Tafsir Tarbawi
ADAB PERGAULAN GLOBAL
"JANGAN
SEKALI-KALI MENGEJEK ORANG"
Dewi
Astini
2021114034
Kelas H
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah,
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat serta karunia-Nya kepada kita. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Sehingga makalah
yang berjudul “JANGAN SEKALI-KALI MENGEJEK ORANG” telah terselesaikan dengan
baik meskipun banyak terdapat kekurangan. Pada kesempatan ini perkenankan
penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam
penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik yaitu kepada
Bapak Ghufron Dimyati, M.S.I yang telah
membimbing dalam penyusunan makalah ini dan juga kepada teman- teman STAIN
Pekalongan mata kuliah Tafsir Tarbawi II terutama yang telah banyak membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Apabila dalam penyusunan makalah masih terdapat
banyak kekurangan, penulis mohon maaf dan meminta saran maupun kritik yang membangun dari pembaca, karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Harapan penulis semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Pekalongan,
20 Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia itu sama dihadapan Tuhannya yang membedakan
hanya amal perbuatan manusianya saja. Sehingga tidaklah baik jika sesama
manusia saling menjelek-jelekan, mencela hingga menggolok-olok dalam
pergaulannya sesama manusia terutama sangatlah buruk jika mengolok-ngolok yang
dilakukan oleh umat muslim yang notabene adalah saudara sendiri antara umat
muslim satu dengan umat muslim yang lainnya. Sehingga budi yang baik dan
kesopanan yang beretika dalam pergaulan global sangatlah perlu agar terhindar
dari sikap keras dan sombong yang menjadikan umat menjelek-jelekan lainnya dan
merasa dirinya paling hebat diantara lainnya. Seperti yang ada pada Qs.
Al-Hujurat 49:11.
B.
Inti Ayat
Di dalam surat Al Hujurat 49:11 ini diajarkan adab sopan santun hidup diantarasesama
Muslim sehingga segala ayat yang menganjurkan bersikap lemah lembut antar sesama
kita berlaku hormat, jangan menjelek-jelekan, mencela dan mengumpat, semuanya
itu selalu dimulai dengan seruan “ Wahai orang-orang yang beriman” menjadi
bukti yang harus direnungkan bahwasanya diantara iman dengan sopan santun dalam
pergaulan hidup tidalah dapat dipisahkan.
C.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas perlu kiranya
merumuskan masalah sebagai pijakan pembahasan dalam kajian ini. Adapun rumusan
masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
definisi dari Qs. Al-Hujurat 49:11 jangan sekali-kali mengejek orang ?
2.
Adakah
hadits atau ayat pendukung dari Qs. Al-Hujurat 49:11 ?
3.
Bagaimana
teori pengembangan dari Qs.Al-Hujurat 49:11 ?
4.
Bagaimana
aplikasi dari Qs. Al-Hujurat 49:11 tersebut dalam kehidupan sehari-hari ?
5.
Apa
saja nilai tarbawi yang terkandung dalam QS. Al-Hujurat 49:11
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Judul
Manusia sebagai mahluk
sosial pastinya akan selalu bergaul dan berhubungan dengan manusia lainnya
karena hakikat manusia yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu bergantung
satu-sama lain. Dalam pergaulannya manusia dihadapkan oleh pergaulan global
yang semakin mendunia dan bebas yang menuntut agar manusia bisa hidup modern
namun tidak lupa agar selalu memawas diri agar tidak terjerumus dalam hal-hal
yang negativ dan rusak.
Dalam hubungan dan pergaulan sosial yang sampai pada
pergaulan global manusia dihadapkan dengan karakter orang yang berbeda dan kemampuan
maupun bakat yang dimiliki manusia juga beraneka ragam dan tentunya berbeda.
Menyikapi perbedaan ini sebagai manusia haruslah
bertoleransi terhadap sesama manusia pada umum nya dan sesama muslim khususnya.
Seperti dalam QS. Al-Hujurat 49:11
“Wahai
orang-orang yang beriman!, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lainnya
(karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok).Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah kamu saling mencela
satu sama lain. Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) sesudah beriman. Dan barangsiapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
“Wahai orang-orang yang
beriman”, (Pangkal ayat 11). Ayat ini akan jadi peringatan dan nasehat sopan
santun dalam pergaulan hidup kepada kaum yang beriman. Itu pula sebabnya maka
di pangkal ayat orang-orang yang beriman juga yang diseru; “Janganlah suatu
kaum mengolok-olokkan kaum yang lain”. Mengolok-olok, menjelekan, menghina,
merendahkan dan seumpamanya, janganlah semuanya itu terjadi dalam kalangan
orang yang beriman; Boleh jadi mereka yang diolok-olokan itu lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olokan)” Inilah peringatan yang halus dan tepat sekali
dariAllah Swt. Menjelek-jelekan, mengolok-olok, mengejek dan lain-lain tidaklah
layak dilakukan kalau orang merasa dirinya orang yang beriman. Sebab orang yang
beriman akan selalu menilik kekurangan yang ada pada dirinya. Maka dia akan
tahu kekurangan yang ada pada dirinya itu. Hanya orang yang tidak beriman
jualah yang lebih banyak melihat kekurangan orang lain dan tidak ingat akan
kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. “ Dan jangan pula wanita-wanita
mengolok-olokkan kepada wanita yang lain; (yang memperolok-olokkan)”. Dari pada
larangan ini nampaklah jelas bahwasanya orang-orang yang kerjanya hanya mencari
kesalahan dan kekhilafan orang lain,
niscaya lupa akan kesalahan yang ada pada dirinya sendiri.
Maka dalam ayat ini bukan saja laki-laki yang dilarang
memakai perangai yang buruk itu, bahkan perempuan pun demikian pula. Sebaliknya
hendaklah kita memakai perangai tawadhu’, merendahkan diri, menginsafi
kekurangannya. “ Dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain”. Sebenarnya
pada asalnya kita dilarang keras mencela orang lain, dan ditekankanlah dalam
ayat ini dilarang mencela diri sendiri. Sebabnya ialah karena mencela orang
lain itu sama saja kita mencela diri sendiri. Kalau kita sudah berani mencela
orang lain pun sanggup membuka rahasia kita sendiri. Sebab itu maka mencela
orang lain itu sama saja mencela diri sendiri.
“Dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar yang
buruk”. Asal-usul larangan ini adalah kebiasaan orang zaman jahiliyah
memberikan gelar dua tiga kepada seseorang menurut perangainya. Maka dalam ayat
ini datang anjuran lagi bagi kaum yang beriman, supaya janganlah menghimbau
teman dengan gelaran-gelaran yang buruk. Sebaiknya ditukar dengan bahasa yang
lebih baik yang dapat menyenangkan hatinya.
“ Dan barangsiapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. Dan peringatan
Allah terakhir dalam surat ini bahwasanya haruslah bertaubat atas orang-orang
yang telah berbuat demikian itu agar tidak menjadi orang-orang yang zalim.
Dalam Qs. Al-Hujurat 49 : 11 memberikan peraturan, adab,
dan sopan santun yang seharusnya dipakai oleh seorang Muslim di dalam hidup dan
pergaulannya. Bukan saja berkasih sayang diantara sesama mereka dan disurat ini
diaturlah bagaimana sopan santun, hidup yang teratur yang berkesopanan terhadap
Rasul.
Maka kesimpulan daripada Surat Al-Hujurat yang diartikan
surat “bilik-bilik” ini adalah menunjukan budi dan kesopanan atau dalam bahasa
yang halus pada sekarang ini adalah ETIKET dalam pergaulan seorang Muslim.[1]
B. Hadits atau ayat pendukung
اَ لْكِبْرُ بَطْرُ الحقِ وَغَمْصُ النَّا سِ – رواه البخارى
"Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan
memandang rendah manusia”. (Dirawikan oleh Bukhari).
Menjelek-jelekan, memperolok-olokkan,
mengejek dan memandang rendah orang lain, tidak lain adalah karena merasa bahwa
diri sendiri serba lengkap, serba tinggi dan serba cukup, padahal awaklah yang
serba kekurangan. Segala manusia pun haruslah mengerti bahwa dalam dirinya
sendiri terdapat segala macam kekurangan, kealpaan, dan kesalahan.
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
“Kecelakaanlah bagi
setiap orang yang mengumpat dan mengejek.” (Al-Humazah ayat 1 )
Humazah kita artikan mencedera, yaitu memukul orang
dengan tangan. Lumazah kita artikan mencela, yaitu dengan mulut. Dan diartikan
juga Humazah itu dengan sikap hidup yang tidak merasa senang, diam, gelisah
berjalan kian kemari. Tidak lain menyebar fitnah membusuk-busukan orang lain.
Maka dalam ayat ini dikatakan bahwa sikap demikian sama saja dengan
mencelakakan diri sendiri, sebagaimana tersebut dalam ayat. Karena lama
kelamaan tukang hasut dan hasung, fitnah dan menyebarkan berita busuk, mencela
dan memaki itu tidaklah akan membuat senang hati orang yang menerimanya. Sebab
itu Allah dengan keras melarang kita sebagai umat beriman agar tidak
mengolok-olok dan menjelekan sesama.
C. Teori Pengembangan
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّن
قَوۡمٍ))
Wahai orang-orang yang
beriman!, janganlah sekumpulan orang, ayat ini diturunkan berkenaan dengan
delegasi Tamim sewaktu itu mereka mengejek orang-orang muslim yang miskin.
Ammar Ibnu Yasir dan Suhaib Ar-rumi. AS-Sukhriyah[2]. Artinya
merendahkan dan menghina) yakni sebagian diantara kalianعَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرا مِّنۡہُمۡ karena boleh
jadi mereka yang diolok-olokkan lebih baik dari pada mereka yang mengolok-olokkan
disisi Allah Swt وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرًا مِّنۡہُنَّ (dan jangan pula wanita-wanita) diantara kalian
mengolok-olokkan (وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ )dan janganlah sebagian kamu mencela sebagian yang
lain dengan ucapan atau isyarat secara tersembunyi. , dan (وَلَا تَنَابَزُوْابِٱلأَلۡقَاٰب ) (jangan pula
panggil memanggil dengan gelar yang buruk بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَـٰنِ(seburuk-buruk nama), yaitu memperolok-olokkan orang
lain, mencela, dan memanggil nama panggilan itu biasanya diulang-ulang. (yang tidak bertaubat) dari perbuatan tersebut
( وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ
ٱلظَّـٰلِمُونَ ) mereka itulah orang-orang yang zalim.[3]
Allah menyebutkan bahwa
tidak sepatutnya seorang mukmin mengolok-olok terhadap mukmin lainnya atau
mengejeknya dengan celaan ataupun hinaan, dan tidak patut pula memberinya gelar
yang mengejek dan menyakiti hati. Alangkah buruknya perbuatan seperti itu.
Dan barang siapa yang
tidak bertaubat setelah ia melakukan perbuatan seperti itu maka berarti dia
berbuat buruk terhadap dirinya sendiri dan melakukan dosa besar.
Diriwatkan bahwa ayat
ini turun mengenai delegasi dari Tamim. Mereka mengejek orang-orang fakir dari
para sahabat Nabi Saw. Seperti Ammar, Shuhaib, Bilal, Khabbab, Ibnu Furairah,
Salman Al-Farisi dan Salim bekas budak Abu Huzaifah di hadapan orang-orang
lain. Sebab mereka melihat orang-orang itu keadaannya compang-camping.
Dan ada pula yang
meriwayatkan bahwa ayat ini turun mengenai Shafiyah bin Huyai bin Akhtab ra.
Dia datang kepada Rasullullah saw. Lalu berkata,” Sesungguhnya kaum wanita itu
berkata kepadaku, “Hai wanita Yahudi anak perempuan orang-orang Yahudi”. Maka
Rasullullah Saw pun berkata kepadanya. “Tidaklah kamu katakan ayahku Harun,
paman ku Musa dan suamiku Muhammad”.[4]
D. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Pada Hakikatnya manusia
itu sama saja, sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan pada dirinya masing-masing
tidakada manusia yang paling unggul dalam semua aspek karena Allah mencipatakan
manusia sangat beraneka ragam dan tidak ada yang sama. Kita harus beradab sopan
santun yang beretika untuk menjaga lisan kita terhadap sesama agar tidak
menyakiti hati. Sehingga kita dalam kehidupan sehari-hari dapat mencontoh
mereka yang lebih unggul dari kita untuk memotivasi pada diri kita sendiri agar
sama seperti mereka yang lebih tinggi dan mampu bahkan kita bisa melebihinya.
Dan jika kita melihat orang-orang yang dibawah kita maka kita kan bersyukur
karena lebih baik dari pada mereka dan kita dengan rendah hati bisa membantu
mereka agar mereka lebih baik lagi. Sehingga tidak ada yang saling menyakiti
antar sesamanya.
E. Aspek Tarbawi
1. Dengan tidak mencela dan mengolok-olok sesama maka kita sebagai umat saling
kasih mengasihi.
2. Dengan kelebihan yang berbeda-beda antar manusia maka dapat dijadikan
sebagai motivasi.
3. Adab beretika yang baik menjaga perbuatan perkataan yang baik agar tidak
menyakit hati sesama.
4. Bertutur kata lembut dapat membahagiakan hati.
5. Tidak mencari kesalahan dan keburukan orang lain.
BAB III
Simpulan
Dari
penjelasan dan isi dari Qs. Al-Hujurat49:11 dapat di ambil simpulan bahwa dalam
berkehidupan kita harus memiliki Etika adab dan sopan santun dalam pergaulan
antar sesama yang baik tidak saling mencaci, mengolok-olok, dan menjelekkan
antar sesama manusia umum nya dan sesama Muslim khususnya yang memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing yang beraneka ragam. Karena Allah sangat
membenci umat yang mengolok-olok dan mencari kejelekan orang lain, itu
merupakan perbuatan yang sangat buruk dan dibenci Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka, Tafsir l-Azhar Juzu’ ke- 26 ( Surabaya: Yayasan
Latimojong,1980 )
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-syuyuti , Tafsri
Jallalain ( Sinar Baru Al Bensindo)
Ahmad Isawi Muhammad ,Tafsir Ibnu masud, ( Pustaka Azzam: 2009)
Musthofa Al-Maraghi, Tafsir al-Maragi ( Semarang: PT.Karya Toha
Putra Semarang)
[1]
Hamka, Tafsir l-Azhar Juzu’ ke- 26 ( Surabaya: Yayasan Latimojong,1980 ) hal
212
[2]Imam
Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-syuyuti , Tafsri Jallalain ( Sinar
Baru Al Bensindo) hal 893-895
[3]Muhammad
Ahmad Isawi ,Tafsir Ibnu masud, ( Pustaka Azzam: 2009), hal.928
[4]Ahmad
Musthofa Al-Maraghi, Tafsir al-Maragi ( Semarang: PT.Karya Toha Putra
Semarang), hal. 221
Tidak ada komentar:
Posting Komentar