TAFSIR TARBAWI: BAKTI PADA ORANG TUA
"PATUHI ORANG TUA PASRAH PADA TUHAN"
Milka Ayu Kamala
Kelas G
JURUSAN TARBIYAH/ PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2016
Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Tafsir Tarbawi II yang berjudul Patuhi Orang Tua Pasrah pada Tuhan
Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bpk Ghufron Dimyati selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.
Pekalongan, 28 Februari 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Birul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah hal yang diperintahkan dalam agama. Oleh karena itu bagi seseorang muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun juga memenuhi norma agama, atau dengan kata lain dalam rangka menaati perintah Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari sekedar berbuat baik kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai tambah yang semakin “melijitkan” makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah “bakti”. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Orang tua kita adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan merasakan “budi baik” seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara baik, ketimbang ornag lain. Ada beragam cara yang bisa dilakukan seorang muslim, untuk buatan baik kepada orang tuanya secara optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
PATUHI ORANG TUA PASRAH KEPADA TUHAN
A. Pengertian Patuh terhadap Orang Tua (Birr al-Walidain )
Birr berasal dari kata bahasa Arab yang berarti taat dengan mempergaulinya secara baik atas dasar cinta dan kasih sayang. Menurut Imam Nawawi birr al-walidain itu adalah berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepadanya serta melakukan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia serta berbuat baik kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya.
Al-Imam adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birr al-walidain itu hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajibannya yaitu: pertama, menaati segala perintah orang tua kecuali dalam maksiat. Kedua, menjaga amanah hartayang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua. Ketiga, membantu atau menolong orang tua apabila mereka membutuhkan.
B. Surat ash-Shaffat ayat 100-102
رَبِّ ó=yd ’Í< z`ÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$# ÇÊÉÉÈ çm»tRö¤±t6sù AO»n=äóÎ/ 5OŠÎ=ym ÇÊÉÊÈ $¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þ’ÎoTÎ) 3“u‘r& ’Îû ÏQ$uZyJø9$# þ’ÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2”ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þ’ÎT߉ÉftFy™ bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ
Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka, kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah apa pendapatmu? ‘Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insa Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”(ash-Shaffat, 37: 100-102)
C. Penjelasan QS. ash-Shaffat ayat 100-102
Allah memenuhi doa hamba-Nya yang saleh dan tulus, yang meninggalkan segala sesuatu di belakangnya, untuk kemudian datang kepada-Nya dengan hati yang suci. Dia adalah Ismail a.s., seperti yang diperkuat oleh konteks sejarah dan surah. Kita akan melihat tanda-tanda kesabarannya yang dikatakan oleh rabnya itu, ketika anak itu masih kanak-kanak. Di sini dapat membayangkan kegembiraan Ibrahim yang sendirian, sedang hijrah dan terputus hubungannya dengan keluarga dan kerabatnya. Kita dapat membayangkan kegembiraannya dengan anak ini, yang dikatakan oleh Rabbnya sebagai anak yang amat sabar.
Ya Allah alangkah indahnya keimanan, ketaatan, dan penyerahan diri ini. Ini adalah Ibrahim yang sudah tua. Yang terputus dari keluarganya dan kerabatnya. Yang berhijrah di negeri dan tanah airnya. Saat ini ia diberikan rezeki seorang anak ketika ia sudah berusia tua. Dia telah lama ingin mempunyai anak. Dan ketika ia mendapatkan anak, ia mendapatkan seorang anak istimewa yang dikatakan oleh Rabbnya sebagai seorang yang amat sabar.
Kemudian ia bermimpi bahwa dalam tidurnya dia menyembelih anaknya itu. Dia pun menyadari bahwa itu adalah isyarat dari Rabbnya untuk mengurbankan anaknya itu. Maka, apa tindakannya? Dia tidak ragu-ragu, dan yang ada padanya hanya berserah diri. Benar, ini adalah isyarat baginya. Dan tanpa bertanya kepada Rabbnya. misalnya mengapa ya Rabb saya harus menyembelih anak saya yang satu-satunya ini? Namun Ibrahim memenuhi isyarat itu tanpa beban, tidak terguncang juga tidak mengalami kekacauan. Yang ada hanyalah penerimaan, keridhaan, kedamaian dan ketenangan. Hal itu tampak dalam kata-katanya kepada anaknya, ketika ia menyampaikan masalah yang besar itu dalam ketengan dan kedamaian yang menakjubkan.
“Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu?’….”
Ini adalah kata-kata seorang yang mengusai sarafnya, yang yakni terhadap perkara yang ia hadapi, dan dengan penuh percaya diri akan menjalankan kewjibannya.
“Ia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”’
Ia menerima perintah tidak hanya dalam keadaan taat dan dan menyerahkan dirinya saja, namun juga dengan keridhaan dan keyakinan.
“Hai bapakku” dalam suara yang penuh cinta dan kedekatan. Penyembelihan dirinya itu tak membuatnya terkejut, takut, atau kehilangan akhlak dan kasih sayangnya.
“Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepdamu” dan ia merasakan apa yang dirasakan sebelumnya oleh hati ayahnya. Ia merasakan bahwa mimpi itu adalah isyarat. Isyarat itu adalah perintah. Dan, itu cukup untuk dituruti dan dijalankan tanpa banyak cakap, ditunda-tunda atau ragu-ragu. Kemudian ungkapannya itu merupakan bentuk akhlak bersama Allah, serta mengetahui batas-batas kemampuannya dalam menanggung perintah, dan meminta pertolongan kepada Rabbnya dari kelemahannya. Juga menisbahkan keutamaan itu kepada-Nya yang membantunya untuk berkurban, dan membantunya untuk taat.
“Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Alangkah indahnya akhlaknya terhadap Allah. Alangkah indahnya keimanannya. Alangkah mulianya ketaatannya. Dan alangkah agungnya penyerahan dirinya.
D. Aspek Tarbawi
1. saja apakah yang disembelih, Ismail atau Ishaq, karena keduanya adalah putra dan hasil didikan beliau.
2. Syariat mempersembahkan kurban kepada Allah swt. kendati Mimpi para nabi adalah salah satu cara Tuhan mmeberi informasi kepada nabi, selain du acara lainnya, yaitu mengutus malaikat menyampaikan informasi atau Allah swt. “bersabda” langsung kepada yang dikehendaki-Nya dengan cara yang tidak kita ketahui.
3. Nabi Ibrahim as. menyampaikan mimpi itu kepada anaknya, karena agaknya beliau memahami bahwa perintah tersebut tidak dinyatakan sebagai harus memaksakannya kepada anak. Namun, karena ketaatan sang anak kepada Allah swt. dan kepada ayahnya, maka ia menyatakan kesediaannya.
4. Seseorang hendaknya mengaitkan aktivitasnya dengan Allah swt. baik ketika melakukan, maupun ketika meninggalkan aktivitas itu. Camkanlah ucapan sang anak: “Engkau akan mendapatiku, insya Allah, termasuk para penyabar.” yakni mengaitkan kesabarannya dengan kehendak Allah swt.
5. Kisah penyembelihan itu, anatara lain, bermaksud menunjukkan keutamaan Nabi Ibrahim as. sehingga dari tinjauan ini, sama telah dokenal sejak kedua putra Nabi Adam as. yang mempersembahkan kurban. (Baca: QS. al-Maidah [5]:27), tetapi menjadikan binatang (unta,sapi, dan kambing atau domba) sebagai kurban merupakan pilihan Allah swt. melalui Nabi Ibraim as. dan putranya. Inilah yang dilestarikan oleh syariat Nabi Muhammad saw. yang jarannya sejalan dengan ajaran Nabi Ibrahim as.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Al-Imam adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birr al-walidain itu hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajibannya yaitu: pertama, menaati segala perintah orang tua kecuali dalam maksiat. Kedua, menjaga amanah hartayang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua. Ketiga, membantu atau menolong orang tua apabila mereka membutuhkan
Allah memenuhi doa hamba-Nya yang saleh dan tulus, yang meninggalkan segala sesuatu di belakangnya, untuk kemudian datang kepada-Nya dengan hati yang suci, kata-kata seorang yang mengusai sarafnya, yang yakni terhadap perkara yang ia hadapi, dan dengan penuh percaya diri akan menjalankan kewjibannya. Menerima perintah tidak hanya dalam keadaan taat dan dan menyerahkan dirinya saja, namun juga dengan keridhaan dan keyakinan. Kisah penyembelihan itu, anatara lain, bermaksud menunjukkan keutamaan Nabi Ibrahim as. sehingga dari tinjauan ini, sama telah dikenal sejak kedua putra Nabi Adam as. yang mempersembahkan kurban
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Nasib ar-Rifa’I,Taisiru al Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm. 37
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 9, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), Cet. 1, hlm. 429
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 10, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), Cet. 1, hlm. 13-14
M. Qurasish Shihab, Al-Lubab (Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-Qur’an), (Tangerang: Lentera Hati, 2012), Cet. 1, hlm. 367-368
Juwariyah hadis tarbawi 2010 teras
PROFIL PENULIS
Nama : Milka Ayu Kamala
NIM : 2021114148
Alamat : Dk. Winduaji Barat Ds. Winduaji Kec. Paninggaran Kab.
Pekalongan
TTL : Pekalongan, 25 Maret 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : SD 02 WINDUAJI
Mts Salafiyah Paninggaran
SMA 1 Paninggaran
STAIN Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar