JATI
DIRI MANUSIA
(Perkembangan
Hidup Manusia)
QS.
Ar- Rum 30 ayat 54
Nadiatul
Khasanah 2021115066
FAKULTAS
TARBIYAH (PAI)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
Jl.Kusuma
Bangsa No.09 Pekalongan '0285
412575, Faksmili (0285) 423418
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Jati Diri Manusia (Perkembangan Hidup Manusia)” dalam surat Ar-Rum ayat 54 ini
dengan baik walaupun masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Tak lupa
shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti. Amin
Dengan terselesainya makalah ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
Bapak
Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi II
2.
Keluarga dan
rekan-rekanita tercinta
Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
karena kesempurnaan sendiri terdapat pada Tuhan YME. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan, agar dalam penulisan yang akan datang
penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Penulis berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya. Dengan demikian penulis mengharapkan semoga dari makalah Tafsir
Tarbawi II tentang “Jati Diri Manusia (Perkembangan Hidup Manusia)” dalam surat
Ar-Rum ayat 54 ini dapat diambil dan diaplikasikan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi kepada pembaca.
Pekalongan,
10 Februari 2017
Nadiatul Khasanah
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial, atau binatang cerdas, yang menyusui, atau makhluk
bertanggungjawab, atau makhluk membaca atau makhluk tertawa, dan lain-lain sebagainya. Salah satu yang paling
musykil pada manusia adalah jiwa dan akalnya, bahkan tidurnya pun belum banyak
diketahui bagaimana itu terjadi. Allah Ta’ala mengingatkan
tentang proses penciptaan manusia yang berproses dari satu keadaan kepada
keadaan yang lain. Dia berasal dari tanah, kemudian berupa nuthfah (air mani),
kemudian berupa segumpal darah, lalu berupa segumpal daging, menjadi tulang
yang dibalut dengan daging dan ditiupkan ruh ke dalamnya. Kemudian dia keluar
dari perut ibunya dalam keadaan dla’if dan kecil serta kondisi lemah, tumbuh
menjadi anak kecil, balita, baligh, menjadi pemuda, itulah kekuatan setelah
kelemahan. Kemudian barulah ia mengalami kekurangan, yaitu saat bongkok dan
tua, dan itulah kelemahan setelah kekuatan. Saat itu tekad, langkah dan gerak
makin lemah, rambut beruban, bentuk dzahir dan sifat batin makin berubah.
Oleh
karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah.
Adapun dalam tahapan-tahapan selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara
rinci. Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah adalah yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Termasuk diantaranya malaikat, jin,
iblis, binatang dan lain-lain.
B. Judul
Judul
makalah ini tentang Jati Diri Manusia (Perkembangan Hidup Manusia) surat Ar-Rum
ayat 54
C. Nash dan Artinya
اللهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن
ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ
ضَعْفًا وَشَيْبَةً , يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ’ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
Artinya:
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan berubah. Dia menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS.
Ar-Rum 30: 54).
D.
Arti Penting yang dapat dikaji
QS. Ar-Rum (30) ayat 54 sangat penting untuk dikaji
sebab dalam ayat ini menjelaskan tentang adanya perkembangan hidup manusia yang
berkembang atau tumbuh dari keadaan yang lemah hingga menjadi lemah
(meninggal). Dalam ayat ini mengajarkan kita sebagai manusia dapat mengetahui
bagaimana perkembangan hidup manusia dari awal mulanya. Sesungguhnya manusia
itu berkembang sesuai dengan siklus perkembangannya. Kita sebagai manusia harus
selalu bersyukur atas ciptaan Allah SWT yang mana penciptaan disini sangatlah
runtut yaitu yang dari tanah,
kemudian berupa nuthfah (air mani), kemudian berupa segumpal darah, lalu berupa
segumpal daging, menjadi tulang yang dibalut dengan daging dan ditiupkan ruh ke
dalamnya. Kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan dla’if dan kecil
serta kondisi lemah, tumbuh menjadi anak kecil, balita, baligh, menjadi pemuda,
itulah kekuatan setelah kelemahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Seperti
kita ketahui bahwa segala sesuatu yang hidup di alam ini, senantiasa mengalami
proses tumbuh dan berkembang sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan oleh
Allah Swt. Tak satupun yang dapat menyimpang dari hukum tersebut. Penyimpangan
berarti kehancuran baik bagi eksistensi dirinya maupun bagi yang lain. Demikian
halnya dengan kehadiran manusia di alam ini, tidak terlepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan hukum yang berlaku padanya. Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan
aspek kejiwaan atau fisik manusia sejak dilahirkan sampai dengan meninggal.
Allah
menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan
sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk sebagaimana
ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir dan
memahami, dan kesiapannya untuk belajar dan mengembangkan budaya tidak perlu
dipertanyakan lagi.
Manusia
bukan makhluk super, walaupun manusia makhluk yang diciptakan sebagai makhluk
yang paling sempurna, tetapi manusia adalah makhluk yang paling lemah diantara
makhluk-makhluk lainnya. Dengan makhluk yang tidak bernyawa seperti
angin,air,tanah dan api pun manusia tidak bisa melawannya. Angin jika telah
menjadi angin puting beliung akan mengancam jiwa manusia. Air jika menjadi air
bah dan tsunami akan melenyapkan peradaban manusia. Tanah jika bergunjang dan
longsor akan mengubur manusia. dan api jika telah berkobar membara akan
menghanguskan manusia. Tak ada yang patut disombongkan pada diri manusia. La
haula wala quwata illah Billah. Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah.
B.
Tafsir
surat Ar-Rum (30) ayat 54
1.
Tafsir
Jalalain
Allah, Dialah yang
menciptakan kalian dari keadaan lemah) yaitu dari air mani yang hina lagi lemah
itu(kemudian Dia
menjadikan kalian sesudah keadaan lemah) yang lain yaitu masa kanak-kanak (menjadi
kuat) masa muda yang penuh dengan semangat dan
kekuatan (kemudian Dia menjadikan kalian sesudah kuat itu
lemah kembali dan beruban) lemah karena sudah tua dan rambut pun
sudah putih. Lafal dha'fan pada ketiga tempat tadi dapat dibaca dhu'fan. (Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya) ada yang lemah, yang kuat, yang muda,
dan yang tua (dan Dialah Yang Maha
Mengetahui) mengatur makhluk-Nya (lagi
Maha Kuasa) atas semua yang dikehendaki-Nya.[1]
2. Tarjamah dan
Tafsir Al-Qur’an
ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ
مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً , يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ’ وَهُوَ
الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
Allah yang
menciptakan kamu dalam keadaan lemah, kemudian dari keadaan lemah itu
dijadikan-Nya tegap perkasa, kemudian dari keadaan perkasa itu dijadikan-Nya
lemah kembali sampai beruban. Dia ciptakan menurut bentuk yang dikehendaki-Nya.
Dia Maha Mengetahui dan Kuasa.[2]
3. Tafsir Al-Misbah
Ini
adalah bagian terakhir atau keempat dari ayat-ayat yang berbicara tentang
perbuatan-perbuatan Allah yang membuktikan keesaan-Nya dan keniscayaan hari
kiamat. Ayat diatas dikemukakan setealah aneka ragam argument dan bukti telah
dipaparkan oleh ayat-ayat lalu. Argument yang dikemukakan disisni mencangkup
keadaan manusia pada tahap paling dini dari kehidupannya, sampai ke tahap akhir
keberadaannya di pentas bumi sambil menunjukkan kuasa-Nya mempergantikan
kondisi manusia. Ayat ini memulai dengan menyebut nama wujud yang teragung dan
yang khusus bagi-Nya serta yang mencakup segala sifat-Nya yakni: Allah, Dialah
yang menciptakan kamu dari keadaan lemah yakni setetes sperma yang bertemu
dengan indung telur. Lalu tahap demi tahap meningkat dan meningkat hingga
kemudian setelah melalui tahap bayi, kanak dan remaja, Dia menjadikan kamu
sesudah keadaan lemah itu memiliki kekuatan sehingga kamu menjadi dewasa dan
sempurna umur. Inipun berlangsung cukup lama. Kemudian setelah melalui belasan
tahun dan melewati usia kematangan Dia menjadikan kamu sesudah menyandang
kekuatan itu menderita kelemahan kembali
dengan hilangnya sekian banyak potensi, dan tumbuhnya uban di kepala kamu. Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki sesuai hikmah kebijaksanaan-Nya dan Dialah
yang Maha Mengetahui Lagi Maha Kuasa.
Ayat
diatas melukiskan pertumbuhan fisik, kendati kelemahan dan kekuatan berkaitan
juga dengan mental sesorang. Ada kelemahan manusia menghadapi sekian banyak
godaan, juga tantangan yang menjadikan semangatnya mengendor. Disisi lain ada
kekuatan yang dianugrahkan Allah berupa kekuatan jiwa menghadapi tantangan.
Tentu saja kelemahan dan kekuatan fisik maupun menta seseorang berbeda kadarnya
antara satu pribadi dengan pribadi yang lain, dan atas dasar itulah agaknya
sehingga kata-kata dhoif (kelemahan) dan kata quwwah (kekuatan)
ditampilkan dalam bentuk indefinit.
Perlu
dicatat bahwa apa yang dikemukakan ayat diatas adalah uaian tentang tahap-tahap
hidup manusia secara umum, bukan yang dialami oleh setiap orang, karena
diantara manusia ada yang meninggal dunia pada tahap awal hidupnya, ada juga
saat puncak kekuatanya. Namun jika tahap puncak itu dilampauinya, maka pasti
dia akan mengalami tahap kelemahan lagi. Apapun yang dialai manusia, semua
kembali kepada Allah SWT. karena itu, setelah menyebut tahap-tahap tersebut,
ayat diatas menegaskan bahwa Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
menetapkan buat manusia tahap-tahap yang dia lalui serta kadar masing-masing.
Itu semua ditetapkan atas dasar pengetahuan-Nya yang menyeluruh, karena Dialah
Yang Maha Mengetahui Lagi Maha Kuasa.[3]
4.
Tafsir
Ibnu Katsir
Allah Swt. mengingatkan (manusia) akan fase-fase yang
telah dilaluinya dalam penciptaannya, dari suatu keadaan kepada keadaan yang
lain. Asal mulanya manusia itu berasal dari tanah liat, kemudian dari air mani,
kemudian menjadi 'alaqah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian menjadi
tulang yang dilapisi dengan daging, lalu ditiupkan roh ke dalam tubuhnya.
Setelah itu ia dilahirkan dari perut ibunya dalam
keadaan lemah, kecil, dan tidak berkekuatan. Kemudian menjadi besar sedikit
demi sedikit hingga menjadi anak, setelah itu berusia balig dan masa puber,
lalu menjadi pemuda. Inilah yang dimaksud dengan keadaan kuat sesudah lemah.
Kemudian mulailah berkurang dan menua, lalu menjadi
manusia yang lanjut usia dan memasuki usia pikun; dan inilah yang dimaksud
keadaan lemah sesudah kuat. Di fase ini seseorang mulai lemah keinginannya,
gerak, dan kekuatannya; rambutnya putih beruban, sifat-sifat lahiriah dan
batinnya berubah pula.[4]
C. Aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari
Hendaknya
setiap manusia itu memperhatikan dari apa mereka diciptakan. Karena dalam
setiap proses penciptaannya yaitu dari sari pati tanah menjadi nutfah (mani).
Setelah itu menjadi segumpal darah yang dari itu manusia tidak ada apa-apanya
atau hanya bergantung kepada Allah SWT. Dalam perkembangan hidupnya pun manusia
harus selalu bersyukur atas ciptaan-Nya. Pada dasarnya manusia itu dapat dilihat dari keberadaanya sekaligus
membedakannya secara nyata dengan makhluk yang lain. Seperti dalam kenyataan
makhluk yang berjalan diatas dua kaki, adalah kemampuan berfikir dan hal
tersebut yang menentukan hakikat manusia. Diciptakannya manusia semata-mata hanya
untuk beribadah kepada-Nya. Seperti halnya manusia diwajibkan melaksanakan
sholat, puasa, zakat, dan haji bila mampu. Selain ibadah yang disamping sebagai
hubungan hamba dengan Allah, juga merupakan hubungan antara hamba dengan
makhluk lainnya. Seperti belajar, bekerja, beramal, berqurban dan lain-lain.
D. Aspek Tarbawi
1. Dalam ayat ini
mengajarkan kita sebagai manusia dapat mengetahui perkembangan hidup manusia
dari yang keadaan lemah sampai kembali keadaan yang lemah juga.
2. Dalam ayat ini
juga mengerjakan bahwa perkembangan manusia dari fase-fase kejadiannya
selangkah demi selangkah
3. Kita sebagai
manusia harus bisa bersyukur atas ciptaan Allah
4.
Manusia pasti mengalami perkembangan
yang berbeda-beda
BAB
III
PENUTUP
- Simpulan
Sesungguhnya
perpindahan manusia dasi fase-fase kehidupannya dari selangkah demi selangkah,
mulai dari lemah hingga menjadi kuat, kemudian dari kuat menjadi lemah kembali.
Hal ini jelas menunjukkan akan kekuasaan Yang Maha Pencipta Lagi Maha Berbuat
menurut apa yang di kehendaki-Nya, baik dibumi atau di langit. Dan tidaklah
sulit bagi Allah untuk mengembalikan manusia untuk hidup kembali. Akan tetapii
tahapan tersebut merupakan tahapan manusia secara umum, karena tidak semua
manusia dalam hidupnya akan meninggal sampai saat tua atau pikun. Ada juga yang
masih bayi, remaja, dewasa atau usia pertengahan, itu semua kehendak Allah SWT.
Allah hu a’lammu bisshowab
- Saran
Alhamdulillah,
makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata
kuliah Tafsir tarbawi II. Kami menyadari kami masih dalam tahap belajar, jadi
makalah inipun jika ditemukan kesalahan kami harap dimaklumi. Dan kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini, demi kesempurnaan
makalah ini. Karena “tiada gading yang tak retak”.
DAFTAR
PUSTAKA
Nasib, Muhammad Ar-Rifa’I.
IBNU KATSIR Jilid 3. Depok: GEMA INSANI.
Quraish Shihab, Quraish.
2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Saud,
King University. Tafsir
Jalalain Digital.
Surin, Bachtiar. 1978. Terjemah dan
Tafsir Al-Qur’an. Bandung:
Fa. Sumatra.
PROFIL
PENULIS
A. Biodata Pribadi
Nama
Lengkap : Nadiatul Khasanah
Tempat,
Tanggal Lahir : Batang, 11 Agustus 1997
Jenis
Kelamin : Perempuan
Agama : Islām
Kebangsaan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Desa Gapuro rt/rw 04/02 Gg.4 kecamatan
Warungasem Kabupaten Batang
No
Hp : 0856-4113-9918
Email
/ Facebook : nadiatulkhasanah4@gmailcom/ nadia
B. Riwayat Pendidikan
SD/MI : MI Salafiyah Gapuro 2003
– 2009
SMP/MTs : MTs. Tholabuddin Masin Warungasem 2009 – 2012
SMA/SMK/MA : MAN 02 Pekalongan 2012
– 2015
Perguruan
Tinggi : STAIN/IAIN Pekalongan 2015
– sekarang
[1] King Saud University, Tafsir
Jalalain Digital, hlm. 410
[2] Bachtiar Surin, Terjemah dan
Tafsir Al-Qur’an, (Bandung: Fa. Sumatra 1978), hlm., 650-651
Tidak ada komentar:
Posting Komentar