Tafsir Tarbawi
Pendidikan Intelektual Transendental
"SIFAT-SIFAT ULUL ALBAB"
Lilis Cahyaningsih
(2021114191)
Kelas :
H
JURUSAN
TARBIYAH / PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT.,
yang telah melimpahkan
taufiq, hidayah dan
inayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sifat-sifat
ulul albab” Shalawat dan
salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad
SAW., sahabatnya, keluarganya,
serta segala umatnya
hingga yaumil akhir.
Makalah
ini disusun guna
menambah wawasan pengetahuan
terkait tidur dalam
pandangan sains dan
Islam. Makalah ini
disajikan sebagai bahan
materi dalam diskusi
mata kuliah Tafsir Tarbawi STAIN Pekalongan.
Penulis
menyadari bahwa kemampuan
dalam penulisan makalah
ini jauh dari
kata sempurna. Penulis
sudah berusaha dan
mencoba mengembangkan dari
beberapa referensi mengenai
sumber materi yang
saling berkaitan. Apabila
dalam penulisan makalah
ini ada kekurangan
dan kesalahan baik dalam
penulisan dan pembahasannya
maka penulis dengan
senang hati menerima
kritik dan saran
dari pembaca.
Akhir kata,
semoga makalah yang
sederhana ini dapat
bermanfaat bagi penulis
dan pembaca yang
budiman. Amin yaa
robbal ‘alamin.
Pekalongan, 29 Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maha Suci Allah yang telah
memberikan manusia berbagai macam potensi yang menjadi pembeda dari
makhluk-makhluk yang lainnya. Apalah jadinya manusia dikala tidak ada tawazun
atau keseimbangan antara potensi-potensi yang sangat luar biasa ini. Dikala
aspek manusia yang lebih ditonjolkan maka manusia tiada bedanya dengan hewan
dan berlakulah hukum rimba, dikala aspek materi dan akalpun terpenuhi namun
aspek fitrah diabaikan maka dunia ini tiada bedanya sebagai neraka karena
amanah-amanah manusia yang diberikan Allah AWT, tidak terlaksana diantaranya
adalah ibadah, sebagai khalifah, atau penanggung jawab kehidupan didunia dan
sebagai Da’i yang beramarma’ruf nahi mungkar.
Oleh karena itu Allah dengan wahyu-Nya yang suci dan mulia
mempresentasikan model manusia yang dapat menjalani hal itu sebagaimana yang
dijalankan oleh qudwah kita Muhammad Rasulullah saw. model itu adalah
model sebagai rausyan fikr yaitu Ulul albab.
Banyak tafsir yang menjelaskan tentang aplikasi model Ulul albab
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.
Tuliskan Qur’an
surat Al-Imran : 190-191 beserta artinya?
2.
Apa tafisiran
dari Qur’an surat Al-Imran : 190-191?
3.
Bagaiman
aplikasi ulul albab dalam kehidupan?
4.
Sebutkan aspek
tarbawi dari Qur’an surat Al-Imran : 190-191?
5.
Metode
Pemecahan Masalah
Metode
pemecahan masalah yang dilakukan melalui metode kajian pustaka, yaitu dengan mengunakan beberapa referensi buku. Langkah-langkah
pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang dibahas dengan
melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengajian masalah,
penentuan tujuan dan sasaran.
6.
Sistematika
Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga
bagian, meliputi: Bab I; bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang
masalah, rumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan
makalah, Bab II, adalah pembahasan, Bab III; bagian penutup yang terdiri dari
simpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Al Imran
190-191 (Sifat-sifat Ulul Albab)
1.
Definisi Judul
Ulul albab adalah
orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh “kulit”
yaitu kabut ide, yang dapat mnyebabkan keracunan dalam berpikir. Yang
merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang
sangat nyata tentang keesaan Allah swt.[1]
Seseorang akan dikatakan
sebagai ulul albab jika ia telah mampu melaksanakan kegiatan dzikir dalam
artian selalu mengingat Allah dalam segala kondisi. Baik dalam keadaan berdiri,
duduk, berbaring, bahkan pada saat sedang berpikir, dirinya tidak dapat
terlepas dari dzikir.
2.
Terjemah
cÎ)ÎûÈ,ù=yzÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚöF{$#urÉ#»n=ÏF÷z$#urÈ@ø©9$#Í$pk¨]9$#ur;M»tUyÍ<'rT[{É=»t6ø9F{$#ÇÊÒÉÈ
tûïÏ%©!$#tbrãä.õt©!$#$VJ»uÏ%#Yqãèè%ur4n?tãuröNÎgÎ/qãZã_tbrã¤6xÿtGturÎûÈ,ù=yzÏNºuq»uK¡¡9$#ÇÚöF{$#ur$uZ/u$tB|Mø)n=yz#x»ydWxÏÜ»t/y7oY»ysö6ß$oYÉ)sùz>#xtãÍ$¨Z9$#ÇÊÒÊÈ
190.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Penjelasan Ayat
a. Tafsir ayat ke 1
Sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi
serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih
bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita
rasakan langsung pengarunya pada tubuh kita dan cara berpikir kita karena
pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia
flora dan fauna dan sebagainya, merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan
keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan, dan kekuasaan-Nya[2]
Imam ar-Razi dalam tafsirnya: ”Ketahuilah
olehmu, bahwa yang dimaksud dalam kitab yang mulia ini ialah menjemput hati dan
ruh yang sudah bising membicarakan soal-soal makhluk yang dijadikan, supaya
mulai tenggelam memperhatikan ma’rifat terhadap al-Haq (Tuhan). Karena sejak
tadi sudah banya pembicaraan tentang hukum-hukum dan menjawab beberapa keraguan
yang dibawakan oleh orang yang tidak mau percaya, sekarang kembali membicarakan
penerangan hati, dengan menyebut soal-soal Tauhid, keTuhanan, kebesaran dan
kemuliaan Allah.Maka mulailah disebutkan ayat ini.”Demikian ar-Razi.[3]
Langit adalah yang diatas kita yang
menaungi kita.Entah kenapa lapisannya, Tuhanlah yang tahu.Sedang yang dikatakan
kepada kita hanya tujuh.Menakjubkan pada siang hari dengan berbagai warna
awan-gemawan, mengharukan malam harinya dengan berbagai bintang-gemintang.
Bumi adalah tempat kita berdiam diri, penuh
dengan aneka keganjilan, yang kian diselidiki kian mengandung rahasia ilmu yang
belum terurai.langit dan bumi dijadikan oleh Khalik, dengan tersusun,
terjangkau, dengan sangat tertib.Bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap
saat tanpa hidup semua, bergerak menurut aturan.Silih berganti perjalanan malam
dengan siang, betapa besar pengaruhnya atas hidup kita ini ddan hidup segala
yang bernyawa.
Kadang-kadang musim dingin, musim panas, musim gugur
dan musim semi.Demikian pula teraturnya hujan, dan panas.Semua ini menjadi
ayat-ayat, tanda-tanda bagi orang yang berfikir, bahwa tidaklah semua ini
terjadi dengan sendirinya.Sempurna buatannya tandanya menjadikannya indah.Mulia
belaka, tanda yang melindunginya mulia adanya.
Orang melihatnya dan mempergunakan pikiran
meninjaunya, masing-masing menurut bakat pikirannya.Engah dia seorang ahli ilmu
alam, atau ahli ilmu bintang (astronomi), atau ahli ilmu tumbuh-tumbuhan, atau
ahli ilmu pertambangan, ataupundia seorang philosof ataupun penyair dan
seniman. Semuanya akan dipesona oleh susunan tabir alam yang luar biasa itu.
Mengapa kita berkesimpulan sampai demikian, karena
kita manusia, kita berpikir.Ulul al albab mempunyai intisari, mempunyai
pikiran,. Mempunyai biji akal yang bisa ditanam akan tumbuh.
Orang yang berpikir itu: “(yaitu)
orang-orang yang mengingati Allah sewaktu berdiri, duduk atau berbaring”. (pangkal
ayat 191).
Artinya orang yang tidak pernah lepas akan Allah dari
ingatannya. Disini disebut Yadzkuruuna, yang berarti ingat.Berpokok dari
kalimat zikir (ingat).Dan disebutkan pula, bahwasannya zikir itu hendaklah
bertali (hubuungan) dantara sebutan dengan ingatan. Kita sebut nama Allah dengan mulut karena Dia telah terlebih dahulu
teringat dalam hati. Maka teringatlah Dia sewaktu berdiri, dudduk termenung,
atau tidur berbaring.Sesudah penglihatan atas kejadian langit dan bumu, atau
pergantian siang dan malam, langsungkan ingatan kepada yang menciptakannya, karena
jelaslah dengan sebab ilmu pengetahuan bahwa semuanya itu tidaklah ada yang
terjadi dengan sia-sia atau secara kebetulan.Ingat atau zikir kepada Allah itu,
sekali lagi bertali dengan demikian. Maka datanglah sambungan ayat: “Dan
mereka pikirkan hal kejadian langit dan bumi.” Disini bertemulah dua hal
yang tidak terpisahkan yaitu zikir dan fi’.Dipikirkan semua yang terjadi itu,
maka karena dipikirkan timbulah ingatan sebagai kesimpulan dari berpikir, yaitu
bahwa semua itu tidaklaherjadi sendiri, melainkan ada Tuhan yang Maha Pencipta,
itulah Allah.Oleh karena memikirkan yang nyata, teringatlah kepada yang lebih
nyata. Semata dipikirkan saja kejadian alam ini, yang akan bertemu hanyalah
ilmu pengetahuan yang gersang dan tandus. Ilmu pengetahuan yang membawa kepada
iman, adalah pengetahuan yang buntu.Dia mesti menimbulkan ingatan.Terutama
ingatan atas kelemahan dan kekecilan diri ini di hadapan kebesaran Maha
Penciptanya.[4]
b. Tafsir ayat ke 2
ttûïÏ%©!$#tbrãä.õt©!$#$VJ»uÏ%#Yqãèè%ur4n?tãuröNÎgÎ/qãZã_
Ulul Albab
adalah orang-orang yang menggunakan pikirannya, mengambil faedah dari-Nya,
mengambil hidayah dari-Nya , menggambarkan keagungan Allah, dan mau mengingat
hikmah akal dan keutamannya, disamping keagungan dan karunia-Nya dalam segala
sikap dan perbuatan mereka, sehingga mereka bisa berdiri, duduk, berjalan,
berbaring dan sebagainya.
Kesimpulannya,
bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak melalaikan Allah swt.Dalam sebagian
besar waktunya.Mereka merasa tenang dengan mengingat Allah, dan tenggelam dalam
kesibukan mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.Dan
hanya melakukan zikir kepada Allah, hal itu masih belum cukup untuk menjamin
hadirnya hidayah.Tetapi harus pua dibarengi dengan memikrkan keindahan ciptaan
dan rahasia-rahasia ciptaan-Nya.
Mereka mau
memikirkan tentang kejadian langit dan bumi beserta rahasia-rahasia dan
manfaat-manfaat yang terkandung didalamnya yang menunjukan ilmu yang sempurna,
hikmah yang tinggi, dan kemampuan yang utuh.
Kesimpulannya,
bahwakeberuntungan dan keselamatan hanya bisa dicapai melalui mengingat Allah
dan memikirkan makhluk-makhluk-Nya dari segi yang menunjukkan adanya Sang
pencipta yang Esa, Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Al-Ashbahani
dalam hal in telah meriwayatkan sebuah hadis dari abdu ‘I-lah bin Salam, bahwa
Rasulullah saw, pernah pergi keluar bersama para sahabatnya, sedangkan waktu
itu mereka sedang bertafakkur. Kemudian Rasulullah saw bersabda:
تَفَكّرُوْا فِى الْخَلْقِ وَلاَ تَتَفَكّرُوْا
فِى ا لخَا لِقِ
“Pikirkanlah oleh kalian
tentang makhluk , dan jangan sekali-kali kalian memikirkan Allah swt”.[5]
"Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia”. Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sebuah
zikir dan pikir , yaitu tawakal dan ridha , menyerah dan mengakui kelemahan
diri. Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang .seyogyanya bertambah ingatlah
dia kepada Allah. Sebagai tanda pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan
kebesaran Tuhan, timbulah bakti dan ibadat kepada-Nya.“Maha suci Engkau!Maka
peliharlah kiranya kami dari azab neraka.” (ujung ayat 191).[6]
Sifat-sifat
Ulul Albab yaitu: Mereka baik lelaki maupun perempuan yang mengingat Allah swt,
dalam seluruh situasi dan kondisinya: berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring. Mereka memikirkn tentang penciptaan dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu berkesimpulan bahwa:
Tuhan tidak menciptakan alam raya dan segala isinya dengan sia-sia atau tanpa
tujuan yang baik. Mereka juga menyucikan Allah swt, dari segala kekurangan dan
keburukan yang mereka dengar atau terlintas sesekali dalam benak
mereka.Disamping itu ereka selalu bermohon kiranya dilindungi dari azab neraka.[7]
1.
Aplikasi Tafsir dalam
Kehidupan
Pada kisah Nabi
Ibrahim, misalnya bagaimana mungkin Beliau tega untuk membawa dan kemudian
meninggalkan istrinya Siti Hajar r.a yang baru melahirkan Ismaila as, dan
Ismail as, itu sendiri masih seorang bayi merah, ditengah padang pasir Mekkah
yang tandus , tanpa bekal dan tanpa air, selama sebelas tahun lamanya.
Sementara Nabi Ibrahim setelah itu
justru pulang ke istrinya yang lain, Siti Sarah r.a, dan baru kembali menyusul
mereka sebelas tahun kemudian. Tinakan Beliau seakan-akan sangan tidak berperikemanusiaan dan jelas melanggar
HAM. Walaupun pada akhirnya dalam kehausan yang amat sangat, Ismail kecil
menendang-nendang pasir dan muncullah dari sana sumber airzamzam . Siti
Hajar yang berlari berbolak-balik
kesana- kemari mencari air antara buit Shafa dan Marwa, hingga sekarang
diabadikan dalam salah satu ritual ibadah Haji. Baru bertahun-tahun
kemudian Ibrahim a.s datang kembali ke
tempat itu, untuk membangun Ka’bah bersama Ismail dan Hajar. Berabad-abad
kemudian, tempat itu menjadi sebuah kota
Mekkah.
Berdasarkan
keterangan diatas, jika kita manusia yang sudah memiliki akal, tapi masih
bingung dengan takdir kita yang mungkin
tidak menyenangkan, dengan musibah, dengan makna hidup, dengan perilaku para
nabi yang tidak sesuai dengan kehendak kita, bingung debgab kehidupan, bingung
kenapa harus ada bencana atau tidak mampu memahami ayat-ayat mutasyabihaat
dalam Al-Qur’an artinya kita memang berakal, tetapi belum termasuk kedalam
golongan yang Ulul Albab.[8]
2.
Nilai Tarbawi
a.
Perlunya mempelajari dan
merenungi ciptaan Allah swt, dan fenomena alam. Bukan hanya untuk mengetahui
rahasi-rahasianya, tetapi juga dapat mengantar kepada kesadaran tentang keesaan
Allah swt, dan tujuan hidup yakni mengabdi kepadan-Nya.
b.
Berfikir saja tidak cukup,
tetapin harus disertai dengan zikir, yakni mengingat Allah swt, dengan
mengaitkan segala sesuatu kepada-Nya. Itu dapat dilakukan dengan segala cara
dan dalam semua situasi.
c.
Objek pikir yang merupakan
kerja akal adalah alam raya dengan segala fenomenanya. Sedang objek zikir yang
merupakan kerja hati adalah Allah swt.
d.
Berdoa menghindar dari mereka
saja tidak akan cukup, kecuali jika diikuti oleh usaha berbuat baik disertai
kesadaran bahwa betapapun kebaikan telah dilakukan. Namun kekurangan dan
kesalahan masih tetap saja tidak dapat dihindari.
e.
Malu dihina dan dipermalukan
adalah sifat Ulul Albab. Ini berarti budaya malu adalah sifat yang sangat
terpuji.[9]
PENUTUP
Ulul albab adalah orang-orang yang memiliki
akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh “kulit” yaitu kabut ide, yang
dapat mnyebabkan keracunan dalam berpikir. Yang merenungkan tentang fenomena
alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan
Allah swt.
Dalam uraian diatas dapat kita lihat bahwa sebelum melakukan aktivitas
berpikir, seseorang akan dikatakan
sebagai Ulul Albab jika ia telah mampu
melaksanakan kegiatan dzikir dalam
artian selalu mengingat Allah dalam
segala kondisi. Kita telah mengetahui dengan jelas bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna karena dikaruniaioleh
Allah berupa akal pikiran, punya nalar untuk menentukan mana yang salah dan mana yang benar, mana
yang baik dan mana yang buruk. Tapi jika kata Ulul Albab dipahmi hanya sebagai
orang-orang yanag berpikir seperti ayat diatas
sangatlah tidak tepat, karena tidak semua orang dari kita yang berakal
ini mampu mengambil pelajaran dari kisah
para Nabi.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Abdul Malik
Karim.1983.Tafsir Al-Azhar. Jakarta:Pustaka Panjimas.
Musthafa, Ahmad. 1986.Tafsir
Al-Maraghi IV. Semarang: Toha Putra.
Shihab, M. Quraish. 2012.
Al-Lubab (Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur’an).
Tanggerang: Lentera Hati.
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Lilis
Cahyaningsih
NIM :
2021114191
Tempat, Tanggal dan Lahir : Pemalang, 23 November 1996
Alamat :
Jl Kh Samanhudhi Ds. Pelutan Kec. Pemalang Kab
Pemalang
Riwayat pendidikan : TK Aisyah Kebondalem
SD Negeri 06 Kebondalem
SMP
Islam Pelutan
MAN
1 Pemalang
STAIN PEKALONGAN
[1]Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an),
(Tanggerang: Lentera Hati, 2005), hlm. 307.
[2]Ahmad Musthofa Al Maraghi IV, Terjemahan
tafsir al maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1986), cet. I, hlm 289
[3]Abdul Malik Karim Amrullah, Tafsir
al-Azhar juz IV, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm 248-249
[4]Ibid, hlm 249-251
[5]Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Op.
Cit., 291-292
[6]Abdul Malik Karim Amrullah, Op.
Cit., 251
[7]M. Quraish Shihab, Al Lubab
(Makna, Tujuan dan Pelajaran dari surah-surah Al Qur’an), (Tanggerang:
Lentera Hati, 2012), Cet. I, hlm. 157
[9]M Quraish Shihab, Al Lubab (Makna
Tujuan dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur’an), (Tanggerang:Lentera
Hati,2012), hlm.158.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar