TAFSIR TARBAWI: BAKTI PADA ORANG TUA
"DIALOG MOHON PERTIMBANGAN SUATU MASALAH"
Khimayatus Sholikhah
(2021113062)
KELAS G
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DIALOG MOHON PERTIMBANGAN SUATU MASALAH”. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad Saw, sahabatnya, keluarganya, serta segala umatnya hingga yaumil akhir.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan secara detail. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata kuliah Tafsir Tarbawi II kelas G STAIN Pekalongan.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa referensi mengenai materi tersebut. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 7 Maret 2016
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Yusuf as adalah putera ke-12 dari pasangan Ya'cub bin Ishaq bin Ibrahim dan Rahil binti Laban bin Bitawayil bin Nahur bin Azar. Adik kandung Nabi Yusuf as ialah putera bungsu Nabi Yakub as yang bernama Bunyamin. Ibu Nabi Yusuf as meninggal dunia ketika melahirkan si bungsu, atau sering disebut sebagai "seda kunduran" (masuk surga). Seperti ibunya yang cantik jelita, Nabi Yusuf as sangatlah tampan wajahnya, dan mungkin karena itulah beliau lebih disayang oleh sang ayah yang mengakibatkan kakak-kakaknya cemburu. Ada pula yang mengatakan bahwa beliau amat disayang oleh sang ayah karena kepatuhan dan ketaatan kepada orangtua, serta kebaikan budi pekerti. Cinta sang ayah semakin bertambah ketika Nabi Yusuf as yang waktu kecil menceritakan mimpi bahwa ada: "sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepada dirinya". (QS: Surah Yusuf ayat 4) "(Ingatlah) ketika Nabi Yusuf as berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku (Nabi Yusuf as) bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Setelah mendengar cerita mimpi tersebut, Nabi Yakub as berpesan pada Nabi Yusuf as agar jangan menceritakan mimpi tersebut kepada kakak-kakaknya. Konon takbir mimpi itu adalah sebelas orang kakak Nabi Yusuf as (sebelas bintang) dan kedua orangtua nabi yusuf as (matahari, ayah dan bulan, ibu) akan datang dan memberikan penghormatan kepada nabi yusuf as. Sang ayah menduga kuat bahwa nabi yusuf as akan menjadi Nabi dan Rasul. (QS: Surah Yusuf ayat 5) "Ayah Nabi Yusuf as berkata: 'Hai anakku, janganlah kamu (Nabi Yusuf as) ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu ialah musuh yang nyata bagi manusia.'"
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Maksud dari surat yusuf ayat 4-5?
2. Bagaimana Munasabah dari ayat tersebut?
3. Apa hadits yang berkaitan dengan ayat tersebut?
4. Apa saja Aspek tarbawi dari ayat tersebut?
C. Tujuan penulis
Berdasarkan rumusan masalah diatas penulis akan memaparkan beberapa tujuan penulisan makalah. Adapun tujuan penulisan itu adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui maksud dari ayat 4-5
b. Untuk mengetahui munasabah dari ayat tersebut
c. Untuk mengetahui hadits yang berkaitan dengan ayat tersebut
d. Untuk mengetahui aspek tarbawi dari ayat tersebut.
D. Metode pemecahan masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui metode kajian pustaka, menggunakan beberapa referensi buku dan dari referensi lain yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan tema yang akan dibahas, melakukan perumusan masalah, penentuan tujuan penulisan, serta perumusan masalah dengan mengkaji sumber - sumber yang ada.
E. Sistematika penulisan makalah
Makalah ini ditulis dalam 3 bagian meliputi :
Bab I, pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan makalah;
Bab II, pembahasan;
Bab III, bagian penutup terdiri dari simpulan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Yuusuf Ayat 4-5
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يَاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْ كَبًا وَالشَّمْسَ وَاْلقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِى سَاجِدِيْنَ (4)
قَالَ يَبُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلَىْ اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدَا. اِنَّ الشَّيْطانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّمُّبِيْنٌ (5)
Artinya:
(4). (Ingatlah), ketika yusuf berkata kepada ayahnya,: wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku.
(5). Ayahnya berkata: “Hai Anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakanmu), sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Penjelasan:
Maksud dari ayat 4, yaitu: Bahwa Allah Swt tidak memulai kisah ini dengan menceritakan bahwa ayah nabi yusuf As, yaitu nabi ya’qub as, mempunyai dua belas orang anak dari empat orang istri. Salah satu istrinya melahirkan dua orang anak, yusuf dan saudara kandungnya yang bernama Benyamin. Allah Swt tidak mengisahkan itu, karena tujuan utamanya adalah peristiwa yang terjadi pada yusuf dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah hidupnya.
Pada suatu malam, seorang anak atau remaja bermimpi-tidak jelas berapa usianya ketika ia bermimpi. Mimpinya sungguh aneh. Karena itu, dia segera menyampaikannya kepada ayahnya. Cobalah renungkan sejenak perintah ayat ini kepada siapapun agar dapat menarik pelajaran, yaitu ketika yusuf putra nabi ya’qub as, berkata kepada ayahnya, “wahai ayahku, sesungguhnya aku telah bermimpi melihat sebelas bintang yang sangat jelas cahayanya serta matahari dan bulan telah kulihat semuanya bersama-sama mengarah kepadaku, tidak ada selain aku dan semua mereka benda-benda langit itu dalam keadaan sujud kepadaku seorang. Demikian yusuf menceritakan mimpinya kepada ayahnya.
Rupanya, tulis muhammad al-ghazali dalam bukunya Nahwa tafsir Maudhu’iy li suwar al-qur’an al-karim, sewaktu kecilnya yusuf merasa bahwa dia mempunyai peranan yang disiapkan Allah Swt. Memimpin masyarakat di arena kemuliaan dan kebenaran. Memang dia adalah yang terkecil (selain benyamin, adiknya) dari saudara-saudaranya, tetapi perangai kakak-kakaknya tidak menampakkan sesuatu yang istimewa, tidak juga memancarkan kebajikan. Dia justru lebih dekat kepada ayahnya dari pada kakak-kakaknya itu. agaknya, ketika itu hatinya berbisik, siapa tahu, warisan kenabian jatuh padanya. Ayahnya, ya’qub as, telah mewarisinya dari kakeknya ishaq as, dan ishaq as mewarisinya dari ayah kakeknya itu ibrahim as, siapa tahu dia merupakan salah satu dari mata rantai itu.
Benar juga dugaan yusuf, Allah swt, menyampaikan isyarat berupa berita gembira kepadanya yang mendukung kebenaran bisikan hatinya melalui mimpi yang diceritakannya itu.
Sungguh apa yang disampaikannya itu adalah suatu hal yang sangat besar, apalagi bagi seorang anak yang sejak kecil hatinya diliputi oleh kesucian dan kasih sayang ayah, kasih sayang ayahnya disambut pula dengan penghormatan kepada beliau. Lihatlah bagaimana dia memanggil ayahnya dengan panggilan yang mengesankan kejauhan dan ketinggian kedudukan sang ayah dengan memulai memanggilnya dengan kata (يا) ya/ wahai. Lalu dengan kata ( ابت ) abati/ ayahku dia menggambarkan kedekatannya kepada beliau. Kedekatannya kepada ayahnya diakui oleh ayat ini, sehingga bukan nama ayahnya yang disebut oleh ayat ini, tetapi kedudukannya sebagai orang tua. Ayat ini tidak berkata ingatlah ketika yusuf berkata kepada ya’qub, tetapi ketika yusuf berkata kepada ayahnya, demikian Thabathaba’I melukiskan kedekatan itu.
Kesan tentang besarnya pengaruh mimpi itu pada jiwa yusuf, dan anehnya mimpi itu terasa baginya, dilukiskannya secara sadar atau tidak, dengan menyebut sebanyak dua kali dalam penyampaiannya ini bahwa dia melihat. Demikian al-biqa’I boleh jadi juga penyebutan dua kali “aku melihat” untuk mengisyaratkan bahwa dalam mimpinya itu dia melihat dahulu benda-benda langit itu masing-masing berdiri sendiri, kemudian setelah itu melihatnya lagi bersama-sama sujud atas perintah Allah Swt. Kepadanya (yusuf as). Demikian, yang dilihatnya melalui mimpi bukan tanggung-tanggung. Silahkan anda membayangkan matahari, bulan dan sebelas bintang semua sujud kepada seorang manusia, anak kecil pula, dan hanya kepadanya saja sebagaimana dipahami dari pernyataannya mendahulukan kata (لي) li/ kepadaku sebelum melukiskan keadaan benda-benda alam itu sujud. Bayangkan juga bagaimana benda-benda langit itu digambarkan sebagai makhluk-makhluk berakal. Bukankah Nabi yusuf as, dalam penyampaiannya kepada ayahnya menggunakan patron kata sajidin/ dalam keadaan mereka sujud yang tidak digunakan kecuali untuk menunjukan yang berakal? Ini mengisyaratkan betapa besar kedudukan Nabi Yusuf as, di sisi Allah Swt.
Maksud dari ayat 5, yaitu: Nabi ya’qub as, sebagai seorang nabi, memahami dan merasakan bahwa ada suatu anugerah besar yang akan diperoleh anaknya. Itulah pemahaman beliau tentang mimpi ini. Beliau juga menyadari bahwa saudara-saudara yusuf yang tidak sekandung selama ini selalu cemburu kepadanya. Memang sang ayah mencintainya dan memberi perhatian lebih kepadanya, karena dia anak yang masih kecil, lagi amat tampan dan sangat membutuhkan kasih saying, karena ibunya meninggal ketika melahirkan adiknya, benyamin. Belum lagi pembawaan anak ini yang sungguh mengesankan.
Mimpi itu jika diketahui oleh saudara-saudaranya pasti akan lebih menyuburkan kecemburuan mereka. Karena itu sang ayah memintanya agar merahasiakan mimpinya. Larangan ini menjadi lebih penting lagi karena mimpi hendaknya tidak disampaikan kecuali kepada yang mengerti, dan yang dapat memberi bimbingan tentang maknanya.
Dengan penuh kasih, dia yakni sang ayah berkata: “wahai anakku sayang, janganlah engkau ceritakan mimpimu ini kepada saudara-saudaramu, karena jika mereka mengetahui mereka akan membuat tipu daya, yakni gangguan terhadapmu, tipu daya besar yang tidak dapat engkau elakkan.”
Demikian Nabi ya’qub as, sangat yakin dengan kecemburuan kakak-kakak nabi yusuf as. Perhatikanlah bagaimana beliau tidak berkata:” Aku khawatir mereka mereka membuat tipu daya,” tetapi langsung menyatakan: “mereka akan membuat tipu daya”, itupun dengan menekankan sekali lagi tipu daya besar. Di sisi lain, rupanya Nabi ya’qub as. Yakin sepenuhnya tentang kebaikan hati, ketulusan dan kelapangan dada anaknya, yusuf as. Karena itu, beliau menyampaikan hal tersebut dan yakin bahwa ini tidak akan merperkeruh hubungan persaudaraan mereka.
Selanjutnya sang ayah berkata kepada anaknya, “Anakku, jangan heran bila mereka menganggumu, walau mereka saudara-saudaramu. Kalaupun sekarang mereka tidak mendengkimu, maka bisa saja kedengkian itu muncul, karena mimpimu memang sangat berarti. Apalagi mereka dapat tergoda oleh setan dan sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia sehingga ia tidak segan-segan menanamkan permusuhan, walau antara saudara terhadap saudaranya sendiri. Demikian, sang ayah menyebut alasan sehingga yusuf as, dapat memahami sikap kakak-kakaknya bila terasa olehnya kesenjangan hubungan.
Kata (بنيّ) Bunayya adalah bentuk Tashghir/ perkecilan dari kata (ابني) ibni/ anakku. Bentuk itu antara lain digunakan untuk menggambarkan kasih sayang, karena kasih sayang biasanya tercurah kepada anak, apalagi yang masih kecil. Kesalahan-kesalahannya pun ditoleransi, paling tidak atas dasar ia dinilai masih kecil. Perkecilan itu digunakan untuk menggambarkan kemesraan seperti antara lain ketika nabi Muhammad Saw, menggelar salah seorang sahabat beliau dengan nama abu hurairah . kata (هريرة) hurairah adalah bentuk perkecilan dari kata (هرّة) hirrah, yakni kucing, karena ketika itu yang bersangkutan sedang bermain dengan seekor kucing.
B. Munasabah
Mimpi Nabi Yusuf A.s (Ayat 4-5):
Pada ayat yang lalu, Allah menerangkan bahwa dia akan menceritakan kepada nabi Muhammad Saw suatu kisah yang paling baik dan paling indah pemaparannya yang dapat dijadikan contoh teladan dan sebagai penghibur dan penggembira hatinya, agar ia tetap tabah dan sabar dalam menegakkan kebenaran. Pada ayat berikut ini, Allah memulai kisah itu dengan mimpi yusuf dan ta’bir mimpi itu yang dijelaskan oleh ayahnya sendiri ya’qub.
C. Hadits yang berkaitan dengan ayat
Ayat 5: dari utsman bin Affan ra, ia berkata: “Aku pernah mengharapkan dapat bertanya kepada Rasulullah Saw: Apa yang dapat menyelamatkan kita dari tipu daya setan?, namun abu bakar menyela: “ Aku pernah menanyakan hal itu, lalu Rasulullah Saw, bersabda: “sesuatu yang dapat menyelamatkan kalian adalah kalimat yang aku perintahkan pamanku untuk mengatakannya, namun ia enggan mengucapkannya.” (HR. Ahmad).
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “ Setan akan menghampiri dan berkata:” siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan ini?” sampai akhirnya dia berkata: “ siapa yang menciptakan tuhanmu?, apabila ia sampai menanyakan itu mohonlah perlindungan kepada Allah dan berhentilah menjawab”. Dalam riwayat Abi Daud dan Nasa’I Nabi bersabda: “ katakanlah olehmu sekalian, Allah Maha esa, Allah tempat bergantung segala sesuatu, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Kemudian tiupkanlah tiga kali ke arah kiri, dan mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan.”
Dari Utsman bin ‘As bahwasanya ia pernah menghadap Rasulullah Saw dan berkata: “ Ya Rasulullah sesungguhnya setan menghalang-halangiku. Terhadap salatku dan bacaanku dan berusaha menggangguku.” Lalu Rasulullah Saw, bersabda: “itulah dia setan, dia disebut khinrab, apabila kau merasakan gangguannya berlindunglah kepada Allah dan tiuplah ke arah kirimu.” Utsman berkata: lalu aku lakukan perintah tersebut, ternyata Allah melenyapkannya dariku.” (HR. Muslim).
Aspek Tarbawi
1. Wajib bagi seseorang menghindari sebab-sebab yang mendatangkan keburukan dan menyembunyikan sesuatu yang dikhawatirkan dapat mendatangkan kemadharatan.
2. keharusan mengingatkan seseorang tentang sesuatu yang dibenci yang disampaikan dengan jujur dan sebagai nasehat baginya atau bagi yang lainnya.
3. Ujian dan cobaan, jika dihadapi dengan kesabaran, akan membuahkan kebahagiaan.
4. Sikap jiwa besar mau memaafkan orang yang bersalah dapat menumbuhkan benih indahnya sebuah persaudaraan.
5. Memanfaatkan kelebihan yang dimiliki sebagai sarana berdakwah akan memberikan jalan kemudahan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nabi Yasuf adalah merupakan salah satu putra Nabi Ya’qub dari istrinya yang bernama Rahil. Ia mempunyai saudara sekandung yang bernama Bunyamin dan 10 orang saudara lainnya dari lain ibu. Ia merupakan anak yang paling disayang oleh Nabi Ya’qub karena ia anak yang paling tampan dari semua saudara-saudaranya. Pada suatu malam, Yusuf bermimpin melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan lalu ia bersujud kepadanya. Setalah terbangun dari tidurnya, dengan nada pelan Nabi Yusuf menceritakan mimpinya itu kepada ayahnya dan bertanya tentang arti mimpinya tersebut. Mendengar cerita anak kesayangannya itu, terpancarlah cahaya kebahagiaan darti wajah Nabi Ya’qub, beliaupun akhirnya menjelaskan kepada Yusuf dengan perlahan karena khawatir diketahui oleh saudara-saudaranya yang lain. Arti mimpi tersebut adalah bahwa sebelas bintang artinya sebelas saudara Nabi Yusuf, matahari ialah bapaknya, dan bulan ialah ibunya. Mimpi itu menunjukkan bahwa Allah menjadikan Nabi Yusuf sebagai insan terpilih. Nabi Ya’qub melarang Nabi Yusuf menceritakan mimpi itu kepada saudaranya, kecuali kepada Bunyamin. Apabila saudara Nabi Yusuf yang lain mengetahui bahwa Allah menjadikan Yusuf sebagai manusia yang terpilih. Nabi Ya’qub khawatir mereka akan berbuat jahat kepada Yusuf. Bunyamin adalah saudara kandung Nabi Yusuf. Ibu mereka, yairu bernama Rahil telah meninggal ketika melahirkan Bunyamin. Dalam Surat Yusuf ayat 4, dikisahkan tentang Nabi Yusuf yang menceritakan mimpinya pada Nabi Ya’qub. Ayat itu mempunyai arti, (“Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepaku.” Nabi Ya’qub melarang Nabi Yusuf menceritakan mimpi itu kepada saudaranya, kecuali kepada Bunyamin. Apabila saudara Nabi Yusuf yang lain mengetahui bahwa Allah menjadikan Yusuf sebagai manusia yang terpilih. Nabi Ya’qub khawatir mereka akan berbuat jahat kepada Yusuf. Bunyamin adalah saudara kandung Nabi Yusuf. Ibu mereka, yairu bernama Rahil telah meninggal ketika melahirkan Bunyamin. Dalam Surat Yusuf ayat 4, dikisahkan tentang Nabi Yusuf yang menceritakan mimpinya pada Nabi Ya’qub. Ayat itu mempunyai arti, (“Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepaku.” Sewaktu masih kecil, Yusuf dan Bunyamin banyak menghabiskan waktunya mereka dengan ayah mereka. Mereka tidak ikut serta saudara-saudaranya yang menggembala lembu dan kambing.
DAFTAR PUSTAKA
Al-qurthubi, Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al-qurthubi. jakarta: Pustaka Azzam.
Shihab, M Quraisy. 2002. Tafsir Al-misbah pesan, kesan dan keserasian Al-qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
DEPARTEMEN AGAMA RI. 2009. Al-qur’an dan terjemahannya disertai tanda-tanda dengan tafsir singkat. Jakarta: Bayan Qur’an.
PROFIL PENULIS
NAMA : KHIMAYATUS SHOLIKHAH
NIM : 202 111 3062
TTD : PEKALONGAN, 17 FEBRUARI 1995
ALAMAT : KRANJI, KEDUNGWUNI PEKALONGAN
JURUSAN : TARBIYAH
PRODI : PAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar