METODE PENDIDIKAN “UMUM”
Metode Filsofis
Q.S Al-Mulk Ayat 1
Lika Hanifa (2021115339)
Kelas A
TARBIYAH/PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Denganmengucapkanpujisyukurkehadirat
Allah SWT, yang
telahmemberikanberlimpahnikmatberupakesehatanjasmanimaupunrohanikepadapenulissehinggapenulisdapatmenyelesaikanmakalahyang berjudul Obyekpendidikan “secaraUmum” ;,
“metodefilosofis” Q.S al-mulkayat 1. Sholawat dan serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammmad SAW, beserta para sahabat dan keluarga serta
Umat beliau hingga akhir zama, Penulis menyadari tersusunnya, makalah ini
bukanlah semata-mata hasil jerih payah penulis sendiri, melainkan berkat do’a
dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada;
1.
Bapak dan ibu atas semua doa dan bantuan financial untuk menyelesaikan makalah ini
2.
Bapak Muhammad
Ghufron M S.I selaku dosen pengampuh matakuliah Tafsir Tarbawi I
3.
Teman-teman
kelas Tafsir Tarbawi I A yang selalu mensuprot dan menghibur penulis selama
menyelesaikan makalah ini.
4.
Serta semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari
bahwa sepenuhnya masih ada kekurangan ,baik dari segi penyusunan maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tngan terbuka penulis menerima seala saran
dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki maalah in. Semoga Allah
SWT memberikan memberikan pahala yang setimpal dn menjadikan amala sholeh bagi
semua pihak yang telah berturut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah in dapat bermnfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal
‘Alamin.
Pekalongan , 15 November 2016
Lika Hanifa
BAB I
PENDAHLUAN
A.
Latar Belakang
AL-Qur’an adalah mukjizat yang Allah Turunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang menjadi penyempurna dari kitab sebelumnya, yani Zabur,
Taurat, dan Injil. Al-Qura’an sebagai kallamuAllah berfungsi sebagai salah satu
sumber hukum dalam Islam, karena Al-Qur’an berisi seperangkat aturan yang
berasal dari Allah SWT.
Al-qur’an juga merupakan
buku pedoman hidup bagi orang Islam.Yang tak hanya mengatur urusan Ibadah
kepada Allah tapi juga mengatur hubungan sesama manusia (a’mar ma’ruf nahi
munkar).
Dalam dunia pendidikan,
metode filsafat sangat dibutuhkan, karena Filsafat ini menjadi landasan
strategi dan kompas jalanya pendidikan Islam. Dengan berfikir secara Filsafat,
maka kita akan mengetahui hakikat sesuatu terutama tentang berbagai Ilmu
Pengetahuan. Dan memepelajari Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena
pemikiran yang mendasar, sisitematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang
pendidikan, yang tidak hanya dilatar belakangi oleh ilmu pengetahuan agama
islam, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Melakukan pemikiran filosofis pada hakikatnya adalah usaha menggerakan semua
potensi psikologis manusia seperti pikiran, kecerdasan, kemauan, persaan,
ingatan, serta pengamatan panca indra tentang gejala kehidupan, terutama manusia
dan alam sekitarnya sebagai ciptaan Allah SWT.
B.
Judul
Judul makalah ini adalah “ Metode Pendidikan secara
‘umum’”. Dan dengan Sub Judul “ Metode Filosofis”
C.
Nash
Q.S Surat Al-Mulk ayat 1
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ
“Maha Suci Allah yang ditangan-nyalah segala
Kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas Segala Sesuatu”.
D.
Asbabun Nuzul
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi
saw. beliau bersabda: “Sesungguhnnya ada sebuah surah di dalam al-Qur’an
terdiri dari tiga puluh ayat yang memberi syafaat kepada pembacanya sehingga
diberikan ampunan kepadanya: Tabaarakal ladzii biyadiHil mulku.”
Diriwayatkan oleh empat penulis kitab as-Sunan dari hadits Syu’bah. At-Tirmidzi mengatakan: “Ini adalah hadits hasan.” Dan diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi melalui jalan Laits bin Abi Sulaiman dari Abuz zubair, dari Jabir bahwa Rasulullah saw. tidak tidur sampai membaca: alif laam mim tanziil; dan tabaarakalladzii biyadiHil mulku.”
Diriwayatkan oleh empat penulis kitab as-Sunan dari hadits Syu’bah. At-Tirmidzi mengatakan: “Ini adalah hadits hasan.” Dan diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi melalui jalan Laits bin Abi Sulaiman dari Abuz zubair, dari Jabir bahwa Rasulullah saw. tidak tidur sampai membaca: alif laam mim tanziil; dan tabaarakalladzii biyadiHil mulku.”
Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa
Rasulullah saw. bersabda: “Dan aku benar-benar ingin agar surah itu ada di hati
setiap orang dari umatku.” Yaitu surah Tabaarakal ladzii biyadiHil mulku. Ini
adalah hadits gharib, dan Ibrahim sendiri adalah seorang yang dlaif [lemah].
Hal yang serupa juga telah disampaikan sebelumnya di dalam surah Yaasiin.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid di dalam kitab Musnadnya dari
Ibnu ‘Abbas, dimana dia berkata kepada seseorang: “Maukah engkau aku beritahu
sebuah hadits yang dengannya engkau akan bergembira?” “Mau,” jawab orang itu.
Dia berkata: “Bacalah: Tabaarakal ladzii biyadiHil mulku. Dan ajarkanlah kepada
keluargamu serta seluruh anak-anakmu, juga anak-anak muda disekitar rumahmu dan
juga tetangga-tetanggamu, karena ia bisa menyelamatkan dan menjadikan pembela
yang akan memberikan pembelaan pada hari kiamat di hadapan Rabbnya bagi
pembacanya dan engkau meminta kepada-Nya agar pembacanya itu diselamatkan dari
adzab neraka. dan dengannya pula pembacanya akan selamat dari adzab kubur.” Rasulullah
saw. telah bersabda: “Dan aku benar-benar ingin agar surah itu ada dihati
setiap orang dari umatku.”
AllahTa’alamemujidiri-Nya
yang muliadanmemberitahukanbahwakekuasaanituhanyaberada di tangan-Nya. Artinya,
Dia-lahPengendalisatu-satunyaterhadapsemuamakhluksesuaidengankehendak-Nya. Tidakada
yang bisamelawankehendak-Nya danhukum-Nya. Dan
Diatidakakandimintaipertanggungjawabanatasapa yang Diakerjakan,
karenakeperkasaan, kebijaksanaan, dankeadilan-Nya. Olehkarenaitu, Allah
berfirman: waHuwa ‘alaakullisyai-ingqadiir (“Dan
DiaMahakuasaatassegalasesuatu.”)
E.
Arti Penting
Permisalan
orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah durian,
rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’a dan
mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma.
Orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah bagaikan rayhanah, baunya
menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca
Al-Qur’an bagaikan hanzolah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.
Jadi,
agar hidup kita lebih bermakna maka kita sebagai orang Islam harus benar-benar
mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an, tidak hanya membaca saja, akan tetapi
memahami maknanya yang kemudian kita terapkan dalam menjalani kehidupan ini.
Dengan
mempelajari surat Al-Mulk ayat 1 ini, kita jadi tahu betapa besarnya kekuasaan
dan kekuatan Allah SWT. Allah maha kuasa atas sesuatu. Kita di cipatakan oleh
Allah agar kita meyembah dan patuh kepada-nya. Maka agar kita memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat kita hrus membaca, mencari makna, dan
mengamalkan apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an.
BAB I
PEMBAHASAN
A.
TEORI
Kata
filsafat, menunjukan sesuatu yang prinsip atau dasar. Bahkan selain itu banyak
dikaitkan dengan suatu pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai dasar
tertentu, seperti Filsafat pancasila dan Filsafat Islam.
Filsafat
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani philosophia. Dari kata philosophia, ini
kemudian bnyak diperoleh pengertian-pengertian filsafat,baik dari segi pengertiannya
secara harfiah atau etimologi maupun dari segi kandungannya.
Menurut
Prof. Dr. Harun Nasution, Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari
dua kata philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat (wisdom). Orang
arab memindahkan kata Yunani philopia ke dalam bahasa mereaka dengan
menyesuaikan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu falsafa denga pola
fa’lala,fa’lalah dan fi’lal dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa
seharusnya menjadi falsafah atau filsafah.[1]
Dalam dunia pendidika mengalami perubahan seperti abad
ke-20 ini, kegunaan fungsional dari filsafat pendidikan islam adalah semakin
penting, karena filsafat ini menjadi landasan strategi dan kompas jalanya
pendidikan islam. Kemungkinan-kemungkinan yang menyimpang dari tujuan
pendidikan islam akan dapat diperkecil. Sebaliknya, kemampuan dan kedayagunaan
pendidikan islam dapat lebih dimantapkan dan diperbesar, karena gangguan,
hambatan serta rintangan yang bersifat mental/spiritual serta teknis
operasional akan dapat diatasi atau disingkirkan dengan mudah.[2]
B.
TAFSIR
1. Tafsir Al-Misbah
Kata (تبارك) tabraka terambil dari kata (برك)baraka yang antara lain berarti mantap, langgeng. Itu
juga berarti kebijakan yang banyak dan bersinambung. Dari kata tersebut lahir
kata berkat. Sementara ulama mengaitkannya mahasuci. Ini menjadikan serupa
dengan subhana, padahal seharusnya berbeda. Al-Biqa’i dalam penjelasanya,
menggabungkan kedua makna diatas sehingga menjelaskan kata tersebut dalam arti
mahabesar, mahasci, mahatinggi, maha agung, mantap dengan kemantapan yang
takada samanya disertai dengan kebijakan, keberkatan, serta kelangsungan
limpahan karunianya.
Kata (بيده)
biyadihi terambil dari kata (بد) yang
berarti tangan yang bila dinisbatkan kepada Allah, ia bermakna kekuasaan atau
nikmat. Kata ini digunakan untuk menggambarkan cakupan kuasanya terhadap
sesuatu sekaligus, pengendalinya atas segala sesuatu karena “tangan” dalam
penggunaan manusia digunakan untuk mengelola dan menggendalikan sesuatu yang
digenggam. Allah yang menganugrahkan kekuasaan bagi siapa yang dikehendakinya
dan dia pula yang mencabutnya (Q.S Ali Imran [3]:26).
Kata ( وهو على
كلّ شيء قدير) wahuwa’ala kulli syai’in
qodir, dia atas segala sesuatu mahakuasa mempertegas penyataan
sebelumnya sekaligus memasukkan apa yang boleh jadi diduga belum termasuk
didalamnya. Misalnya, yang belum wujud selama wujudnya bukan merupakan sesuatu
yang mustahil menurut akal. Dengan adanya pernyataan ini, dapat dipahami bahwa
Allah tidak hanya kuasa dan mengendalikan apa yang berkaitan dengan kekuasaan
tetapi menyangkut segala sesuatu tanpa kecuali itu juga maka kalimat atas
segala sesuatu didahulukan atas mahakuasa.[3]
2. Tafsir Al-Azhar
“Maha suci Dia, yang didalam tanganya sekaian
kerajaan.”(pangkalan ayat 1). Apabila kita baca pangkalan ayat yang pertama ini
dengan khusyuk’dan memahami kandungannya secar mendalam, akan terasalah betapa
Allah memberi ingatan kepada manusia dalam perbuatan kekuasaan dan kemegahan
dalam dunia ini bahwasanya kerajaan yang sebenarnya kerajaan, kekuasaan yang
sebenarnya kekuasaan hanya ada dalam tangan Allah.
Segala kerajaan dan kekuasaan yang ada dimuka bumi ini,
bagaimanapun manusia mengejarnya, atau bagaimanapun manusia memepertahankannya
bila telah didapt, tidaklah dianya sebenar-benar kerajaan dan tidaklah dianya
sebenar-benar kekuasaan.Bagaimana pun seorang raja (presiden) memerintahkan
dengan segenap kekuatan, kegagahan, dan kadang-kadang kesewenangan-wenagan,
namun kekuasaan yang seperti itu hanyalah pinjaman sementara dari Allah SWT dan
tidak ada yang akan kekal dipegangnya terus. Imbangan kekuatan dan kekuasaan
yang terbagi-bagi dan terbelah-belah didunia ini tidak ada yang kekal. Bila
tiba waktunya, keadaan pun bekisar, yang diatas kebawah, yang dibawah ke atas,
yang telah tua gugur, yang muda datang menggantikan, buat kelak gugur pula, Tak
ada yang tetap.
Naiknya seseorang menjadi penguasa pun hanyalah karena
adanya pengakuan! Setelah orang banyak mengakui, dengan angkatan tertentu,
barulah dia berkuasa. Sedangkan Allah sebagai Maha Kuasa dan Maha Menentukan,
tidaklah dia berkuasa karena diangkat. Meskipun misalnya berkumpul segala isi
bumi untuk mendurhakai kekuasaan Allah, yang akan jatuh bukan Allah, melainkan
yang memungkari kekuasaan Allah itu. Itulah pula sebabnya maka mustahil Allah
itu beranak. Sebab Allah itu hidup selama-lamanya dan Maha Kuasa untuk
selama-lamanya. Allah tidak akan memerlukan wakil atau calon penggantinya.
Mahasuci Allah dari pada yang demikian. “Dan Maha Kuasa atas Segala
Sesuatu”(ujung ayat 1). Sebagai Allah yang Maha Kuasa, pembahagi kekuasaan
kepada sekalian raja dan penguasa didunia diseluruh alam ini, baik dibumi, ataupun
dilangit, Allah lah yang Maha Kuasa dan menentukan segala sesuatu. Segala
sesuatu adalah meliputi segala sesuatu, baik yang sangat besar maupun yang
sangat kecil.
Misalnya yang sangat besar adalah Matahari dengan segala
bintang-bintang yang menjadi satelitnya, rangkaian bintang-bintang itu dalam
pertalian keluarga dengan matahari, dalam ukuran jarak jauh dan jarak dekat
yang tertentu, sehingga terdapat keseimbangan, maka rangkaian itu pulalah yang
terdapat pada alam yang sekecil-kecilnya.
“Alaa kulli syai’n qadir”, atas tiap-tiap sesuatu sangat
menentukan. Dengan menggali rahasia alam, sehingga mendapat pengetahuan tentang
segala yang dilihat, didengar, dan diselidiki, dan yang kecil sampai besar.
Diwaktu mendapatkannya itulah kita akanlebih faham apa arti yang sebenarnya
dari pada kata Takdir, bahwa segala sesuatu itu ada ketentuannya.[4]
3. Tafsir Jus Tabarak
(Khuluqun’Azhim)
Surat al mulk ini diawali dengan peryataan tentang kemahasucian
Allah. Mahasuci Allah adalah pernyataan yang tidak boleh dipahami secara fisik.
Karena Allah adalah Eksistensi yang maha gaib. Eksistensi yang
gaibadalaheksistensi yang
tidakbisaditangkapolehpancaindrabahkanolehpikiransekalipun. Pernytaan
“MahaSuci” untuk Allah haruslahdiphamisecara immaterial, yaknimenysucikan Allah
daripenggambaran yang menggiringikepadatajsim (penjisiman).
Sementarapadaayat-ayatalquranterdapatayat-ayat, yang mautidakmau,
harusditerjemahkandenganmenpergunakanpengertiantajsim, seperti kata
wajhum,yangberartiwajah, kata yadun yang berartitangan, dan kata-kata yang lain
yang membawapengertiantajsimtersebut.
Tidak ada aliran dalam pemikiran kalam yang menerima
tasjim, semua aliran bersepakat menolak tasjim tersebut. Yang dipersilisikan
adalah apakah penolakan tasjim itu dengan jalan yang menyerahkan kepada Allah
atau boleh diberi takwil. Aliran kalam tradisional yang diwakili oleh
asy’ariyah dan Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa nash dan matan hadis yang
membawa kepada pengertian tasjim tidak boleh takwil. Pengertian yang ada
didalam al-Qura’an dan matan hadis itu tetap dipergunakan pengertian tasjim
tersebut.
Namun, bagaimana hakikatnya tasjim itu diserahkan kepada
Allah SWT. Allah yang Mahasuci” yang ditangannyalah segala kerajaan.” Dialah
Allah pemilik segala kekeuasaan dan kerajaan. Tidak ada kekuasaan tergenggam
dala kemahakuasaannya. Ia berikan kekuasaan itu kepada orang-orang yang dia
kehendaki dan ia cabut kekuasaan itu dari orang yang dia kehendaki. Sebagimana
penegasan dalam Q.S Ali imran 3:26.[5]
4. Tafsir Al-Quthubi
Kata (تبارك)
adalah bentuk (تفا عل) dari
kata al barakah. Al Hasan berkata,”(makna tabaaraka) adalah Taqaddasa
(MahaSuci).” Menurut satu pendapat, (mananya) adalah daama (mahakekal). Sebab
dialah yang maha kekal, dimana tidak ada awal bagi wujudnya dan tidak ada pula
akhir bagi kekekalanya.
Kata (بيده الملك),”
yang ditanganyalah segala kerajaan). “yakni kerajaan langit dan bumi, baik
didunia maupun diakhirat. Ibnu Abbas berkata,’ di tanganyalah segala kerajaan,
dia dapat memuliahkan dan menghilangkan siapa saja yang dikehendakinya, dia
dapat menghidupkan dan mematikan, dia dapat membuat kaya dan membuat miskin,
dan dia dapat memberi dan menolaknya.”
Muhammad bin Ishak berkata,” milik Allahlah kerajaan
kenabian yang denganyalah dimuliahkan orang-orang yang mengikutinya dan denagn
pula dihinakan orang-orang yang menentangnya.”
وَهُوَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “
dan dia maha kuasa atas segala sesuatu,” baik memberikan kenikmatan maupun
hukuman.[6]
C. APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
Allah telah menurunkan Al-qur’an sebagai pedoman hidup manusia. Al-Qur’an
beisi tentang hidayah atau petunjuk dalam menjalani kehidupan bagi manusia.
Dalam surat Al-Mulk ini menerangkan bahwa Allah mempunyai kerajaan yang Allah
maha kuasa atas segala sesuatu.
Apabila kita berpegang teguh pada Al-Qur’an dan mengamalkan segalanya yang
ada dalam Al-Qur’an maka Allah akan memuliakan kita dengan segala kuasanya.
Oleh karena itu kita harus mempelajari Al-Qur’an dan maknanya serta mengamalkan
dalam kehidupan sehari-sehari. Dengan begini, maka kita akan tahu betapa besar
kekuasaan Allah dan kita harus mengimani akan hal-hal yang ghoib tentang Allah.
D. ASPEK TARBAWI
1.
Menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidup
2.
Dalam Islam, mepercayai hal-hal ghiob adalah keharusan, terutama yang
berkaitan dengan kekuasaan Allah.
3.
Allah itu MahaSuci, maka
kita harus menysucikan Allah dari
penggambaran yang menggiringi kepada tajsim (penjisiman).
4.
Kita harus percaya bahwa
Allah berkuasa atas diri kita, artinya hidup dan mati kita di tentukan ol
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai
hasil pemikiran bercorak khas dalam Islam, Filsafat pendidikan Islam pada
Hakikatnya adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang bersumber atau
berlandasan ajaran agama islam, tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat
dibina dan kembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh
pribadinya dijiwai oleh ajaran islam, serta mengapa manusia harus dibina
menjadi hamba Allah yang kepribadian demikian. dalam surat Al-mulk ayat 1 menjelaskan tentang Maha Suci Allah yang
ditangannyalah segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhairin,dkk,1994,filsafat pendidikan islam,Jakarta:Bumi
Aksara
Arifin,Muzayyin,2003,Filsafat pendidikan Islam,
Jakarta:Bumi Aksara
Shihab,M quraish 2003, Tafsir Al-misbah,Jakarta: Penerbit
Lentera Hati
Hamka,1984,Tafsir Al-Azhar,Jakarta:Pustaka Panjimas
Yusuf ,M yunan,2013,tafsir Khuluqun
Azhim,Tanggerang,lentera hati
PROFIL
Nama: Lika Hanifa
Nim:2021115339
Tempat, Tanggal Lahir : Pemalang,19 November 1996
Alamat : Ds.Rowosar-Ulujami kab.Pemalang
Riwayat Pendidikan :
-SD 03 Rowosari
-SMP 03 Ulujami
-SMK Islam Nusantara Comal
-IAIN Pekalongan(Masih)
[1]Zuhairin,dkk,filsafat pendidikan
islam,(Jakarta:Bumi Aksara,1994),hlm.3-4
[2]Muzayyin Arifin,Filsafat pendidikan
Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,2003),hlm.2
[3]M.quraish shihab,Tafsir al-misbah(Jakarta:Penerbit
Lentera Hati,2005)hlm.321-322
[4] Hamka,
Tafsir Al-Azhar ( Jakarta: Pustaka Panjimas,1984).hlm.120-123
[5]Prof.Dr.M yunan yusuf,tafsir Khuluqun
Azhim,(Tanggerang:lentera hati,2013),hlm22-24
[6]Syaikh imam,al jami’li ahkaam
alqur’an,(Jakarta:pustaka azzam,2009),hlm.5-6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar