Hadits
Tarbawi
"Manusia Dan Kehidupanya"
1. Ainur Rijal
2.
Fatminatul Istiyani
3.
Alifatur Rizal
4.
syafa’atul Udzma
KELAS :M
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM / JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016PENGANTAR
Sebelumnya kami mengucapkan banyak
terimakasih atas karunia Allah yang tiada henti-hentinya di berikan kepada kita
selaku Hamba-Nya, atas karunia-Nya itu kami bisa mengerjakan tugas-tugas yang
di berikan kepada kami walaupun masih banyak kekurangan.
Dalam tulisan ini, kami mencoba
mejelaskan bagaimana berbagai macam kehidupan manusia dengan Tuhan dan antar
manusia, yang mempunyai banyak perbedaan masing-masing manusia. Dari kehidupan,
tingkah laku, hubungan manusia dengan tuhan-Nya dll.
Sebelumnya kami meminta maaf bila
mana dalam penulisan karangan kami banyak kesalahan dan kekurangan baik
disengaja maupun tidak. Sekian dan terimakasih.
DAFTAR ISI
ASPEK
FISIK BIOLOGIS................................................................................................
1
BAHASA
MANUSIA DI DUNIA....................................................................................
2
MIRAS
AMORAL DAN ENTERTAIMENT .................................................................. 3
HUBUNGAN
PENCIPTA DENGAN MANUSIA..........................................................
9
PENDAHULUAN
Keberadaan manusia di dunia
merupakan sesuatu yang menarik untuk dibicarakan karena manusia merupakan
makhluk ciptaan Allah yang paling mulia, baik dilihat dari segi bentuk,
kepribadian akal, pikiran, perasaan, dan sebagainya.
Manusia berbeda dengan binatang dan makhluk-makhluk lainnya, karena dalam
penciptaannya manusia mengalami beberapa tahapan. Diamana menurut pandangan
islam tahapan-tahapan tersebut yang terdapat dalam alquran tidak ada
pertentangan atau perbedaan dengan ilmu pengetahuan
Oleh karena itu seorang mukmin harus
memahami bagaimana hubungan yang seharusnya dibina dengan
Allah SWT, sebagai Rabb-nya dan Ilah-nya. Hal yang penting didalam
membina hubungan itu, manusia harus lebih dahulu mengenal betul
siapa Allah. Bukan untuk mengenali zatNYA, tetapi mengenali
landasan dasar-NYA (masdarul ´ulmu)/ilmu-ilmu Allah. (QS 35:28, 49:18).
Dengan memahami bagaimana luasnya kekuasan dan Ilmu Allah, akan timbul rasa
kagum dan takut kepada Allah SWT sekaligus menyadari betapa kecil dan
hina dirinya. Pemahaman itu akan berlanjut dengan
kembalinya ia pada hakikat penciptaannya dan mengikuti landasan hidup
yang telah digariskan oleh Allah SWT (QS 96:5). Ia menyadari
ketergantungannya kepada Allah dan merasakan keindahan iman kepada Allah.
PEMBAHASAN
MATERI
MATERI 1 ASPEK FISIK BIOLOGISOLEH
AINUR RIJAL
A.
PENGERTIAN
Manusia atau
individu adalah Makhluk yang dapat di pandang dari berbagai sudut pandang.
Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi objek filsafat, baik
objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang
memepersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya.
Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai makhluk yang berfikir atau homo
sapiens, makhluk yang berbuat atau homo faber, makhluk yang dapat dididik atau
homo educandum dan seterusnya.
Dalam kamus Echols dan Shadaly (1975), Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Bedasarkan pengertian di atas dapat di bentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat yang dapat merangsang perkembanganpotensi-potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan pada awal kehidupannya. Bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembngan yang selanjutnya ia akan mulai mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis yang di butuhkan dirinya.
Dalam kamus Echols dan Shadaly (1975), Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Bedasarkan pengertian di atas dapat di bentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat yang dapat merangsang perkembanganpotensi-potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan pada awal kehidupannya. Bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembngan yang selanjutnya ia akan mulai mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis yang di butuhkan dirinya.
B.
PEMBAHASAN
Syarah
hadist ini dinukil dari kitab Syarah Al
Imam An-nawawi ‘ala Shahih Muslim rahimahullah Ta’ala.
Hadist ini merupakan pangkal dalam bab taqdir, yaitu
tatkala hadist tersebut menyebutkan bahwa taqdir janin meliputi 4 hal:
rizqinya, ajalnya, amalnya, dan bahagia atau celakanya.
Janin sebelum sempurna menjadi
janin melalui 3 fase, yaitu: air mani (nutfah), segumpal darah, kemudian
segumpal daging.
Janin sebelum berbentuk manusia sempurna juga mengalami 3 fase, yaitu:
1. Taswir,
yaitu digambar dalam bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari.
2. Al-Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya.
3. Al-Barú, yaitu penyempurnaan.[1]
Berikut
adalah penjelasannya:
Yang
dimaksud nutfah dalam hadist ini adalah telur yang telah dibuahi (janin) yang
dihasilkan dari pertemuan antara sperma ayah dan ibu. Nutfah yang sudah
bercampur ini berkembang dengan cara membelah diri dengan cepat menjadi
sejumlah sel terkecil, lalu yang terkecil lagi hingga membentuk gumpalan bulat
sel-sel yang disebut dengan nama morula, empat hari setelah proses pembuahan.
Pada hari kelimanya, morula membelah dan membentuk kantong keturunan. Pada hari
keenam kantong ini menanamkan diri di kantong rahim dan memakan waktu selama
seminggu penuh hingga sperma tersebut benar-benar tertanam di dinding rahim.
Lalu beralihlah dari masa sperma ke gumpalan darah (‘alaqah). Pada hari kelima
belas dari umur janin, muncullah pita pertama di samping gumpalan darah yang
kelak akan menjadi tali pusar. Janin mencapai akhir fase ‘alaqah sekitar hari
kedua puluh empat hingga kedua puluh lima sejak awal pembuahan. Pada hari kedua
puluh enam ‘alaqah berubah menjadi mudhghah (segumpal daging). Fase ini
ditandai dengan mulai tampaknya bagian-bagian tubuh atau kelompok-kelompok
anggota tubuh. Proses ini berlangsung hingga hari keempat puluh dua umur janin.
Bersamaan dengan proses tersebut pada hari keempat puluh pertama rezeki,
ajal, amal perbuatan, dan nasib celaka atau keberuntungannya ditetapkan oleh
Allah SWT.
Pada hari keempat puluh tiga
hingga keempat puluh sembilan usia janin dimulailah fase pembentukkan tulang.
Pada fase ini pula janin menunjukkan perawakan badannya dan menampakkan
ujung-ujung jari, dan kantong otak. Pada fase ini akan
ditiupkan pula ruh kehidupan pada embrio manusia. Setelah itu, dimulailah fase pertumbuhan akhir, Selama fase ini ciri-ciri
kemanusiaan mulai tampak secara bertahap. Pembungkusan tulang dengan otot dan
juga penutupan otot dengan daging pun telah selesai. Proses ini berjalan hingga
mencapai awal minggu kedua belas. Ketika itulah proses pertumbuhan mulai
berjalan cepat sampai hari kelahiran.[2]
Dalam hadist ini juga terdapat kata dziraa’yang
maksudnya adalah perumpamaan untuk
menyatakan betapa dekat nasib orang itu dengan surga ketika meninggal dunia.
Begitu dekatnya dengan alam tempat tinggal keabadian itu, sampai akhirnya
diungkapkan dengan kata dziraa’ yang artinya tinggal sejengkal. Karena
orang tersebut telah diberi hidayah untuk mengerjakan kabaikan setelah
sebelum-nya mempraktekkan keburukan. Sedangkan seseorang yang semula
baik,diakhir hayatnya berbuat buruk atau melakukan kekufuran dan kemaksiatan
(sebagaimana matan hadist di atas) maka ia akan dekat dengan neraka hingga jarak yang sejemgkal pula.
C.
APLIKASI HADIST
1.
Menggunakan
pendekatan pembelajaran fleksibel disertai penggunaan multimedia dan
multimetode
2.
Memahami pilihan gaya belajar siswa kemudian
menyediakan lingkungan belajar yang mendukung gaya belajar mereka.
3.
Memberikan
pengalaman-pengalaman belajar yang menggabungkan pilihan cara belajar siswa,
menggunakan metode mangajar, insentif, alat, dan situasi yang direncanakan sesuai
dengan pilihan siswa
4.
Gunakan
kombinasi cooperative learning, pembelajaran individual, dan pembelajaran
kelompok, atau antara aktifitas-aktifitas belajar yang berpusat pada guru
dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
5.
Berikan
waktu yang cukup untuk memproses dan memahami informasi.
6.
Gunakan
alat-alat multi sensory untuk memproses, mempraktekkan dan memperoleh
informasi.
D. ASPEK TARBAWI
Dari uraian hadist ini dapat kita
pahami bahwa proses penciptaan manusia melalui beberapa tahapan, ini merupakan
penjelasan yang paling gamblang tentang kekuasaan Allah. Dengan pentahapan ini
Allah mengajarkan kepada para hambaNya untuk bertindak tenang dan tidak tergesa
– gesa dalam segala urusan. Ini juga merupakan pemberitahuan bahwa jiwa akan
meraih kesempurnaan dengan cara bertahap sesuai dengan bertahapnya dalam
penciptaan manusia yang melalui beberapa fase. Demikian pula yang semestinya
berlaku pada pembinaan akhlak.
Dapat
diketahui pula dari penjelasan hadist
diatas bahwa kita harus beriman kepada Qadar (takdir), karena Allah telah
mentakdirkan nasib manusia sejak di alam rahim. Tentang rezekinya, ajalnya yang
juga tidak bisa diajukan atau diundurkan, amal perbuatannnya baik yang baik
atau yang buruk dan juga celaka atau bahagianya. Beriman kepada takdir akan
menghasilkan rasa takut yang mendalam akan nasib akhir hidupnya dan menumbuhkan
semangat yang tinggi untuk beramal dan istiqomah dalam ketaatan demi mengharap
khusnul khatimah.
Beriman kepada takdir bukanlah alasan untuk bermaksiat dan bermalas-malasan. Hati orang-orang yang shalih diantara dua keadaan, yaitu khawatir tentang apa yang telah ditulis baginya atau khawatir tentang apa yang akan terjadi pada akhir hidupnya.
Beriman kepada takdir bukanlah alasan untuk bermaksiat dan bermalas-malasan. Hati orang-orang yang shalih diantara dua keadaan, yaitu khawatir tentang apa yang telah ditulis baginya atau khawatir tentang apa yang akan terjadi pada akhir hidupnya.
MATERI II BAHASA MANUSIA DI DUNIA
OLEH FATMINATUL ISTIYANI
A.
PENGERTIAN
Didalam Kamus Bahasa Indonesia, kata
bahasa berarti 1. Sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat
sewenag-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk
melahirkan peraaan dan pikiran; 2. Perkataan-perkatan yang di pakai oleh suatu
bangsa; 3. Percakapan yang baik. Sedangkan menurut Bloch dan Trager, bahasa
adalah suatu sitem simbol-simbol bunyi yang arbriter yang di pergunakan oleh
suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Karena bahasa merupkan
sistem simbol maka yang memiliki bahasa tidak hanya manusi. Tuhan, Malaikat,
Jin, binatang juga memiliki bahasa yang tentunya berbeda dengan Bahasa Manusi.
Seperti yang Telah di paparkan dalam Al-Quran dialog antara malaikat dengan
Tuhan (Q.S. Al- Baqarah: 30). Dalam dunia binatang, Bahasa di gunakan sewaktu
mengadakan hubungan, membutuhkan perlindungan, perkelahian, dan sewaktu
membutuhkan makanan. Berbeda dengan
Bahasa Manusi yang melibatkan pemikiran dan kesadaran, Bahasa binatang bersifat
fisis.
Salah satu aspek terpenting dari
sebuah Bahasa adalah aspek fungsi. Fungsi utama Bahsa bagi Manusia adalah
sebagai alat komunikasi. Istilah komunikasi mencakup makna mengerti dan
berbicara, mendengar dan merespon suatu tindakan.
Apabila di kaitkan dengan aspek
makna, Bahasa Manusi memiliki ciri khusus yang membedakan dengan Bahasa
binatang, atau mahluk lain; diantanya yaitu:
1.
Bersifat
tetap dan memiliki kriteria tertentu.
2.
Memiliki
hubungan timbal balik.
3.
Menggunakan
kriteria prakmatik, berkaitan dengan bunyi-bunyian.
4.
Mengandung
kriteria semantis.
5.
Memiliki
kritera sintaksis.
6.
Audivisual.
7.
Memiliki
kriteria kombinasi dan bersifat produktif.
8.
Bersifat
arbiter.
9.
Transmisi
budaya
10.
Bahasa
itu dapat di pelajari.[3]
B.
PEMBAHASAN
Telah di jelaskan dimuka, bahwa bahasa merupakan perkataan perkataan yang
dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, daerah, negara, dsb).[4] Di dunia ini Manusia hidup berbangsa-bangsa, tergolong dalam Benua yang berbed, hidup dalam ras, suku,
yang berbeda. maka jelas, bahasa
digunakan oleh orang di suatu daerah/ Bangsa
yang ada di dunia memiliki perbedaan memiliki karakteristik tersendiri.
Beberapa Bahasa yang ada di dunia ini, diantaranya adalah bahasa Inggris,
Bahasa Mandari, Bahasa Brab, Bahasa Indonesia. bahkan, di indonesia yang
merupakan negara kepulauan, dari sabang sampai merauke, memiliki bahasa Daerah
yang berbeda beda di seiap Daerah yang ada.
Identitas individu dapat mudah di
ketahui dari warna Bahasa dan cara berbahasa atau ideoleknya. Perangi seseorang
dengan demikian juga mudah di kenali dari ciri khas kebahasaan yang di
milikinya. Dengan demikian dialek Bahasa juga dapat dapat digunakan sebagai
indikator identitas pemiliknya. [5]
C.
APLIKASI
Seiring dengan perkembangan zaman,
Sekat pembatas antara bangsa- bangsa, negara- negara, bahkan antar benua mulai
terkikis bahkan hilang karena perkembangan teknologi. Kebutuhan akan barang dan
jasa pun akan semakin meningkat. Dengan demikian kebutuhan akan barang dan jasa
dari negara tetangga angat mutlak di perlukan. Dari siani peranan Bahasa di
perlukan. Individu perlu memiliki keterampilan dalam berbahasa demi
kelangsungan hidup serta perkembngan lingkunganya. Maka perlulah bagi setiap
individu untuk belajar Bahasa Dunia.
Dalam duni pendidikan, bahasa sangat
dibutuhkan guna memperkaya pengetahuan. Menengok sejarah pada masa islam
menduduki masa keemasa di bidang pendidikan, ilmuan- ilmuan islam mempelajari
bahasa yunani untuk memahami karya-karya filsuf-filsuf yunani terdahulu yang
karya tersebut hampir punah. Dari situ, ilmuan Islam melakukan penelitian akan
kebenaran teori yang di ciptakan oleh filsof Yunai, seperti Plato, Socrates,
dan filsof lain, hingga menemukan kebenaran akan teori yang telah ada bahkan
menemukan teori yang lebih nyata karena telah dibuktikan dengan penelitian
ilmiah serta merujuk pada kebenaran ayat Al-qur’an. Kembali ke abat 21,
kejayaan pendidian di pegang oleh bangsa Eropa, hal ini perlu lah bagi kita
untuk mempelajari Bahasa yang di gunakan oleh Bangsa Eropa guna memahami serta
mengembangkan keilmuan yang di miliki Eropa.
D.
ASPEK
TARBAWI
Aspek tarbawi (pendidikan) dari hadis bahasa-bahasa
Mnausia di dunia adalah sebagai berikut:
1.
Bahasa
suatau anugrah yang di berikan oleh Allah kepada manusi untuk di syukuri.
2.
Dengan
bahasa manusisia mamp mengenali lingkungan sekitarnya, hingga mempermudah dalam
proses belajarnya.
3.
Dengan
mempelajari bahasa dunia, kita dapat lebih mudah memhami ilmu-ilmu yang ada di
dunia ini.
4.
Memahami
bahasa memudahkan seseorang dalam berinteraksi dengan sesamanya.
5.
Dengan
bahasa manusia mampu melakukan hubung dengan bangsa lain, terutama dalam proses
belajar mengajar.
MATERI III MIRAS MORAL DAN ENTERTAIMENT
OLEH ALIF FATHU RIZAL
Ø PEMBAHASAN
Hadist ini menerangkan bahwa umat muslim ada yang meminum khamer ataupun
sejenisnya yang semuanya itu haram. Dan juga umat yang berfoya-foya dengan
bernyanyi dengan para biduan disertai dengan alat musik. Allah akan mengancam
perbuatan ini dengan menutupi kehidupannya/membuat hina dan menjadikan
sebagiannya menjadi babi dan kera.
Khamer dan sejenisnya yang memabukkan adalah selamanya haram karena bukan
melanggar syariat saja tetapi merusak hubungan sosial. Begitu pula kebiasaan
bernyanyi dan bermusik bersenang-senang disertai nyanyian dan tarian yang
mengandung kekejian, kefasikan, dan menyeret seseorang kepada kemaksiatan telah
disepakati bahwa itu haram. Semua hal itu adalah untuk menuruti kesenangan
semata tanpa memperdulikan sekitar.Mengenai masalah bernyanyi, tidak
semua nyanyian itu hukumnya haram, karena dalam hal ini masih
menjadi perdebatan dan tidak ada nash shahih yang mengharamkannya. Dan para
ulama’ berbeda pendapat tentang dibolehkannya nyanyian baik yang menggunakan
alat musik ataupun tidak. Ulama’ yang membolehkan nyanyian memandang bahwa
nyanyian halal, karena asal segala sesuatu adalah halal selama tidak ada nash
shahih yang menjelaskannya.
Jadi semua ini dikembalikan lagi pada niatnya, jika seseorang mendengarkan
nyanyian dengan niat untuk menghibur hatinya agar bergairah untuk menaati Allah
SWT dan mendorongnya melakukan kebaikan, maka perbuatan ini termasuk dalam
kategori kebenaran.
Ø NILAI TARBAWI
a. Demi terciptanya keharmonisan dalam masyarakat umat islam hendaklah
menjauhi khamer yang menguras moral sebagian umat islam
b. Hendaklah kita tidak berlebih-lebihan dalam memenuhi kebutuhan yang
bersifat kesenengan pribadi
c. Dalam hidup bermasyarakat kita harus mengedepankan nilai-nilai etika dan
hidup saling menyayangi
Ø PENUTUP
Khamar adalah cairan yang dihasilkan
dari peragian biji-bijian atau buah-buahan dan mengubah saripatinya menjadi
alcohol dengan menggunakan kapalisator (enzim) yang mempunyai kemampuan untuk
memisahkan unsur-unsur tertentu yang berubah melalui proses peragian.
Islam melarang keras meminuman keras, karena akan merusak akal manusia dan
menggring manuisa untuk melakukan kejahatan yang merusak hubungan sosial.
Music dan biduanita adalah hiburan tidak baik, karena menimbulkan nafsu
syahwat bagi orang yang mendengar ataupun melihatnya.
MATERI IV HUBUNGAN PENCIPTA DENGAN MANUSIA
OLEH SYAFA’ATUL UDZMA
A. PENGERTIAN
Hubungan
fundamental antara Tuhan dan manusia, Allah dan insan. Sudah jelas bahwa Allah,
menurut Al-Qur’an, tidak saja sebagai satu-satunya yang tertinggi namun juga
satu-satunyaWujud yang pantas disebut “wujud” dalam arti kata seutuhnya,dimana
tak satupun diseluruh dunia ini yang dapat melawannya karena Tuhan berada di
tengah-tengah dunia wujud,dam semua objek-objek lainnya, baik manusia maupun
non-manusia adalah makhluk-Nya. Dan inilah sesungguhnya Allah adalah kata fokus
tertinggi dalam kosa kata Al-Qur’an, yang menguasai seluruh medan semantic, dan
konsekuensinya, seluruh sistem. Karena diantara semua objek yang diciptakan,
“manusia” merupakan salah satu yang paling penting di dalam Al-Qur’an sehingga
paling tidak ia menarik perhatian kita dengan jumlah yang sama
sebagaimanaTuhan. Manusia,sifatnya,perbuatannya, psikologinya, kewajibannya,
tujuannya, dijadikan pusat perhatian pemikiran Al-Qur’an sebagaimana persoalan
Tuhan sendiri. Pemikiran Al-Qur’an secara keseluruhan berbicara tentang
persoalan keslametan manusia. Jika bukan karena persoalan ini, maka kitab tersebut
tidak akan “diturunkan” karena Al-Qur’an itu sendiri secara jelas dan
berulang-ulang menekankan hal tersebut. Dan dalam pengertian khusus ini, konsep
tentang manusia sangat penting pada tingkatan tertentu sehingga membentuk kutub
utama yang kedua, yang bertahap-tahap dengan kutub terpenting, yakni konsep
tentang Allah.[6]
B. PEMBAHASAN
Tuhan
adalah prinsip asal dari segala yang ada dan Dia wajib adanya. Sedangkan
selainnya, yang biasa disebut alam atau makhluk, hanyalah mungkin adanya. Bukti
keberadaan Tuhan adalah fakta bahwa alam ini ada. Syaikh Al- Isyraq ini atau
tokoh aliran filsafat iluminasi menyebut Tuhan sebagai Al-Ghani (yang tidak
membutuhkan apapun). Kenyataannya bahwa alam ada di hadapan kita menunjukan
bahwa Tuhan harus ada sejak semula.
Tuhan
boleh saja dikatakan memiliki sifat-sifat, walaupun Al-Qur’an menyebutnya”
Nama-nama”(asma). Namun sifat-sifat itu tidak selalu harus digambarkan sebagai
tambahan kepada zatnya, seperti yang disangkakan kaum asy’ariyah yang akan
mengesankan adanya komposisi (tarqib) pada diri Tuhan. Tuhan adalah ESA, dan
ini merupakan sifatnya yang paling Esensial.
Bagi
saya, KeEsaan Tuhan tercermin dalam kesatuan sistem Perintah (amr) yang
mengendalikan alam semesta. Kenyataan bahwa hanya ada satu sistem yang berlaku
dialam semesta pada suatu saat, menunjukan bahwa hanya ada satu sistem perintah
yang berlaku. Dan ini pada gilirannya, menunjukan keEsaan pemberi perintah
tersebut, yakni sang pencipta (Al-Khaliq) alam semesta yang tidak lain adalah
Tuhan. Sebab, seandainya ada dua atau lebih pemberi perintah, maka tidak
mungkin dihindarkan adanya dua sistem control yang berlaku dialam semesta. Dua
sistem control ini selain tidak terbukti melalui penelitian ilmiyah juga akan
menyebabkan perseteruan dua kekuatan illahi yang akan berakhir dengan
kehancuran alam semesta. Kenyataannya bahwa alam semesta masih ada dan telah
berlangsung cukup lama, menunjukan bahwa hanya ada satu sistem control, yang
pada gilirannya, menunjukan keEsaan si pengontrol, yaitu Tuhan.
Karena
Tuhan itu Esa, maka tak ada suatu apapun yang bisa di pandang serupa atau
setara dengannya. Pengetahuan manusia mengenai Tuhan hanya bersifat Majazi
(alegoris) dan tidak bisa disebut mutlak, juga maha perkasa (Al-Aziz dan
Al-Jalal) dan ini ditunjukan oleh daya kontrolnya yang tidak tergoyahkan
terhadap alam semesta melalui perintahnya. Sehingga apa yang ada dialam semesta
tunduk pada kehendaknya. [7]
C. APLIKASI
Kewajiban
mukmin dalam konteks hubungan dengan Tuhannya adalah menjaga Hak Allah, yaitu
disembah oleh seluruh makhluk secara ekseklusif sebab tiada ada rabb maupun
illahi selain Dia, dan Dia telah berbaik hati memberikan banyak nikmat dan
karunia kepada makhluk-Nya. Jika ada sebagaian diantara mereka yang kufur
terhadap nikmat-nikmat tersebut, lalu tidak mengenal sang penciptanya dengan
menyembah dan mengesakannya maka ia telah dzalim terhadap dirinya dan
mengingkari Allah untuk disembah sehingga lebih lanjut layak mendapat murka dan
siksa-Nya. Allah telah mengambil sumpah/ikrar anak turunan Adam saat mereka
berada dialam dzurr untuk setia menyembah dan mengEsakan-Nya, dan merekapun
mengakuinya sebagai satu-satunya illah dan rabb. Sebagai konsekuensi pemenuhan
sumpah tersebut, manusia dituntut beriman kepada Allah dan mengimani
sifat-sifat kebesaran dan kesempurnaan yang sesuai dengan kapasitasnya. Lebih
lanjut, penunggalan Allah secara eksklusif dalam ibadah dan tauhid
berkonsekuensi logis kepatuhan kepadanya dengan menjalankan semua yang di
perintahkannya berupa ragam ibadah dan prilaku mulia, dan menjauhi segala yang
dilarangnya berupa prilaku-prilaku sesat dan nista,serta tunduk sepenuhnya
kepada Rosulullah dalam segala urusan agama.[8]
D. ASPEK
TARBAWI
Allah
SWT. Maha Esa, tidak membutuhkan sesuatu, tetapi segala sesuatu butuh
kepadanya. Dia tidak beranak, tidak pula diperanakkan. Tiada yang serupa
dengannya walau dalam khayalan. Jika Dia berkehendak, terlaksana kehendaknya
kapanpun Dia kehendaki, tanpa terikat oleh waktu, alat, atau apapu.
Manusia
paling tidak dalam kehidupan dunia ini tidak dapat melihat atau bercalap-cakap
langsung dengan Allah SWT, karena manusia tidak mempunyai potensi untuk itu.
Tidak
diperlukan lagi buku-bukti baru tentang Wujud dan keEsaan Allah SWT, karena
sudah demikian banyak bukti-bukti tentang hal tersebut yang terhampar di alam
raya dan dalam diri manusia. Alam dan manusia setiap saat menampilkan bukti
yang baru
Tugas
nabi, demikian juga penganjur agama, hanyalah menyampaikan ajaran agama dengan
penuh kesungguhan. Allah SWT. Yang menganugrahi petunjuk bagi seseorang yang
hatinya cenderung mencari kebenaran. Nabi SAW. Atau sipapun tidak
bertanggungjawab atas kekufuran siapapun.[9]
PROFIL KELOMPOK
1. AINUR
RIJAL
(2021214445)
2. FATMINATUL
ISTIYANI (2021214460)
3. ALIF
FATHU RIZAL
(2021214482)
4. SYAFA’ATUL
UDZMA (2021214488)
DAFTAR PUSTAKA
Al Maraghi,
Abdullah Mustofa. 2001. Pakar-Pakar fiqh Sepanjang Sejarah. Yogyakarta: LKPSM
An-Najjar, Zaghlul. 2011. Sains dalam Hadis (Mengungkap Fakta
Ilmiah dari Kemukjizatan Hadist Nabi). Jakarta: Impint Bumi Akasara
Zainudin Ahmad,
Al-Imran.2004. Ringkasan Shahih Al-Bukhari. Bandung: PT Mizan Pustaka
HaditsWeb3.chm_compileedHTML(Hadist-shahih-bukhari-muslim.zip-WinRAR)
Hidayat, Asep, Ahmad. 2009.Filsafat Bahasa, Mengungkap Hakikat
makna Dan Tanda,Bandung :
RemajaRosda Karta.
Najati,
Muhammad, Utsman,. 2005. Psikologi dalm Al-Qur’an, Terapi Quran dalam menyembuhkan Gangguan Jiwa. Bandung:
Pustaka Setia.
Rahardi, Kunjana. 2006. Dimens i- Dimensi Kebahasaan. Jakarta
: Penerbit
Erlangga
Hajjaj, Muhammad Fauqi, 2011, Tasawuf
Islam dan Akhlak. Jakarta: AMZAH
Izutsu, Toshihiko, 1997, Relasi Tuhan
dan Manusia. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Kartanegara, Mulyadhi, 2007, Nalar
Religius Menyelami Hakikat Tuhan, Alam, dan Manusia. Jakarta: Erlangga
Shihab, M. Quraish, 2012, Al- Lubab.
Tanggerang: Lentera Hati
[1]
HadistWeb3.chm_compiledHTML(Hadist-shahih-bukhari-muslim.zip-WinRAR)
[2]Zaghlul An-Najjar,
Sains dalam Hadis, Mengungkap Fakta Ilmiah dari Kemukjizatan Hadist Nabi,
Imprint Bumi Aksara, jakarta, 2011, hlm.410-412
[3]Asep Ahmad
Hidayat, Filsafat Bahasa, Mengungkap Hakikat akna Dan Tanda, (Remaja
Rosda Karta: Bandung, 2009, cetakan ke-2), hal: 21- 27.
[4]Asep Ahmad
Hidayat: loc cit, hal.22
[5]Kunjana Rahardi, dimensi-
Dimensi Kebahasaan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), hal: 11.
[6]Thoshihiko Izutu, Relasi
Tuhan Dan Manusia, (Yogyakarta: Tiara Wacana,1997), Hlm.77-78
[7]Mulyadi Kartanegara,
Nalar Religius Menyelami Hakikat
Tuhan, Alam, Dan Manusia, (Jakarta: Erlangga, 2007), Hlm. 2-5
[8]Dr. Muhammad Fauqi
Hajjaj, Op. Cit, hlm.261-262
[9]M. Quraish Shihab, Al-
Lubab, (Tanggerang: Lentera Hati, 2012) Hlm.37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar