METODE PENDIDIKAN “UMUM”
Metode Dakwah
Q.S An-Nahl ayat 125
Retno Putri Mentari (2021115312)
Kelas A
TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah atas segala kemudahan yang diberikan
kepada penulis , sehingga dapat menyelesaikan makaalah ini dengan waktu yang
tepat. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkaan untuk baginda Nabi
Muhammad SAW,yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Kiyamah.
Ucapan terimakasih pula penyusun sampaikan kepada :
1.
Ayah
dan Ibu yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
2.
Bapak
Muhammad Ghufron, M.S.I, selaku dosen matakuliah Tafsir Tarbawi I, yang telah memberikan
amanah untuk menyelesaikan tugas ini
3.
Teman-teman
yang senantiasa memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari , bahwa
makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Baik dari segi penyusunan dan
pemilihan kata . Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik dari
pembaca yang membangun ,sebagai bahan evaluasi agar dalam tahap penyusunan
lebih baik lagi.
Semoga makalah tafsir tarbawi ini bermanfaat bagi masyarakat luas
pada umumnya, dan bagi para mahasiswa khususnya.
Pekalongan, 16 November 2016
Retno
Putri Mentari
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah mukjizaat yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Yang menjadi penyempurna dari kitab sebelumnya, yakni Zabur, Taurat dan
Injil. Al-Qur’an sebagai kalamullah berfungsi sebagai salah satu sumber hukum
dalam Islam. Karena Al-qur’an berisi seperangkat aturan yang berasal dari Allah
SWT.
Al-qur’an juga merupakan buku pedoman hidup bagi orang Islam.Yang
tak hanya mengatur urusan Ibadah kepada Allah tapi juga mengatur hubungan sesama
manusia (a’mar ma’ruf nahi munkar).
Dalam hal ini termasuk
urusan dakwah. Dakwah adalah salah satu cara yang Rasulullah lakukan untuk
menyebarkan Agama Islam. Pelajaran pertama yang beliau sampaikan adalah Tauhid.
Yakni pengakuan bahwa Allah itu satu, dan tiada yang pantas di sembah
selainNYA.Itu disampaikan apa adanya kepada seluruh masyarakat. Lalu satu demi
satu, masyarakat menerima dakwah Rasulullah SAW. Orang-orang yang menerima itu
kemudian diorganisir dalam organisasi yang sangat rapi. Dengan dakwah pula
Rasulullah dan para sahabat berhasil mendirikan Daulah Islam di Madinah, pun
dengan pertolongan Allah SWT.
Dalam era sekarang dakwah bisa dijadikan metode dalam pengajaran.
Seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Karena dakwah merupakan tanda cinta dan kasih
sayang sesama muslim, yakni saling mengingatkan dalam kebaikan dan bersama-
sama menempuh jalan menggapai RidhoNya.
B.
Judul
makalah ini adalah “metode pendidikan Umum”. Dan dengan sub judul “metode
Dakwah”.
C.
Nash
Artinya :”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
D.
Arti
Penting
Bahwasannya dakwah adalah salah satu kewajiban bagi kaum muslimin.
Yakni menyampaikan ajaran agama Islam, seperti yang telah Rasulullah contohkan.
Berdakwahlah dengan cara yang ma’ruf lagi santun, ajak berdiskusi baik-baik,
sampaikan Islam dengan tegas, yang batil katakan batil yang haq katakan haq.
Jika orang lain tidak sepaham dengan kita bantahlah dengan cara yang baik ,
serta hindari perdebatan kusir.
Bab II
Pembahasan
A.
Teori
Dakwah menurut bahasa adalah seruan. Adapun menurut makna
syariah dakwah adalah seruankepada manusia untuk memeluk dan mengamalkan
Islam,sertamelakukan kemakrufan dan mencegah kemungkaran. Dakwah juga dapat di
deinisikan sebagai upaya untuk mengubah masyarakat-baik pemikiiran,perasaan
maupun sistem aturannya- dari masyarakat jahiliyah ke masyarakat Islam.[1]
Dalam proses lalulintas manusia antarbudaya, dakwah merupakan
nilai. Nilai dakwah dimaksud adalah Islam. Islam, baik dimaknai sebagai sikap
maupun dipahami sebagai sistem nilai dan pesan yang menyertai transfer suatu
dakwah, seperti dalam tablig, menjadi sangat penting ketika bersentuhan dengan
nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat.[2]
Dakwah mengajak memeluk Islam ditunjukkan untuk memperbaiki setiap
akidah/kepercayaan , menguatkan hubungan dengan Allah , dan menjelaskan kepada
masyarakat berbagai problematika pokok kehidupannya. Dengan cara ini , dakwah
akan dinamis dan mencangkup seluruh aspek kehidupan.[3]
Pelaku dakwah atau subjek dakwah adalah siapa saja yang terkena taklif
syar’i, yaitu: Islam , balig dan berakal. Adapun orang yang menerima dakwah
atau objek dakwah adalah orang kafir (ssebagai individu maupun negara) dan
orang Islam.[4]
Para pengemban dakwah tentu tidak akan sanggup memikul beban
tanggung jawab (dakwah) dan kewajiban-kewajibannya kecuali jika mereka
menanamkan pada dirinya cita-cita untuk mengarah pada jalan kesempurnaan :
selalu mengkaji dan mencari kebenaran ;serta senantiasa meneliti kembali secara
berulang-ulang setiap sesuatu yang sudah mereka ketahui agar dapat dibersihkan
dari segala pemikiran asing yang mungkin mempengaruhinya.
Disamping itu para pengembanng dakwah harus menunaikan kewajibannya
sebagai sesuatu yang dibebankan Allah di pundak mereka. Mereka melakukannya
dengan gembira dan mengharap keridhaan Allah. Mereka tidak berharap dari amal
perjuangannya itu imbalan (dari manusia), tidak menunggu ucapan terimakasih dan
tidak mencari sesuatu apapun , kecuali keridhaan Allah semata.[5]
B.
Tafsir
1.
Tafsir
Al-Misbah
Nabi Muhammad ,yang diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim as.
Sebagaimana terbaca pada ayat yang lalu, kini diperintahkan lagi untuk mengajak
siapapun agar mengikuti pula prinsip-prinsip ajaran Bapak para nabi dan
Pengumandang Tauhid itu. Ayat ini menyatakan : Wahai Nabi Muhammad, serulah
yakni lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada
jalan yang ditunjukkan Tuhanmu,yakni ajaran Islam dengan hikmah
dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni siapaapun yang menolak
atau meragukan ajaran Islam dengan cara yang terbaik. Itulah tiga cara
berdakwah yang hendaknya engkau tempuh mengahadapi manusi yang beraneka ragam
peringkat dan kecenderugannya: jangan hhiraukan cemoohan atau tuduhan-tuduhan
tidak berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka kepada
Allah, karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat
baik kepadamu. Dialah sendiri yang lebih mengetahui dari siapa
pun yang menduga tahu tentang siapa yang bejat jiwanya sehingga tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah saja juga yang lebih mengetahui orang-orang
yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk. [6]
2.
Tafsir
Al-Qurtubi
Dalam ayat ini dibahas satu masalah:
Ayat ini turun di Makkah saat diperintahkan agar berdamai dengan
Quraisy. Allah juga memerintahkan beliau agar berdakwah menyeru kepada agama
Allah dan syari’at-Nya dengan lembut , tidak kasar atau keras. Demikianlah
seharusnya kaum muslim memberikan nasehat tentang hari Kiamat yang merupakan
hikmah bagi para pelaku kemaksiatan dari kalangan ahli tauhd, dan menghapus
perintah perang terhadap orang-orang kafir.
Telah dikatakan pula “Siapa saja dari kalangan orang-orang kafir
yang basa di harapkan keimanannya dengan cara hikmah maka dia harus melakukan
tanpa ada pertemuan.[7]
3.
Tafsir
Al-Maraghi
Allah berfirman menyuruh Rasul-Nya berseru kepada manusia, mengajak mereka kejalan Allah
dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat serta ajnuran yang baik. Dan jika
orang-orang itu mengajak berdebat , maka bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Allah lebih mengetahui siapa yang durhaka terseeat dari jalan-Nya dan
siapa yang bahagia berada di dalam jalan
yang yang lurus yang di tunjukkan oleh Allah. Maka janganlah menjadi kecil
hatimu , hai Muhammad , bila ada orang-orang yang tidak mau mengikutimu dan
tetap berada dalam jalan yang sesat. Tugasmu hanyalah menyampaikan apa yanng
diwahyukan oleh Allah kepadamu dan memberi peringatan kepada mereka , sedang
Allah-lah yang akan menentukan akan memberi petunjuk , serta Dialah yang akan
meminta pertanggungjawaban hamba-hambaNya kelak di hari kiamat.[8]
4.
Tafsir
Al-Ahzar
“Serulah kepada jalan Tuhan engkau dengan kebijaksanaan dan
pengajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.”(pangkal
ayat 125). Ayat ini adalah mengandung ajaran kepada Rasulullah SAW tentang cara
melancarkan dakwah , atau seruan terhadap manusia agar mereka berjalan di atas
jalan Allah (Sabilillah). Sabilillah , atau Shirathal Mustaqim , atau Ad-Dinul
Haqqu, agam yang benar , Nabi Saw memegang tapuk pimpinan dalam melakukan dakwah itu. Kepadanya dituntunkan
oleh Tuhan bahwa dalam melakukan Dakwah hendaklah memakai tiga macam cara atau
tiga tingkatan cara. Pertama Hikmah (Kebijaksanaan). Yaitu dengan cara bijaksana
, akal budi yang mulia , dada yang lapang dan hati yang bersih menarik
perhatian orang kepada agama , atau kepada kepercayaan Tuhan.
Yang kedua ialah Al-Mau’izzatul hasanah , yang kita artikan
pengajaran yang baik ,atau pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai
nasihat. Sebagai pendidikan dan tuntunan anaka kecil. Sebab itu termasuklah
dalam bidang “al-mau’izatul ahasanah”, pendidikan ayah-bunda dalam rumah
tangga kepada anak-anaknya, yanng menunjukkan contoh beragama di hadapan
anak-anakanya, sehingga menjadi kehidupan mereka pula. Termasuk juga pendidikan
dan pengajaran dalam perguruan-perguruan.
Yang ketiga ialah “Jadilhum billati hiya ahsan” ,bantahlah
mereka dengan cara yang lebih baik. Kalau terpaksa timbul oerbantaan dan
pertukaran fikiran, ayat ini menyuruh , agar dalam hal yang demikian , kalau
sudah tidak dapat dielakkan lagi, pilihlah jalan yang sebaik-baiknya.
Diantaranya ialah memperbedakan pokok masalah soal yang tengah dibicarakan
dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang yanng tengah diajak
berbantah.
Ketiga pokok cara mrlakukan Dakwah ini , hikmah, muizah hasanah dan
mujadalah billati ahsan,amatlah diperlukan disegala zaman. Sebab dakwah
ini ajakan dan seruan membawa ummat manusia kepada jalan yang benar itu,
sekali-kali bikanlah propaganda , meskipun propaganda itu sendiri kadang-kadang
menjadi bagian dari alat dakwah. Dakwah meyakinkan, sedang propaganda atau
di’ayah adalah memksakan.[9]
C.
Aplikasi dalam kehidupan
Dalam ayat 125 surah an nahl, Allah menyerukan kepada Nabi Muhammad
untuk berdakwah, yakni menyampaikan ajaran Islam. Mengajak orang-orang
jahiliyah yang pada saat itu menyembah berhala, untuk menyembah hanya
kepada Allah SWT.
Sejatinya, berdakwah juga bukan hanya kewajiban Rasulullah
SAW,namun juga kita, sebagai kaum muslimin, yang beriman kepada Allah dan
Rasulullah. Karena mengajak orang lain kepada yang ma’ruf dan mencegahnya dari
yang munkar dengan hikmah atau nasihat adalah bagian dari dakwah. Rasulullah
sendiri pernah berpesan akan hal itu, yakni “sampaikanlah , walau hanya satu
ayat”.
Ketika seseorang telah paham kewajiban akan dakwah, dia akan terus
belajar , meng upgrade diri , muhasaabah dan bermurajaah agar apa yang ia
sampaikan bisa di cerna dan diaplikasikan dalam kehidupan orang yang ia ajak
(yang ia dakwahi). Pun berlandaskan pada Al-qur;an dan Assunah.
Dakwah adalalah bagian dari tanda cinta dan sayang kaum muslimin. Sebab
cinta itu tidak akan membiarkan orang yang disayangi mencicipi panasnya api
neraka, dan merasakan pedihnya siksaan Allah SWT. Sebaliknya,bagi merekayang
mengerti pentingnya berdakwah,senantiasa akan mengingatkan orang-orang
terdekatnya kepada kebaikan yang mengantarkannya menggapai Surga Allah SWT.
Dalam menyampaikannya pun bermacam-macam, bisa lewat tulisan maupun
lisan. Dan dengan cara yang ma’ruf, artinya, jangan memaksa orang lain
meneerima pendapat kita, apabila ia memiliki pandangan yang berbeda, bantahlah
dengan cara yang halus. Boleh berdebat ,selagi masih dalam jalur syar’i , namun
hindarilah debat kusir yang ujunganya hanya mencari siapa yang menang.
D.Aspek tarbawi
1.
Berdakwahlah
dengan cara yang ma’ruf. Baik dalam tulisan maupun lisan
2.
Jangan
memaksa orang lain menerima pendapat kita. Apabila ia memiliki pendapat yang
berbeda dengan kita.
3.
Bantahlah
lawan bicara kita dengan cara yang halus, sesuai dengan jalur syar’i , Hindari
debat kusir.
4.
Jangan
kompromi dalam berdakwah, artinya yang haq katakan haq, yang batil katakan
batil. Sebab haq dan batil tidak boleh dicampur adukkan.
5.
Jangan
berhenti belajar dan bermuhasabah diri,agar Allah memudahkan lisan dalam
menyampaikan Islam.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Serulah
manusia dengan hikmah, yakni lewat dakwah. Sampaikan Islam degan cara yang
ma’ruf lagi santun. Jangan berkecil hati apabila orang lain masih enggan
menerima pendapat yang kita sampaikan, walaupun itu benar. Jangan juga terlalu
memaksa jika orang lain memiliki pandangan yang berbeda dengan kita. Bantahlah
dengan cara yang halus pula, apabila mengajak berdebat, debatlah dengan tujuan
untuk menyamakan presepsi.
Daftar Pustaka
Hamka. Tafsir Al-Azhar.(Jakarta: Pustaka
Panjimas,1984).
Syaikh Imam Al-Qurtubi ,Al-jami’ il
Ahkam Al Qur’an, terj (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) hlm 498
Ahmad musthafa al-maraghi.Tafsir Al-Maragi.(Semarang:PT
Karya Toha, 1989).
M.quraish Shihab ,Tafsir al-misbah(jakarta:Penerbit Lentera
Hati,2005)
Arief B. Iskandar,MateriDasar
Islam cet XI,(Bogor:Al-Ahzar Press,2015), hlm 180
Acep Aripudin & h. Sukriyadi Sambas.Dakwah
Damai (Bandung:Pt Remaja Rosdakarya,2007),hlm 3
Taqiyudin an-Nabhani, Nizam Al-Islam, (Jakarta: Hizbut
Tahrir Indonesia,2013) hlm 105
Profil
Nama: Retno Putri Mentari
Nim :2021115312
Alamat : Ds.mayangan , kec. wiradesa ,kab. Pekalongan
Tanggal lahir: Magelang, 5 Mei 1996
Riwayat pendidikan :
-
SD N
Trasan 2 ,Kec. Bandongan kab.Magelang
-
SMP
N 12 Kota Magelang
-
SMK
N 2 Kota Magelang
-
IAIN
Pekalongan (masih semester 3)
[1]
Arief B. Iskandar,MateriDasar Islam cet XI,(Bogor:Al-Ahzar Press,2015),
hlm 180
[2]
Acep Aripudin & h. Sukriyadi Sambas.Dakwah Damai (Bandung:Pt Remaja
Rosdakarya,2007),hlm 3
[3]Taqiyudin
an-Nabhani, Nizam Al-Islam, (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia,2013) hlm
105
[4]
Arief B. Iskandar, Op.Cit,hlm 182
[5]
Taqiyudin an-Nabhani, Op.Cit.108
[6]
M.quraish Shihab ,Tafsir al-misbah(jakarta:Penerbit Lentera Hati,2005)
hlm385-386
[7]Syaikh
Imam Al-Qurtubi ,Al-jami’ il Ahkam Al Qur’an, terj (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008) hlm 498
[8]Ahmad musthafa al-maraghi.Tafsir
Al-Maragi.(Semarang:PT Karya Toha, 1989).hlm.610
[9]Hamka. Tafsir Al-Azhar.(Jakarta: Pustaka
Panjimas,1984).hlm 321-322
Tidak ada komentar:
Posting Komentar