang tampak memberikan kebebasan dan sebagai alternatif gerakan bagi
sebagian masyarakat kerajaan – kerajaan Nusantara mendapatkan kekuatan yang
nyata. Religius sekaligus sebagai pondasi untuk melakukan perlawanan terhadap
bangsa asing yang masuk dengan tujuan perdagangan.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana proses masuknya Islam di Nusantara ?
- Bagaimana proses Islamisasi di Nusantara?
- Apa saja kerajaan – kerajaan yang ada di Indonesia ?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi
literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi
buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah,
melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran,
perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta
pengorganisasian jawaban permasalahan.
D. Sitematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I,
bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan
masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika pnulisan makalah; Bab II,
adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan
saran-saran.
BAB II
SEJARAH MASUK DAN KERAJAAN ISLAM
DI NUSANTARA
A. Masuknya Islam di Nusantara
Mengenai
proses masuk dan berkembangnya agama Islam ke Indonesia, para sarjana dan
peneliti sepakat bahwa islamisasi itu berjalan secara damai, meskipun ada juga
penggunaan kekuatan oleh penguasa muslim Indonesia untuk megislamkan rakyat
atau masyarakatnya. Secara umum mereka menerima islam tanpa meninggalkan
kepercayaan dan praktek keagamaan yang lama. Hal ini yang sering dilakukan oleh
juru dakwa di Jawa yang terkenal adalah Walisanga, mereka mengajarkan islam
dalam bentuk kompromi dengan kepercayaan – kepercayaan setempat.[1]
Setidak – tidaknya ada
empat teori tentang islamisasi awal di Indonesia,
yaitu :
- Teori India
Teori ini antara lain
dikemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgronje, Moquette, dan Fatimi. Dalam teori
ini dijelaskan bahwa Islam pertama kali datang ke Indonesia berasal dari anak
Benua India sekitar abad ke 13.
Ø Pijnappel mengajukan bukti
adanya persamaan madzhab Syafi’i antara di Anak Benua India dengan di
Indonesia. Orang – orang Arab yang bermadzhab Syafi’i berimigrasi dan menetap
di Gujarat dan Malabar kemudian membawa Islam ke Nusantara.[2]
Jadi ia berpendapat bahwa islamisasi di Nusantara dilakukan oleh orang Arab,
tetapi bukan datang langsung dari Arab, melainkan dari India, terutama dari Gujarat
dan Malabar.
Ø Snouck Hurgronje
berpendapat bahwa saat Islam mempunyai pengaruh yang kuat di kota – kota Indias
selatan, banyak muslim Dhaka yang di sana. Mereka inilah yang pertama
menyebarkan Agama Islam ke kepulauan Melayu, kemudian diikuti oleh orang –
orang Arab.[3]
Ia berpendapat bahwa Islam berasal dari India, karena sudah lama terjalin
hubungan perdagangan antara Indonesia dengan India dan adanya inskripsi tertua
tentang islam yang terdapat di Sumatra mengindikasikan adanya hubungan antara
Sumatra dengan Gujarat.[4]
Sebagaimana dalam catatan Ibn Battuta, Snouck Hurgronje menyebutkan adanya tiga
batu nisan muslim dari paruh pertama abad ke 15 M yang ditemukan di distrik
Pasai, yang mempunyai persamaan dengan batu nisan Maulana Malik Ibrahim di
Gresik yang meninggal tahun 1419 M.
Ø Moquette berpendapat ada
persamaan antara gaya batu nisan yang ada di Pasai, Sumatera Utara, khusunya
yang bertanggal 17 Dzulhijjah 831 H/ 27 September 1428 dan di Gresik, yakni
makam Maulana Malik Ibrahim (822 H/ 1419 M) dengan batu nisan yang ada di
Cambay, Gujarat. Jadi ada hubungan antara Indonesia dengan Gujarat pada periode
tertentu. Pendapat Moquette dibantah oleh Fatimi dengan mengajukan argumentasi
bahwa batu nisan yang ada di makam Malik al-Shalih di Samudera Pasai ada
persamaanya dengan yang ada di Bengal (sekarang Bangladesh), sedangkan batu
nisan yang ada di Gujarat dan Prototipe Indonesianya.[5]
- Teori Arab
Teori ini antara lain
dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann, dan de Hollander.
Ø Arnold berpendapat bahwa
selain dari Coromandel dan Malabar Islam Nusantara juga berasal dari Arab.
Bukti yang ia ajukan ialah adanya kesamaan madzhab antara di Coromandel dan
Malabar dengan madzhab mayoritas umat Islam di Nusantara. Ia juga berpendapat
bahwa para pedagang Arab membawa Islam saat mereka menguasai perdagangan Barat
– Timur sejak awal abad ke 7 M dan ke 8 M. Dapat diduga bahwa mereka juga
menyebarkan Agama Islam ke Nusantara.
Ø Crawfurd mengatakan bahwa
Islam dikenalkan langsung dari Arab, meskipun demikian dia juga menegaskan
bahwa hubungan bangsa Melayu – Indonesia dengan kaum muslim dari pesisir Timur
India juga merupakan faktor penting.
Ø Nieman dan de Hollander
mengatkan bahwa Islam dari Hadramaut karena adanya persamaan antara madzhab
yang dianut oleh muslim Hadramaut dengan muslim Nusantara, yaitu madzhab
Syafi’i.
Sejumlah ahli Indonesia
sepakat dengan teori ini. Mereka memberi alasan bahwa madzhab Syafi’i di Mekah
mendapat pengaruh yang luas di Indonesia. Hamka yang setuju dengan teori ini
memberikan beberapa alasan, di samping alasan di atas, yaitu gelar raja – raja
Pasai adalah al – Malik, bukan Shah atau Khan seperti yang terjadi di Persia
dan India. Gelar al – Malik kemungkinan besar mendapat pengaruh dari Mesir,
karena gelar raja – raja Mamluk setelah keturunan Shalahuddin semuanya
menggunakan gelar al- Malik.[6]
- Teori Persia
Teori ini dikemukakan oleh
P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke 13 M di
Sumatra, yang berpusat di Samudera Pasai. Dia mendasarkan argumennya pada
persamaan budaya yang berkembang dikalangan masyarakat Islam Indonesia dengan
budaya yang ada di Persia.[7]
Bukti – bukti persamaan
budaya itu antara lain : [8]
a. Adanya peringatan 10
Muharram atau Asyura yang merupakan tradisi yang berkembang dalam masyarakat
Syiah untuk memperingati hari kematian Husain di Karbela.
b. Adanya persamaan sejarah
antara ajaran al – Hallaj, tokoh sufi Iran dengan ajaran Syeikh Siti Jenar.
c. Persamaan dalam sistem
mengeja huruf Arab bagi pengajian al – Quran tingkat awal.
Bahasa Iran Bahasa
Arab
-
Jabar – Zabar -
Fathah
-
Jer – Ze-er -
Kasrah
-
P’es – Py’es -
Dhammah
d. Adanya persamaan batu
nisan yang ada di makam Malik al – Shalih (1297M) di Pasai dengan makam Malik
Ibrahim ( 1419 M) di Gresik yang di pesan dari Gujarat.
- Teori Cina
Teori ini menyatakan bahwa
Islam datang ke Nusantara bukan dari Timur Tengah / Arab maupun Gujarat /
India, tetapi dari Cina. Pada abad ke 9 M banyak orang muslim Cina di Kanton
dan wilayah Cina Selatan lain yang mengungsi ke Jawa sebagian ke Kedah dan
Sumatra. Hal ini terjadi karena pada masa Huan Chou terjadi penumpasan terhadap
penduduk Kanton dan wilayah Cina Selatan lainnya yang mayoritas penduduknya
beragama Islam. Mereka berusaha mengadakan revolusi politik terhadap kraton
Cina pada abad ke 9 M. [9]
Setidak – tidaknya teori islamisasi di Nusantara berasal dari Cina pada masa –
masa tertentu patut diperhatikan, karena sekitar abad ke 15 M dan abad ke 16 M
telah terjadi hubungan yang sangat baik antara Cina dan Jawa. Keberadaan Cina
muslim pada awal perkembangan Islam di Jawa tidak semata – mata dibuktikan oleh
adanya kesaksian para pengembara Asing, sumber – sumber Cina, teks lokal Jawa
maupun tradisi lokal, tetapi juga oleh peninggalan – peninggalan kepurbakalaan
di Jawa yaitu :
-
Ukiran padas masjid kuno di Mantingan Jepara.
-
Menara masjid di Pecinan Banten.
-
Kontruksi pintu makam Sunan Giri di Gresik.
B. Proses Islamisasi di Nusantara
Menurut Hasan Muarif
Ambary ada tiga tahap proses islamisasi di Nusantara yaitu :
1. Fase kehadiran para pedagang muslim (abad ke 1
sampai abad ke 4 H). Sejak permulaan abad Masehi kapal – kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah Asia
Tenggara.
2. Fase terbentuknya kerajaan Islam ( 13 – 16 M).
Pada fase ini ditandai dengan munculnya pusat – pusat kerajaan Islam.
3. Fase pelembagaan Islam. Agama Islam yang
berpusat di Pasai tersebar luas ke Aceh di Pesisir Sumatra, Semenanjung Malaka,
Demak, Gresik, Banjarmasin, dan Lombok.
Disamping Hasan Muarif
Ambary, Azyumardi Azra membagi secara kasar penetrasi Islam ke Asia Tenggara,
termasuk Indonesia, menjadi tiga :
1. Pemegang peranan penting dalam tahap ini
adalah para pedagang dan ulama yang sekaligus guru- guru tarekatnya dan santri
– santrinya. Corak islam tahap ini banyak diwarnai dengan aspek tasawuf dan
mistik dengan latar belakang masyarakat setempat yang banyak dipengaruhi oleh
asketisme Hindu – Budha dan sinkretisme kepercayaan lokal.
2. Kedatangan kolonialisme Belanda di Indonesia,
Inggris di Semenanjung Malaya, dan Spanyol di Filiphina sampai awal abad ke
19M.
3. Adanya kebijakan kolonial Belanda tentang
“liberalisasi’, terutama di Indonesia sampai sekarang. [10]
Sebagian ahli berpendapat
bahwa para pedagang muslim yang datang kesana memperkenalkan Islam untuk
mendapatkan keunggulan ekonomi dan politik dikalangan masyarakat pribumi.
Sebagian beranggapan bahwa kehadiran kolonialis yang merangsang terjadinya
proses islamisasi dan intensifikasi di kawasan ini. Jadi dalam pendapat ini
dikemukakan bahwa unsur tasawuflah yang memegang peranan utama dalam proses
islamisasi di Nusantara. Pires dan Simon berpendapat bahwa sifat Islam yang
sederhana, sehingga mudah di terima yang menjadi faktor utama dalam proses
islamisasi di Nusantara. [11]
C. Kerajaan – Kerajaan Islam di Nusantara
1. Kerajaan Islam di Sumatera
:
·
Kerajaan Perlak
Peureulak adalah nama
suatu daerah di wilayah Aceh Timur yang banyak ditumbuhi Kayei Peureulak atau
Kayu Perlak. Kayu ini sangat bagus sebagai bahan pembuatan kapal, sehingga
banyak orang luar datang untuk membeli kayu tersebut. Seiring dengan berjalannya
waktu di daerah ini terbentuk dan berkembang masyarakat Islam terutama sebagai
akibat perkawinan diantara saudagar – saudagar muslim dengan perempuan –
perempuan anak negeri. Perkawinan ini menyebabkan lahirnya keturunan –
keturunan muslim dari percampuran darah antara Arab,Persi dengan puteri –
puteri Perlak. Hal inilah yang kemudian menyebabkan berdirinya kerajaan Islam
Perlak yang pertama pada hari Selasa 1 Muharram tahun 225 H/840 M dengan
rajanya Syed Maulana Abdul Azia Shah yang terkenal dengan gelar Sultan Alaiddin
Syed Maulana Abdul Azis Shah.[12]
Adapun para sultan yang memimpin Kerajaan Perlak adalah :
1. Sultan Alaiddin Syed
Maulana Abdul Azis Shah ( 225 H – 249 H/840 – 864 M)
2. Sultan Alaiddin Syed
Maulana Abdul Rahim Shah ( 249 – 285 H / 864 – 888 M)
3. Sultan Alaiddin Syed
Maulana Abbas Shah ( 285 – 300 H/ 888 – 913 M).
Masa pemerintahan ketiga
sultan ini disebut sebagai pemerintahan Dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah.
·
Samudera Pasai
Samudera pasai disebut –
sebut Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Keberadaan kerajaan ini didukung
oleh adanya bukti batu nisan kubur yang menunjukan Raja pertama adalah Al-
Malik al- Saleh yang wafat pada bulan Ramadhan 696 H atau sekitar 1297 M.
Menurut E. Gerini dalam Researches on
Ptolemy’s of Eastern Asia,bahwa Samudera didirikan pada kira – kira 1270
dan Islam masuk kesana antara tahun 1270 – 1275 M. Disamping itu ia juga
mengabarkan kesalehan, kerendahan hati, dan semangat keagamaan raja dan
rakyatnya serta madzhab yang diikuti yakni madzhab syafi’i. Selain itu Samudera
Pasai juga menjadi pusat studi agama Islam dan tempat betkumpulnya para ulama
dari berbagai negeri untuk membicarakan masalah keagamaan dan keduniaan. Adapun nama – nama raja yang menggantikan
Malik al – Saleh dalam memerintah Kerajaan Islam Samudera Pasai yaitu :
1. Muhammad Malik Al- Zahir (
1297 – 1326 M)
2. Muhammad Malik Al- Zahir (
1326 – 1345 M)
3. Ahmad Malik Al- Zahir (
1345 – 1383M )
4. Zainal Abidin Malik Al-
Zahir ( 1383 – 1405 M)
5. Nahrasiyah ( 1405 – tidak
diketahui )
6. Abu Zaid Malik Al-Zahir ( tidak
diketahui – 1455 M)
7. Mahmud Malik Al- Azhir (
1455 – 1477M)
8. Zainal Abidin ( 1477 –
1500 M)
9. Abdullah Malik Al- Zahir (
1501 – 1513M)
10. Zainal Abidin ( 1513 –
1524 M).
Pada masa sultan terakhir
ini tahun 1521 M Samudera Pasai dikuasai oleh Portugis selama tiga tahun. Tahun
1524 penguasaan atas Samudera Pasai digantikan Kerajaan Aceh Darussalam.
·
Kerajaan Malaka
Hubungan pelayaran dan
perdagangan yang dilakukan oleh orang – orang muslim melalui selat Malaka makin
lama semakin kuat sampai pada masa awal abad ke 13 M sehingga terbentuklah
perkampungan Islam di Pesisir Samudera. Sebagai akibat hubungan lalu lintas
melalui selat Malaka dengan Samudera Pasai sebagai salah satu tempat
persinggahan para pedagang maka sampailah Islam ke bagian Semenanjung Melayu yaitu
ke Trengganu.[13]
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud, tepatnya bulan Agustus tahun 1511 M,
Malaka jatuh ke tangan kekuasaan Portugis. Sultan Mahmud beserta istri dan
anaknya mengungsi ke Pahang yang kemudian tinggal di Muar Pulau Bintan. Dari
sini Sultan terus berusaha melakukan serangan terus menerus ke Malaka, namun
selalu gagal. Pada Oktober 1512 serangan terhadap Bintan dilancarkan Portugis
dengan dipimpin oleh Alburqueque dan mengalami kekalahan. Serangan selanjutnya
dilakukan Portugis pada 1523 dipimpin Henriquez dan 1524 dipimpin de Souza,
keduanya juga mengalami kegagalan.[14]
Pada tahun 1525 Bintan berhasil dikuasai oleh Portugis setelah bersekutu dengan
Lingga dan Sultan Mahmud Mengungsi ke Johor. Atas usaha puternya Kerajaan
Melayu berhasil dilanjutkan dengan berpusat di Johor. Sebagai Sultan Johor
pertama ia memakai gelar Sultan Alaudin Riayat Syah II ( 1528 – 1564M). Pada
masa pemeritahan Sultan Ibrahim (1677-1685M) pusat kerajaan dipindahkan ke
Bintan, tepatnya pada tahun 1678M.
·
Kerajaan Aceh Darussalam
Menurut de Graaf Aceh
Darussalam merupakan gabungan dari dua kerajaan kecil yaitu kerajaan Lamri yang
sangat kuno dengan Aceh al – Kamal .
Kesatuan dua kerajaan itu membawa kehidupan yang berkembang dan makmur,
apalagi setelah Malaka dikuasai oleh Portugis.
Adapun raja pertamanya
adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514 – 1530 M). Pada masa pemerintahannya sultan telah dua
kali mengadakan penyerangan terhadap Malaka tahun 1547 dan 1568 M. Sultan juga
sangat memperhatikan pengembangan agama Islam diantaranya dengan jalan
mendatangkan ulama – ulama dari India, Persia, mengirim para dai ke ke
pedalaman Sumatera, mendirikan pusat Islam di Ulakan, dan menyebarkan Islam ke
Minangkabau dan Indrapura. Ia wafat pada tanggal 28 September 1571
Sepeninggal Sultan al –
Qahhar, untuk beberapa lama kesultanan Aceh mengalami kemelut yang disebabkan
perebutan kekuasaan diantara pewaris kekuasaan. Kesultanan Aceh mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ( 1607 – 1636 M) yang
setelah wafat mendapat gelar Marhum
Makuta Alam. Untuk melanjutkan pemerintahan Aceh Sultan Iskandar Muda
digantikan oleh Iskandar Tsani menantunya ( 1636 – 1641 M). [15]
Pada masa awal kepemimpinannya kegemilangan Aceh mulai menurun baik dalam
bidang politik, ekonomi, maupun militer. Hal ini disebabkan ketidaksenangan
sebagian orang atas kepemimpinan wanita dan meningkatnya kekuasaan para
ulebalang. Sebagai seorang Ratu, ia sangat perhatian terhadap pengembangan
pendidikan Islam dan mengirim kitab – kitab karangan ulama Aceh dan Al Quran
kepada raja Ternate, Tidore, dan Bacan di Maluku beserta para guru agama dan
mubaligh.
2. Kerajaan Islam di Jawa
·
Kerajaan Demak ( 1500 –
1550 )
Pendiri kerajaan Demak
ialah Raden Patah. Adapun nama Patah merupakan perubahan dari kata Arab Fattah
yang berati pembuka.[16]
Nama sebelumnya adalah Pangeran Jinbun, tatkala dia memperdalam agama Islam
kepada Sunan Ampel, dan Raden Rahmat, dia pun memperoleh gelar Fattah.[17]
Raden patah terang – terangan memutuskan segala ikatannya dengan Majapahit yang
sudah tidak berdaya lagi. Dengan bantuan daerah – daerah lainnya di Jawa Timur
yang sudah Islam. Kemudian dia memindahkan semua alat upacara kerajaan dan
pusaka – pusaka Majapahit ke Demak, sebagai lambang tetap berlangsungnya
kerajaan kesatuan Majapahit, tetapi dalam bentuk yang baru. Selanjutnya Demak
dijadikan pusat dan benteng agama Islam untuk wilayah Barat dan Giri untuk
wiayah Timur. Akan tetapi, dalam segala hal Demaklah yang menjadi pemimpin
seluruh pesisir dalam usaha menanam kekuatan di Jawa. Sebagai kelengkapan
negara, maka disusunlah angkatan perang. Mereka bukan saja sebagai penjaga dan
pengayom negara, tetapi juga sanggup menjelmakan cita – cita agama Islam. Atas
nasihat Sunan Kudus, Raden Patah membuat siasat :[18]
a. Menghancurkan kekuatan
Portugis, Raden Patah membuat siasat.
b. Membuat pertahanan yang
kuat di Indonesia.
Untuk dapat menghancurkan
Portugis di luar Indonesia, dikerahkan angkatan laut yang berpangkalan di
Jepara yang di pimpin oleh Adipati Unus ( Pangeran Sabrang Lor), putera Raden
Patah.
Tatkala perjuangan melawan
Portugis belum selesai, pada tahun 1518 Raden Patah wafat, dan digantikan oleh
puteranya Adipati Unus , namun hanya memerintah selama tiga tahun. Kemudian
digantikan oleh Sultan Trenggana/Tranggana saudara Adipati Unus yang memerintah
pada tahun 1521 – 1546 . Pada tahun 1568, Keraton Demak dipindah ke Pajang.[19]
·
Kerajaan Pajang ( 1568 –
1618)
Pengesahan Joko Tingkir
sebagai raja pertama Pajang disahkan oleh Sunan Giri dan segera mendapatkan pengakuan
dari adipati – adipati diseluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setelah Joko
Tingkir (Adiwijaya) disahkan menjadi Sultan, tanda kebesaran Demak dipindahkan
ke Pajang.[20]
Selama pemerintahan Jaka Tingkir, kesusasteraan dan kesenian keraton yang sudah
maju peradabannya di Demak dan Jepara, lambat laun dikenal di pedalaman Jawa
Tengah.
Setelah Jaka Tingkir
meninggal dunia pada tahun 1587 , para penggantinya tidak dapat mepertahankan
pemerintahannya. Ahli waris Sultan Pajang ialah tiga orang putra menantu ;
yaitu raja di Tuban, raja di Demak, dan raja di Araos Baya, disamping putranya
sendiri, Pangeran Benawa, yang konon masih sangat muda. Setelah itu,
pemerintahan Pajang banyak dikendalikan oleh orang – orang Mataram. Buktinya,
Senopati Mataram mengangkat Gagak Bening, yang memerintah sampai dengan tahun
1591. Senopati Mataram mengendalikan Pajang sampai dengan tahun 1618. [21]
·
Kerajaan Mataram
Menjelang keruntuhan
pemerintahan Pajang, orang – orang Mataram sudah memainkan peran penting
disana. Setelah Aria Penangsang meninggal pada tahun 1558, orang – orang Sela
menerima daerah Pati dan daerah Mataram sebagai hadiah bagi jasa yang telah
mereka berikan. Dari peristiwa itu pula di Pajang muncul nama Kiai Ageng
Pamanahan dan Senopati. Kiai Ageng Pamanahan yang lebih dikenal dengan nama
Kiai Gede Mataram, sebagai perintis Kerajaan Mataram. Dialah yang dalam waktu
singkat menjadikan daerahnya sangat maju. Dia sendiri tidak sempat menikmati
usahanya, karena dia meninggal pada tahun 1575. Akan tetapi, anaknya yang
bernama Sutawijaya yang dikenal Senopati melanjutkan usahanya dengan giat.
Selanjutnya pada tahun 1586 dia mengangkat dirinya sebagai raja Mataram.
Setelah Senopati wafat,
pada tahun 1601 dia digantikan oleh puteranya, Mas Jolang ( Pangeran Seda ing
Krapyak)yang hanya sempat mempertahankan daerah – daerah tersebut
selaluberontak. Dia memerintah dari tahun 1613 – 1645. Kemudian berlangsung
pengangkatan raja baru yang memakai nama Sultan
Agung, Senopati ing Alaga, Ngabdur – Rachman. Jika para pendahulunya
mengambil ibu kotanya di Kotagede, maka Sultan Agung mengambil ibu kotanya di
Kerta/Karta.[22]
Setelah Sultan Agung wafat pada tahun 1645, para penggantinya lemah – lemah ,
kejam, dan mengadakan perjanjian dengan Belanda sehingga memberi peluang kepada
Belanda untuk berkoloni di Nusantara. Dalam pertengahan pertama abad XVII,
Mataram sampai tiga kali mengalami peperangan perubahan tahta. Hal itu
mengakibatkan terpecahnya kerajan yang sudah sangat sempit.
·
Kerajaan Cirebon
Pendiri Kerajaan Cirebon
adalah Sunan Gunungjati.[23]
Ia bernama Nurullah, kemudian terkenal dengan sebutan Syaikh Molana. Meskipun
sebagai penguasa di Cirebon, tidak ada kepastian bahwa dia membangun keraton
besar disana. Hanya saja, dia menyuruh membuat masjid yang besar atau
memperluas tempat peribadatan disana dengan gaya yang sama seperti Masjid Suci
Demak. Sampai meninggalnya pada tahun 1570, Kerajaan Pakuwan belum juga dapat
ditaklukan. Kerajaan Pakuwan baru saja dapat ditaklukan setelah Cirebon
dipimpin oleh Putera Sunan Gunung Jati, Pangeran Ratu. [24]
Keraton – keraton para keturunan Sunan Gunung Jati di kota Cirebon masing –
masing tetap dipertahankan di bawah kekuasaan dan dengan tunjangan uang dari
pemerintah Hindia Belanda hingga abad XX. [25]
·
Kerajaan Banten
Sejak sebelum zaman Islam,
di bawah kekuasaan raja Sunda, Banten sudah menjadi kota yang agak berarti.
Pada tahun 1524/1525 Nurullah dari Pasai, yang kelak menjadi Sunan Gunung Jati,
telah berlayar ke Demak ke Banten. Menurut cerita Jawa – Banten setelah sampai
di Banten dia berhasil menyingkirkan Bupati Sunda, dengan bantuan untuk
mengambil kekuasaanya disitu. Kira – kira pada tahun 1527 di bawah pimpinan
Hasanudin- tokoh kedua dan dianggap sebagai pendiri Banten- menduduki kota
pelabuhan Sunda Kelapa. Hasanudin yang dianggap sebagai pendiri keturunan
Sultan – Sultan Banten , kawin dengan puteri Demak, anak Sultan Trenggana, pada
tahun 1552. Diperkirakan Hasanudin meninggal pada tahun 1570.[26]
Dan digantikan oleh puteranya Yusuf atau lebih dikenal dengan Maulana Yusuf.
Pada tahun 1579, Yusuf dapat menaklukan Kerajaan Pakuwan. Setelah Maulana Yusuf
meninggal pada tahun 1580, Maulana Muhammad (adiknya), belum dewasa sehingga
Pangeran Jepara merasa berhak menduduki tahta. Maulana Muhammad yang masih muda
itu meninggal di usia 25 tahun pada tahun 1596. Graaf mengatakan, penggantinya,
Abdul Kadir masih berusia beberapa bulan. Selama tahun – tahun terakhirabad XVI
dan dasawarsa pertama abad XVII, Banten diperintah oleh anggota kerajaan
yang lebih tua, sebagai walinya.
Ternyata soal perwalian menjadi perebutan dan perselisihan. Keadaan itu mereda
setelah tampilnya orang kuat yaitu, Pangeran Rana Menggala.
3. Kerajaan Islam Yang
Berpusat di Maluku
·
Kesultanan Ternate
Ternate merupakan sebuah
kerajaan yang dipimpin momole.[27]
Raja Ternate yang dianggap benar – benar memeluk Islam adalah Zainal Abidin.
Dalam menuntut ilmu agama ia tidak hanya mencukupkan perlawatannya ke Jawa
(Giri) saja tetapi melanjutkannya ke Malaka.
Pada masa Sultan Baabullah
(1570 – 1583) kerajaan Ternate mengalami kemajuan luar biasa, berkat
keterampilan politiknya. Pada tahun 1580 sultan mengadakan ekspedisi terakhir
sehingga hampir seluruh daerah Maluku berada dibawah naungannya. Menurut
catatan resmi dari kalangan istana Sultan Ternate sampai tahun 1930, silsilah
Sultan Ternate berjumlah 46 orang sultan, dengan Sultan Iskandar Muhammad Jabir
Syah sebagai sultan yang terakhir.
·
Kesultanan Tidore
Islam masuk ke daerah
Maluku secara resmi pada abad ke 15. Kerajaan Tidore merupakan salah satu dari
kerajaan – kerajaan yang ada di Maluku yang sebelum masuk Islam secara
turun-temurun raja – rajanya menganut aliran animisme yang dikenal dengan agama
Syamman yaitu pemujaan terhada roh – roh leluhur nenek moyang mereka.[28]
Yang pernah memimpin Kesultanan Tidore yaitu :
a. Syahadati alias Muhammad
Bakil
b. Rosamawe
c. Suhu
d. Balibunga
e. Duko Madoya
f. Koyo Matiti
g. Seli
h. Matagana
i.
Cirililiyati
Sultan Cirililiyati inilah
yang mula- mula menerima agama Islam. Ia menerima Islam dari seorang alim yang
berasal dari Tanah Arab yang bernama Syeh Mansur. Setelah masuk Islam sultan
ini berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin. Sultan Mansur inilah yang menerima
kedatangan Spanyol pada tahun 1521. Kehadiran bangsa Spanyol di Tidore diprotes
oleh Portugis karena melanggar perjanjian Tordesillas pada tahun 1494.
·
Kesultanan Jailolo dan
Bacan
Sultan pertama di Jailolo
bernama Darajati, kedua Fataruba, ketiga Tarakabun, keempat Nyiru, kelima
Yusuf, keenam Dias, ketujuh Bantari, kedelapan Sagi dan yang kesembilan bernama
Sultan Hasanudin. Kesultanan Bacan maupun Jailolo keduanya tidak bisa
memperluas daerah pengaruhnya. Kerajaan Bacan tetap berpusat di Pulau Bacan dan
sekitarnya sedangkan kesultanan Jailolo di Pulau Halmahera, kemudian masuk ke
dalam kekuasaan Ternate dan Tidore.
4. Kerajaan Islam Yang
berpusat di Makasar
·
Kerajaan Makasar
Munculnya Kerajaan Makasar
tidaklah terlepas dari keberadaan kerajaan Gowa dan Tallo. Hal ini dikarenakan
Kerajaan Makasar terbentuk dari gabungan dua kerajaan tersebut yaitu Gowa dan
Tallo. Mereka bergabung menjadi satu untuk memilih seorang pemimpin yang dalam
hal ini mempunyai tugas untuk mengatur hubungan antar komunitas. Bersatunya
kedua kerajaan tersebut bersamaan pula dengan proses penyebaran agama Islam di
Sulawesi Selatan. Islam mulai memasuki Kerajaan Makasar setelah kerajaan itu
kedatangan ulama dari Sumatra yang bernama Datu’ Ri Bandang dan Datu’ Sulaeman.
Setelah kedatangan para ulama itu kemudian Kerajaan Makasar memperoleh sebutan
kesultanan.
Beberapa peninggalan
Kerajaan Makasar :
a. Batu nisan Sultan
Hasanudin
b. Istana Raja Gowa
·
Kerajaan Buton
Berdasarkan sumber lisan
yang dituturkan oleh masyarakat Buton bahwa munculnya Kerajaan Buton diawali
dengan datangnya dua rombongan imigran yang berasal dari Melayu Johor ke Buton
pada abad ke 13 dan awal abad ke 14.
Belum banyak ditemukan data, peninggalan apa saja yang dihasilkan pada
masa pemerintahan di Kerajaan Buton. Namun yang jelas Sultan Buton ke 29 yaitu
Sultan Muh. Idrus telah menghasilkan karya – karya tulis baik yang berbahasa
Buton dan berbahasa Arab. Adapun jenis karya yang dilahirkan adalah berupa
syair berbahasa Buton mengenai kehidupan rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Nuha. 2006, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia,
Yogyakarta : Pustaka
[1] Azyumardi Azra,Islam Nusantara:Jaringan Global dan Lokal(Bandung:Mizan,2002),
hlm. 20-21
[2] Ibid., hlm. 24 .
[3] Ibid.
[4] Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah : Wacana Pergerakan Islam di Indonesia ( Bandung:
Mizan, 1996), hlm.75.
[5] Azra,Islam Nusantara,hlm.25.
[6] Hamka, “ Madzhab Syafi’i
di Indonesia”,Gema Islam,VII,I,Mei
1962, hlm.16.
[7] P.A.Hoesein
Djajadiningrat,”Islam di Indonesia”, dalam
Kenneth Morgan,ed,Islam Djalan Mutlak,terj. Abu Salamah,dkk.
(Jakarta:PT.Pembangunan,1963), hlm. 99-140
[8] Suryanegara,Menemukan Sejarah,hlm.90-92.
[9] Sumanto Alqurtuby,Arus Cina-Islam-Jawa(Yogyakarta:Inspeal
Ahimsakarya Press dengan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Jakarta, 2003),
hlm.215.
[10] Ibid.,hlm.34.
[11] Ibid,. Hlm. 37-39.
[12] Wan Hussein Azmi, Islam di Aceh Masuk dan Berkembangnya Hingga Abad XVI” dalam A. Hasymy,Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia ( T.t : PT. Al Ma’arif, 1993),
hlm.195.
[13] Uka Tjandrasasmita
(Editor),Sejarah Nasional Indonesia III,(Jakarata:PN
Balai Pustaka, 1984), hlm. 114.
[14] P.A. Tiele, “ De Europeersin den Maleischen Archipel”,BKI,
25 (1877), hlm. 387.
[15] Iskandar Tsani adalah
Raja sulung anak dari Sultan Ahmad Syah. Lihat Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900 dari Emporium Sampai Imperium,Jilid.
1., hlm. 82.
[16] Lauwis Ma’luf, al – Munjid fil – Laughah wal – A’lam (
Beirut : Darul- Masyriq, 1975), hlm. 567
[17] Hamka,Sejarah Ummat Islam, Jilid IV, cetakan kedua
( Jakarta : Bulan Bintang, 1974), hlm. 148-149
[18] R. Moh. Ali,Perjuangan Foodal,cetakan kedua ( Bandung & Jakarta : Ganaco,
1963), hlm. 87
[19] R. Soekmono,Pengantar,hlm.54.
[20]R. Moh Ali, Perjuangan,
hlm.90.
[21] Ibid.,hlm.274.
[22] Ibid.,hlm.111
[23] Sartono,Pengantar, hlm. 32
[24] Rijkorvorsel.Kitab,hlm.42
[25] Ibid.
[26] Ibid.,hlm. 151 – 152
[27] B. Selarto, Sekelumit
Monografi Daerah Ternate, 16.
[28] Hamka,Sejarah Umat Islam IV, 214.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar