KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN
QS. AR-RAHMAN AYAT 33
Azzahrotul Safira (2021115100)
Kelas D
JURUSAN TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda agung Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di Yaumul Akhir nanti.
Makalah tentang “Kekuatan Ilmu Pengetahuan”, di buat guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Muhammad Hufron selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan waktu untuk mengizinkan penulis menyelesaikan makalah ini dengan semampu penulis. Serta teman-teman yang telah mendukung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dengan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi bahasa, analisis materi, kajian ataupun cara penulisannya. Maka dari itu penulis sangat mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca pada umumnya.
Pekalongan, 26 September 2016
Azzahrotul Safira
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT sebagai sang khaliq Yang maha Sempurna,
menciptakan alam dan seisinya. Manusia tercipta dengan kelebihan yakni akal
pikiran. Dimana dengan akal pikiran tersebut manusia mampu membuat
inovasi-inovasi baru dalam kehidupannya.
Namun didalam proses tersebut, manusia membutuhkan
ilmu pengetahuan. Didalam memperoleh Ilmu pengetahuan tersebut, banyak cara
yang dapat dilakukan, misalnya dengan belajar, mengamati alam sekitar, dan
mengetahui yang ada di bumi dan di luar bumi (luar angkasa)
Untuk mengetahui apa yang ada di bumi dan untuk
mengetahui apa yang ada di luar bumi (luar angkasa), harus dengan kekuatan
seperti dalam firman Allah dalam surat Ar-Rahman ayat 33. Pada makalah inilah
kekuatan ilmu pengetahuan dan dan tafsir surat Ar-Rahman ayat 33 akan dibahas.
B.
Judul Makalah
Judul yang
di bahas dalam makalah ini adalah “Kekuatan Ilmu Pendidikan”
1. Nash Beserta artinya
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ
أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا ۚ لَا
تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Artinya: “Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu
tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah SWT)”. (Surat
ar-Rahman: 33 )
Arti penting untuk dikaji
Didalam QS. Ar-Rahman ini dijelaskan bahwa
ilmu penngetahuan itu penting bagi umat manusia, karena dengan ilmu pengetahuan
kita bisa mendapat ilmu dan dapat mengetahui apa yang ada di bumi dan di luar
bumi (luar angkasa). Dan dengan ilmu pula kita mendapat wawasan yang luas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Kata
ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm yang berarti pengetahuan, merupakan
lawan kata jahl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Sumber lain
mengatakan bahwa kata ‘ilm adalah bentuk masdar dari ‘alima, ya’lamu,
‘ilman. Kata ilmu biasa disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu ma’rifah
(pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur
(perasaan). [1]
Pengetahuan
dalam bahasa Inggris kita sebut “knowledge” yang secara umum dapat di artikan
sebagai suatu pemahaman atau sesuatu hal yang diketahui atau dipahami oleh
seseorang. Ilmu pengetahuan [2]
Istilah
ilmu pengetahuan terdiri dari 2 kata, yaitu ilmu dan pengetahuan. Pengetahuan
merupakan hubungan objek dan subyek. Subjek disini maksudnya adalah manusia
sebagai kesatuan berbagai macam kesanggupan (akal, pancaindra) yang digunakan
dalam rangka untuk mengetahuai sesuatu. Sebaliknya objek adalah benda atau hal
yang diselidiki yang merupakan realitas bagi manusia yang menyelidiki. Adapun
ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari
pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang
sesuatu yang sedang dipelajari (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:80).[3]
Manusia
berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya melalui
beberapa sumber antara lain sebagai berikut : (Uyoh Sadulloh, 2003 : 30-33)
1. Pengetahuan wahyu (revealed knowledge)
Manusia memperoleh pengetahuan dan kebenaran
berdasarkan kepada wahyu yang diberikan Tuhan kepada manusia. Tuhan telah
memberikan pengetahuan dan kebenaran kepada manusia yang telah dipilih-Nya,
yang dapat dijadikan petunjuk bagi manusia dalam hidupnya. Kebenaran wahyu
bersifat mutlak dan abadi. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, artinya
pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia.
2. Pengetahuan intuitive (intuitive knowledge)
Pengetahuan ini diperoleh manusia dari dalam dirinya
sendiri tatkala ia menghayati sesuatu. Pengetahuan ini sebagai hasil dari
penghayatan pribadi, sebagai hasil keunikan dan ekspresi individu, sehingga
validitas pengetahuannya bersifat pribadi, dan memiliki watak yang tidak
komunikatif, khusus untuk diri sendiri, subyektif, tidak terlukiskan, sehingga
sulit untuk melukiskan seseorang memilikinya atau tidak.
3. Pengetahuan rasional (rational knowledge)
Pengetahauan ini merupakan pengetahuan yang
diperoleh dengan latihan rasio atau akal semata, tidak disertai dengan obsevasi
terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
4. Pengetahuan empiris (empirical knowledge)
Pengetahuan ini diperoleh melalui pengindraan
dengan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan indra-indra lainnya, sehingga
kita memiliki konsep dunia di sekitar kita.
5. Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge)
Kita menerima pengetahuan itu benar bukan
karena telah mengkroscekkan dengan keadaan yang ada diluar diri kita, melainkan
telah dijamin otoritasnya (sumber yang berwibawa, memiliki wewenang dan hak) di
lapangan.[4]
B. Tafsir dari QS. Ar-Rahman ayat 33
1. Tafsir Al-Mishbah
Ayat di atas menegaskan bahwa mereka tidak
dapat menghindar dari pertanggungjawaban serta akibat-akibatnya. Allah
menantang mereka dengan menyatakan : Hai kelompok jin dan manusia yang
durhaka, jika kamu sanggup menembus keluar menuju penjuru-penjuru langit
dan bumi guna menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa
kamu itu, maka tembuslah keluar. Tetapi, sekali-kali kamu tidak dapat
menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak memiliki
kekuatan! Maka, nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua
ingkari?
Peringatan
di atas merupakan salah satu bentuk nikmat Allah SWT. Dan karena itu pertanyaan
yang menggugah atau mengandung kecaman tersebut diulangi lagi.
Kata
( معشر (
berarti jamaah atau kelompok yang banyak. Agaknya ia terambil dari kata ((عشرة yang juga
berarti sepuluh karena mereka tidak terhitung satu per satu, tetapi sepuluh
demi sepuluh.
Didahulukannya
penyebutan jin atas manusia karena jin memiliki kemampuan lebih besar daripada
manusia dalam mengarungi angkasa. Bahkan, suatu ketika dalam kehidupan duniawi,
mereka pernah memiliki pengalaman, walau dalam bentuk terbatas.
Thahir
Ibn ‘Asyur menegaskan bahwa ayat di atas bukanlah merupakan ucapan yang
diucapkan kepada mereka dalam kehidupan dunia ini. Maksudnya ia akan diucapkan
kelak di hari kemudian sebagaimana dipahami dari konteks ayat-ayat sebelumnya
dan sesudahnya. Ayat ini dijadikan oleh sementara orang sebagai bukti isyarat
ilmiah Al-Qur’an tentang kemampuan manusia ke luar angkasa. Di sisi lain, kalau
seandainya yang dimaksud ayat ini adalah sekadar keluar beberapa jauh menembus
angkasa, maka hal itu sebenarnya telah berhasil dilakukan oleh salah satu dari
dua jenis makhluk yang ditantang ini, yakni jin.
Tim
penulis Tafsir al-Muntakkab akhirnya menyatakan bahwa pendapat yang memahami
ayat di atas berkaitan dengan kemampuan manusia menjelajah ruang angkasa tidak
sejalan dengan konteks ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Pada ayat 33 di atas
merupakan peringatan dan tantangan bagi mereka yang bermaksud menghindar dari
tanggung jawabnya di hari kemudian itu. Ayat ini tidak berbicara dalam konteks
kehidupan duniawi, apalagi menyangkut kemampuan manusia menembus angkasa luar,
tetapi semata-mata sebagai ancaman bagi yang hendak menghindar. Karena itu,
perintah di atas tembuslah bukan perintah untuk dilaksanakan, tetapi
perintah yang menunjukkan ketidakmampuan memenuhinya. Tidak ubahnya seperti
seorang tokoh kuat pemberani yang berkata lawannya yang penakut lagi lemah :
“Tembaklah aku”, yakni “Engkau tidak mungkin dapat melakukannya”.[5]
2. Tafsir Al-Lubab
Pada
ayat 33 ini menantang manusia dan jin, guna membuktikan kepada masing-masing,
ketidak berdayaan mereka bahwa : Hai kelompok jin dan manusia, lebih-lebih yang
durhaka, jika kamu sanggup menembus keluar penjuru-penjuru langit dan bumi guna
menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu, maka
tembuslah keluar! Tetapi sekali-kali kamu tidak dapat menembusnya melainkan
dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak mempunyai kekuatan![6]
3. Tafsir Al-Azhar
“Wahai
sekalian jin dan manusia! Jika kamu sanggup melintasi semua penjuru langit dan
bumi, lintasilah!” (pangkal ayat 33). Artinya bahwa di antara Rahman-Nya
Allah itu kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan yang diberikan kepada
kita untuk melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga yang ada pada kita, dengan
segenap akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun di akhir ayat
Tuhan memberi ingat bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas; Namun kamu tidaklah
akan dapat melintasinya, kalau tidak dengan kekuasaan.
Dalam
suku kata pertama diberi kebebasan bagi manusia melintasi segala penjuru bumi,
baik untuk mengetahui rahasia yang terpendam di muka bumi ini, ataupun hendak
menuntut berbagai macam ilmu. Karena banyaklah rahasia dalam alam ini yang
tersembunyi, yang sudah thabi’at daripada manusia itu sendiri ingin tahu. Namun
di suku kata yang kedua diberi ingat bahwa semuanya pekerjaan itu sangat
bergantung kepada kekuasaan, yang dalam ayat di sebut Sulthan. Diberi ingat
bahwasanya kalau kekuasaan tidak ada, pekerjaan akan terlintas ditengah.[7]
C. Aplikasi dalam kehidupan
Dari
penjelasan teori dan tafsir-tafsir di atas, dapat diambil pelajaran untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa ilmu pengetahuan itu penting
bagi umat manusia. Supaya kita mendapatkan ilmu dengan cara membaca. Dengan
ilmu pengetahuan manusia mengetahui yang ada di bumi ataupun di luar bumi (luar
angkasa). Menyakini bahwa alam semesta itu di ciptakan oleh Allah SWT. Oleh
karena itu manusia harus terus menggali ilmu pengetahuan.
D. Aspek Tarbawi
a. Kekuatan Allah yang diberikan oleh manusia itu
berupa akal, yang harus dikembang dengan cara menuntut ilmu.
b. Allah memerintahkan kepada jin dan manusia
untuk menembus (melintasi bumi dan langit), tetapi mereka tidak mampu kecuali
dengan kekuatan Allah.
c. Manusia harus terus menggali ilmu pengetahuan
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari 2 kata,
yaitu ilmu dan pengetahuan. Pengetahuan merupakan hubungan objek dan subyek.
Subjek disini maksudnya adalah manusia sebagai kesatuan berbagai macam
kesanggupan (akal, pancaindra) yang digunakan dalam rangka untuk mengetahuai
sesuatu. Sebaliknya objek adalah benda atau hal yang diselidiki yang merupakan
realitas bagi manusia yang menyelidiki. Adapun ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman
untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang sesuatu yang sedang dipelajari
(Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:80).
Manusia berusaha mencari pengetahuan dan
kebenaran, yang dapat diperolehnya melalui beberapa sumber antara lain sebagai
berikut : (Uyoh Sadulloh, 2003 : 30-33)
a. Pengetahuan wahyu (revealed knowledge)
b. Pengetahuan intuitive (intuitive knowledge)
c. Pengetahuan rasional (rational knowledge)
d. Pengetahuan empiris (empirical knowledge)
e. Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge)
[1] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan,(Jakarta:Rajawali
Pres2009), hlm 155
[2] Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan Cet
III, (Jakarta:Kencana2013), hlm 2
[3] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam,(Yogyakarta:Gama Media
Offset2007), hlm 26
[4] Ibid, hlm 26-28
[5] M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,(Jakarta:Lentera Hati2002), hlm
306-309
[6] M Quraish Shihab, Al-Lubab Cet I,(Tangerang:Lentara Hati2012), hlm
138
[7] Hamka, Tafsir Al-Azhar,(Surabaya:Yayasan Latimojong), hlm 226-227
BIODATA DIRI
Nama : Azzahrotul Safira
TTL : Pekalongan, 19 Juni 1997
Alamat : Kayugeritan Karanganyar
Riwayat Pendidikan :
a. SDN 02 Kayugeritan Karanganyar
b. MTs YMI Wonopringgo
c. MAS Simbang Kulon Buaran Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar