“PUSAT-PUSAT PERADABAN DI DUNIA ISLAM”
1.
Irma Yuliana (2014116092)
2.
Nur Fadlilah (2014116093)
Kelas
C
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
DAN HUKUM EKONOMI ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
Kata
Pengantar
Pertama
tama, mari kita panjatkan puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga atas kemudahan-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis tentang Kaidah atau Norma
Kebiasaan yang Berlaku di Masyarakat Wonopringgo”, tak lupa Sholawat serta
salam kami haturkan kepada Baginda Rasullah SAW karena berkat beliau kita dapat
mengenal agama yang baik yaitu Adinul Islam.
Kemudian
kami ucapkan terimakasih Kepada Bapak Loso SH.MH. yang telah membimbing kami
dalam mata kuliah Ilmu Hukum sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini dengan
baik. Makalah ini kami buat tidak hanya untuk memenuhi tugas yang diberikan
namun kami juga berharap bahwa makalah ini mampu dijadikan dalam pembelajaran khusus
dalam bab teori.
Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
berperan serta penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin
Pekalongan,12 Maret
2016
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam konteks peradaban, islam mampu menampilkan
peradaban baru yang esensinya berbeda dengan peradaban sebelumnya. Peradaban
yang ditinggalkan nabi Muhammad ini misalnya, sangatlah berbeda dengan
peradaban Arab pada masa jahiliyah. Dengan demikian, islam telah melahirkan
revolusi kebudayaan dan peradaban. Peradaban islam berkembang sangat maju dalam
percaturan peradaban dunia bahkan jauh sebelum kebangkitan Eropa, sehingga
muncullah kawasan-kawasan pusat peradaban islam yang masing-masing memiliki
karakteristik sesuai dengan kondisi sosial budaya dan politik yang
mendukungnya.
A. Rumusan Masalah
1.
Mekah
2.
Madinah
3.
Baghdad
4.
Kairo
5.
Damaskus
6.
Isfahan
di Persia
7.
Istanmbul
Turki
8.
Delhi
India
9.
Andalusia
(Spayol)
10.
Lansoxania/Samaekhand
11.
Aceh
C. Metode Pemecahan
Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi
literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan
menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk
pada permasalahan yang dibahas.
D. Sitematika
Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam 3 bagian meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar
belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sitematika
penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan Bab III, Penutup terdiri dari
simpuulan dan saran-saran
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Mekah
Al-Mukarramah
Mekah
Al-Mukarramah merupakan kota tempat lahirnya agama Islam, dimana Nabi Muhammad
SAW lahir dan memperoleh wahyu Al-quran dikota Mekah. Mekah juga merupakan kota
budaya Islam. Dimana kota Mekah merupakan kota untuk menutut ilmu, baik pada
masa Nabi Muhammad SAW, Khulafahur rasyidin maupun masa Umayyah dan Abbasiyah,
bahkan hingga sekarang.[1]
Awalnya
mekah merupakan pusat peradaban jahiliah yang penuh dengan paganisme. Akan
tetapi, seiring dengan perkembangan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW, kota mekah menjadi kota suci umat Islam. Dikota ini juga terdapat Ka’bah
di Masjidil Haram yang merupakan kiblat umat Islam dalam shalat. Mekah juga
menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan, khususnya menjadi pusat kajian ilmu
hadist dan fiqih.
Dari
madinah setelah posisi dan kekuatan Nabi Muhammad dan pengikutnya menjadi
besar, beliau merebut kembali kota Mekah dengan cara menaklukkan kota itu
secara damai, pada tahun 8 H (630 M) sehingga dikenal dengan Fathul Mekkah,
yaitu terbukanya kota mekah. Disamping sebagai kota suci, Mekah juga menjadi
kota budaya, lantaran kebudayaan Islam dikembangkan oleh nabi dikota ini,
disamping kota Madinah Al-Munawwarah.
Mekkah pada masa nabi muhammad lebih dititik beratkan pada menata
masyarakatnya pada aqidah. sedangkan untuk ilmu-ilmu lain banyak diterapkan di
Madinah. Mekkah menjadi pusat Keagamaan umat islam dunia. Mereka banyak
berdatangan ke Mekkah untuk Haji dan umroh. serta memperdalam ilmu agamanya[2]
B. Madinah
Al-Munawwarah
Madinah
Al-Munawwarah, awalnya kota ini bernama Yatsrib. Kota Madinah menjadi pusat
kebudayaan Islam setelah Nabi Muhammad berhijrah dari Mekah ke Yatsrib. Setelah
nabi hijrah ke Yatsrib, maka kota tersebut dijadikan pusat jamaah kaum
muslimin, dan selanjutnya menjadi ibu kota negara Islam yang segera didirikan
oleh nabi, dengan diubah namanya menjadi Madinah.[3]
Dari
Madinah inilah nabi meneruskan perjuangan menyebarkan agama Islam. Di Madinah
selama 13 tahun nabi membina dan mengembangkan masyarakat Islam. Bahkan di
Madinah ini, nabi membangun sistem kehidupan bermasyarakat Islam yang
dicita-citakan. Ditengah-tengah kota Madinah, segera nabi membangun masjid,
yang menjadi pusat ibadah dan kebudayaan, bahkan dijadikan markas besar negara
Islam. Bagi negara yang baru dibangun itu, nabi telah meletakkan dasar-dasarnya
yang kuat, diantaranya yaitu ukhuwah Islamiyah, persaudaraan Islam.
Nabi
mempersaudarakan antara semua kaum muslimin yang berbeda-beda suku dan bangsa,
yang berlain-lainan warna kulit dan rupa, Al-Wahdatul Islamiyah mengantikan
Al-Wahdatul Qaumiyah, sehingga dengan demikian mereka semua menjadi bersaudara
dan sederajat. Madinah juga menjadi pusat pemerintahan Islam pada masa Nabi
Muhammad, dan kemudian masa khulafahur rasyidin. Sejak masa pemerintahan
dipegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan, pusat pemerintahan dipindahkan ke
Damaskus.
Dikota
ini pula terdapat masjid nabi yang terkenal dengan nama Masjid Nabawi.
Disamping masjid dibangun ruangan tertutup untuk para fakir miskin kaum
muslimin. Masjid diberi pintu dua, yaitu pintu Aisyah dan pintu Atiqah. Setelah
perang Khaibar, nabi sendiri memperbesar masjid ini, kemudian berturut-turut
diperbesar lagi oleh Khalifah Umar bin Khathab, dan Khalifah Ustman bin Afan.
Pada
zaman Rasul dan Khulafaur rasyidin, Masjid Madinah menjadi kantor besar yang
didalamnya diurus segala urusan pemerintahan. Masjid tidak saja menjadi tempat
beribadah, tetapi juga menjadi pusat kehidupan politik, ekonomi, dan sosial.
Dikota
ini nabi dimakamkan. Kota Madinah merupakan kota suci umat Islam setelah Mekah
Al-Munawwarah. Dari kota ini lahir para ilmuwan muslim dan para ulama yang
menghiasi lembaran-lembaran sejarah umat Islam. Sebagaimana kota Mekah, kota
Madinah juga menjadi pusat kajian keilmuan keagamaan Islam, khususnya ilmu
hadist, ilmu fiqih, dan ilmu tafsir Al-quran.
Hubungan antara muslim
dengan muslim lainya berdasarkan piagam madinah terdapat 5 prinsip
i) bertetangga baik iii) membela yang dianiyaya v) menghormati kebebasan
agama
ii) saling membantu iv) saling menasehati
C. Baghdad
Baghdad
didirikan pada tahun 762 M oleh khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah
(754-755 M). Satu tim ahli dibentuk untuk memilih sebuah bidang tanah yang
cukup luas, yang terletak antara sungai Tigris dengan sungai Eufrat. Setelah
mencari-cari daerah yang strategis untuk ibu kotanya, akhirnya pilihan jatuh
pada daerah yang kemudian diberi nama Baghdad.
Baghdad
berarti “Taman Keadilan”. Dalam pembangunan kota Baghdad Khalifah mempekerjakan
ahli bangunan, terdiri dari arsiktektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis,
ahli pahat dan lain-lain, mereka didatangkan dari Syiria, Mosul, Bashrah, dan
kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang. Kota ini berbentuk bundar,
disekelilingnya dibangun tembok yang besar dan tinggi. Disebelah luar tembok
dibangun parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai
benteng.
Istana
Khalifah terletak ditengah-tengah kota baghdad dengan gaya seni arsitektur
Persia, yang dikenal dengan Al-Qashr Az-Zahabi (Istana Emas). Istana ini
dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi dan tempat
tinggal putra-putri serta keluarga Khalifah.
Khalifah Al- Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu
ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah. Banyak para ilmuwan dari
berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan.[4]
Kota
Bahgdad sejak awal berdirinya sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan
ilmu pengetahuan dalam Islam. Masa puncak keemasan kota Baghdad terjadi pada
masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (787-809 M), dan anaknya Al-Makmun (813-833 M).
Baghdad pada masa tersebut menjadi pusat peradaban dan kebudayaan yang
tertinggi didunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat, bahkan
Khalifah Al-Makmun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu
pengetahuan. Perpustakaan tersebut bernama perpustakaan Baitul Hikmah.
Pada
masa Abbasiyah, dikota Baghdad juga berdiri akademi dan sekolah tinggi.
Perguruan tinggi yang terkenal adalah perguruan An-Nizhamiyah, didirikan oleh
Nizamul Mulk (5 H) dan perguruan Al-Mustanshiriyah yang didirikan oleh Khalifah
Al-Muntashir Billah (Abad 7 H). Dari Baghdad lahir karya-karya sastra yang
indah. Diantaranya adalah Alfu Lailah wa Lailah (1001 malam).
Dari
kota ini lahir para ilmuwan, ulama, filsuf, dan sastrawan terkenal,
diantaranya: Al-Khawarizmi (tokoh astronomi
dan matematika, penemu ilmu Al-jabar), Al-Kindi (filsuf arab pertama),
Al-Farabi (filsuf besar), Ar-Razi (filsuf, ahli fisika, dan kedokteran), Imam
Al-Ghazali (ilmuwan dan ulama pertama), syaikh Abdul Qadir Al-Jaylani (pendiri
tarekat Qadiriyah), dan lain-lain.
Kerena
serangan bangsa Mongol dibawah Hulagu Khan pada tahun 1258 M kota ini hancur
berantakan. Semua banguna kota termasuk istana emas dihancurkan. Pada tahun
1400 M. Kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan pada tahun 1508 M
kota ini juga dihancurkan oleh tentara Kerajaan Safawi.[5]
D. Kairo (Mesir)
Setelah
panglima Jauhar As-Siqili menduduki Mesir pada tahun 358 H, maka ia mengambil keputusan
untuk memindahkan pusat pemerintahan dari fustat, ke kota yang akan dibangun.
Pada tanggal 17 Sya’ban 358 H (969 M), Jauhar As-Siqili memulai pembangunan
kota baru untuk menjadi ibu kota Dinasti Fathimiyah.
Kota
ini mula-mula diberi nama kota “Manshuriyah” dinisbatkan kepada mansur Al-Mu’iz
Lidinilah. Setelah Mu’iz sendiri sampai di Mesir, namanya diubah menjadi
Qahirah Mu’iziyah.
Wilayah
Dinasti Fathimiyah meliputi Afrika Utara, Sicilia, dan Syiria. Setelah
pembangunan kota Kairo selesai lengkap dengan istananya, Jauhar As-Siqili
mendirikan Masjid Al-Azhar pada 17 Ramadhan 359 H (970 M). Masjid Al-Azhar
dalam perkembangannya menjadi Universitas besar.
Kota
Kairo mengalami puncak kejayaan pada masa Dinasti Fathimiyah, yaitu pada masa
pemerintahan Shalahuddin Al-Ayyubi, pemerintahan Baybars, dan pemerintahan
An-Nashir pada masa Dinasti Mamalik. Periode Fathimiyah dimulai dengan Al-Muiz
dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan Al-Aziz.
Dinasti
Fathimiyah dapat ditumbangkan oleh Dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh
Shalahuddin Al-Ayyubi seorang pahlawan dalam perang salib, Shalahuddin tetep
mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyah
tetap mengubah orientasi keagamaannya dari Syi’ah menjadi Ahlu Sunnah.
Kekuasaan
Dinasti Ayyubiyah di Mesir diteruskan oleh Dinasti Mamalik. Dinasti ini mampu
mempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bangsa Mongol dan bahkan dapat
mengalahkan tentara Mongol di Ain Jalut dibawah pimpinan Baybars yang berkuasa
dari 1260-1277 M. Baybars juga dikenal sebagai pahlawan perang salib. Pada
waktu itu, Kairo menjadi satu-satunya pusat peradaban islam yang selamat dari
serangan Mongol. Kairo pada ketika itu menjadi pusat peradaban Islam yang
terpenting.
Pada
tahun 1517 M, Dinasti Mamalik dapat dikalahkan oleh Dinasti Ustmani di Turki
dan sejak itu Kairo hanya dijadikan sebagai ibu kota provinsi Usmani. [6]
E. Damaskus Di Syiria
Damaskus
pada zaman sebelum Islam adalah ibu kota kerajaan Romawi Timur di Syiria.
Damaskus merupakan kota lama yang dibangun kembali dalam zaman daulah Bani
Umayyah dan dijadikan ibu kota negara sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan, Khalifah pertama Bani Umayyah.
Dikota
damaskus banyak didirikan gedung-gedung yang indah, yang bernilai seni,
disamping kotanya sendiri dibangun sedemikian rupa teratur dan indahnya, dengan
jalan-jalannya yang lebih merimbun, kanal-kanal yang bersimpang siur berfungsi
sebagai jalan dan pengairan, taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Dikota
Damaskus terdapat Masjid Damaskus yang megah dan agung, masjid ini dibangun
oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dengan arsiteknya Abu Ubaidah bin
Jarrah.
Untuk
keperluan pembangunannya, Khalifah Al-Walid mendatangkan 12.000 orang tukang
ahli dari Romawi, kecuali pembangunannya sendiri memiliki nilai seni yang luar
biasa, juga pilar-pilar dan dinding-dindingnya diukir dengan ukiran-ukiran yang
indah dan ditaburi dengan aneka batu yang bernilai tinggi. Isfahan di Persia
Kota
isfahan adalah ibu kota kerajaan Shafawi. Kota isfahan merupakan kota tua didirikan
oleh Yazdajird I (Buhtanashar) Raja Persia. Kota Isfahan dikuasai Islam pada
tahun 19 H/640 M pada masa Umar bin Khatab. Kota Isfahan sekarang masuk dalam
wilayah Iran.
Pada
waktu Abbas I Sultan Safawiyah menjadikan Isfahan sebagai ibu kota kerajaannya,
kota ini menjadi kota yang luas dan indah. Kota ini terletak diatas sungai
Zandah, dan diatasnya membentang tiga buah jembatan yang megah dan indah. Di kota ini
berdiri bangunan-bangunan indah seperti istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid,
menara, pasar, dan rumah-rumah dengan ukuran arsitektur yang indah.[7]
Pada
tahun 625 H/1228 M terjadi pertempuran besar di Isfahan, ketika tentara mongol
datang menyerbu negeri-negeri Islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu
bagian dari wilayah kekuasaan mongol itu. Ketika Timur Lenk menyerbu
negeri-negeri Islam pada tahun 790 H/1388 M, kota Isfahan ikut jatuh dibawah
kekuasaan Timur Lenk.
Setelah itu, kota Isfahan dikuasai oleh
kerajaan Turki Usmani pada tahun 955 H/1548 M. Pada tahun 1134 H/1721 M terjadi
pertempuran antara Husain Syah, Raja Shafawi dengan Mahmud Al-Afghani, yang
mengakhiri riwayat Kerajaan Shafawi. Pada tahun 1141 H/1729 M, kota Isfahan
berada dibawah kekuasaan Nadir Syah.
Dikota
ini berdiri bangunan-bangunanindah seperti istana, sekolah-sekolah,
masjid-masjid, menara, pasar, dan rumah-rumah dengan ukiran arsitektur yang
indah. Sultan Abbas I membangun Masjid Syah yang merupakan salah satu masjid
indah dan megah didunia.
F. Istanbul
di Turki
Kota
Istanbul adalah ibu kota kerajaan Turki Usmani. Kota ini awalnya merupakan ibu
kota Kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstantinopel. Konstantinopel
sebelumnya sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti dengan nama
Konstantinopel oleh Kaisar Constantin, Kaisar Romawi Timur.
Pada
tahun 395 M, Kerajaan Romawi pecah menjadi dua, Romawi Timur dan Romawi Barat.
Romawi Barat beribu kota di Roma (Italia), sedangkan Romawi Timur beribu kota
di Konstantinopel.
Konstantinopel
jatuh ketangan umat Islam pada masa Dinasti Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan
Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453, dan dijadikan ibu
kota kerajaan Turki Usmani. Bahkan jauh sebelum Sultan Muhammad Al-Fatih dapat
menguasai Konstantinopel, para penguasa Islam sudah sejak zaman para Khalifaur
rasyidin, kemudian Khalifah Bani Umayyah dan Khalifah Bani Abbasiyah berusahan
untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Namun, baru pada masa Kerajaan Turki
Usmani usaha itu dapat berhasil.
Oleh
Sultan Muhammad Al-Fatih, kota Konstantinopel yang artinya Constantin, diubah
namanya menjadi Istanbul yang artinya kota Islam. Sebagaimana halnya pada masa
Kerajaan Romawi Timur, Kerajaan Turki Usmani dengan ibu kota Istanbul juga
menjadi sebuah negara adi jaya pada masa kejayaannya. Wilayah kekuasaannya
meliputi sebagian besar wilayah Eropa Timur, Asia kecil, dan Afrika Utara.
Bahkan daerah-daerah Islam yang lebih jauh juga mengakui kekuasaan Istanbul. Dalam
bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun membuktikan kemajuannya. Masjid
merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin menjalankan
kewajiban ibadahnya.Gereja Aya Sophia, telah ditaklukkan kaum muslimin diubah
menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di Istambul.
Beberapa
mesjid yang megah didirikan di Istambul, antara lain: Masjid Agung Sultan Muhammad
Al-Fatih, Masjid Abu Ayub Al-Anshari, Masjid Bayazid dengan arsitektur Persia,
dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni.
Pengaruh
jatuhnya Konstantinopel besar sekali bagi Turki Usmani. Kota tua itu adalah
pusat Kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi
pusat agama Kristen Ortodoks. Kesemuanya itu diwarisi oleh Usmani. Dari segi
letak, kota itu sangat strategis karena menghubungkan dua benua secara langsung
Eropa dan Asia.
Istambul
merupakan pusat peradaban Islam pada masa kekuasaan Turki Usmani yang
terpenting. Bukan saja karena keindahan kotanya akan tetapi, juga karena dikota
bekas pusat kekuasaan Romawi Timur itu terdapat pusat-pusat kajian keilmuan
yang mendorong puncak kejayaan peradaban umat Islam.[8]
G. Delhi (India)
Delhi
adalah ibu kota kerajaan Islam India sejak tahun 608 H/1211 M. Sebagai ibu kota
kerajaan Islam, Delhi menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam dianak benua
Islam.
Delhi
terletak dipinggir Sungai Jamna. Mula-mula Delhi dikuasai Islam, ditaklukkan
oleh Quthb Ad-Din Aybak. Tahun 602 H/1204 M oleh Quthb Ab-Din Aybak dijadikan
ibu kota kerajaan Islam Monggol. Zhahiruddin Babur raja Dinasti Mongol pertama,
merebut Delhi dari tangan Dinasti Lodi.
Setiap
dinasti Islam yang menguasai kota Delhi, memperluas kota itu dengan mendirikan
“kota-kota” baru di Delhi lama, yaitu kota yang berada didalam benteng Lalkot.
Delhi sekarang mencakup semua kota-kota baru itu. Semuanya dikenal sebagai
“Tujuh Kota Delhi”.
Setelah
Delhi dihancurkan oleh tentara Timur Lenk, kekuasaan raja-raja yang
berkedudukan di Delhi merosot tajam. Ketika itulah Dinasti Lodi mengambil kota
Agra sebagai ibu kota, sementara Delhi menjadi kota yang kurang penting. Kota
Agra itu pula untuk pertama kalinya menjadi ibu kota kerajaan Mongol, ketika
Zhahiruddin Babur mengalahkan Dinasti Lodi.
Kota Delhi menjadi ibu
kota kerajaan Mongol pada masa Humayun (1530-1556), seorang raja yang cinta
ilmu. Raja Mongol lainnya, Syah Jehan (1628-1658) mendirikan kota
Syahjahanabad.
Syah Jehan mendirikan
monumen bersejarah yang sangat indah dan menjadi salah satu Tujuh Keajaiban
Dunia, yaitu Taj Mahal, sebuah monumen untuk ,emgenang istri tercintanya Mumtaz
Mahal.
H.Andalusia (Sepanyol)
Andalusia
adalah sebuah wilayah Islam di Sepanyol. Setelah Andalusia menjadi wilayah
Islam, maka dibangunlah kembali kota-kota lama, disamping membangun kota baru,
dengan gaya seni bangunan Islami, dimana kemudian Andalusia terkenal dengan
kota-kotanya yang indah, masjid-masjid yang cantik, istana-istananya yang
mengagumkan dan taman-tamannya yang mempesona.
Pusat-pusat
peradaban Islam di Spanyol adalah sebagai berikut.
1.
Cordova
Cordova merupakan salah
satu diantara kota-kota besar ajaib. Cordova adalah kota lama yang dibangun
kembali dengan gaya Islam.
menurut George Zaidan,
bahwa bangunan yang terdapat dalam kota Cordova antara lain: 1) 113.000 rumah
rakyat, 2) 430 istana besar kecil, 3) 6.300 rumah pegawai negri, 4) 3.873
masjid, 5) 900 temat pemandian (hamamaat), 6) 8.455 toko besar kecil. Jumlah
penduduk Cordova kurang lebih 500.000 jiwa. Tercatat bahwa di Cordova terdapat
27 lembaga pendidikan, dan 70 buah perpustakaan. Diperpustakaan pusat terdapat
400.000 buku, disamping itu masih ada perpustakaan pribadi. Dari kota ini
lahirlah filsuf Ibnu Rusyd (Averros).
Kota ini pertama kali
dimasuki islam pada tahun 711 M oleh pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin
Ziyad. Ketika Abdurrahman I yang bergelar Abdurrahman Ad-Dakhil masuk ke Andalusia, telah
menjadikan Cordova sebagai ibu kota dan kota yang indah. Ia ciptakan taman
dengan dipenuhi tuffah (apel), dan pohon delima. Ditanami juga sebuah pohon
palm yang sengaja didatangkan dari Syiria.
Pada tahun 786 H,
dibangun sebuah mesjid dengan luas 175 x 134 meter dan tinggi menaranya 20
meter. Tiangnya 1400 buah dan untuk kubahnya memerlukan 300 tiang. Pada tahun
1236, setelah Islam ditaklukkan Kristen, dibawah pimpinan Ferdinand III. Masjid
tersebut terkenal dengan nama “La Mesquita” setelah menjadi gereja diubah
namanya menjadi “Santa Maria Yang Agung”.
Semasa pemerintahan
Abdurrahman An-Nasir (912-961 M), Abdurrahman III, Cordova diperindah dan
diperluas, istana-istana kecil didirikan seperti Al-Mubarak, Al-Kamil,
Ar-Raudah, Al-Mujaddi dan lain-lain. Sedangkan yang terindah adalah Az-Zahra. Pada
saat itu Cordova menjadi kota budaya didaratan Eropa. Cordova, Konstantinopel,
dan Baghdad merupakan tiga pusat kebudayaan dunia.[9]
Az-Zahra, sebuah istana
yang tidak jauh Cordova dibangun Abdurrahman An-Nasir atas usul salah seorang
istrinya yang bernama Az-Zahra. Istana dibangun pada tahun 936 M, kira-kira 8 km
dari Cordova oleh 3 orang arsitek, masing-masing bernama Abdulah bin Yunus,
Hasan bin Muhammad, dan Ali bin Ghafar. Menurut Al-Idris dan Al-Maqarri bahwa
untuk membangun istana dan kotanya diperlukan waktu 2,5 tahun dengan
memperkerjakan 100 orang. Disamping karyawan sebanyak itu, masih diperlukan
1500 penarik kereta.
2.
Sevilla
Kota Sevilla
(Asyibiliyah) dibangun pada masa Dinasti Al-Muwahhidin memerintah. Kota ini
pernah menjadi ibu kota Andalusia. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa
Romawi kota ini bernama Romula Agusta, kemudian berubah menjadi Hispah, sebelum
menjadi Asyibiliyah.
Selama dikuasai Islam,
kota ini selalu diperindah dengan tanaman-tanaman berbunga yang harum baunya.
Pengaruh Romawi nampak pada penanaman pohon-pohon Zaitun dan tata cara
kehidupan didusun. Sedang orang-orang Arab dan Yahudi telah meninggalkan
sifat-sifat yang serba mistik.
Sevilla berada dibawah
kekuasaan Islam, kurang lebih selama 500 tahun (721-1248 M). Tidak heranlah
jika kini banyak dijumpai sisa-sisa peninggalan seni dan budaya Islam, salah
satu bangunan yang menjadi kebangaan umat Islam, kini telah berubah dari masjid
besar menjadi gereja yaitu Santa Maria de la sede. Masjid besar itu dahulu
dibangun pada tahun 1171 M pada masa pemerintahan Sultan Yusuf Abu Yakub (1163-1184
M). Sevilla jatuh ketangan Raja Ferdinand pada tahun 1492 M. Salah satu
bangunan kebanggaan umat Islam kini
telah berubah dari masjid besar menjadi gereja yaitu Santa Maria de la Sede.[10]
3.
Granada
Granada merupakan kota
besar di Andalusia, yang pernah menjadi kebanggaan kaum muslimin Andalusia.
Granada terletak sekitar 288 km sebelah timur kota Sevilla, pada sebuah dataran
tinggi yang subur.
Kebesaran kota Granada
terlihat pada peninggalannya yang berupa istana Alhambra yang didirikan pada
tahun 1238 M / 635 H oleh Muhammad bin Al-Ahmar dari Dinasti Ahmar. Granada
menjadi kota terbesar ke-lima di Spanyol, pada abad ke 12 M. Kota ini terletak
ditepi sungai Genil di kaki gunung Seirra Nevada, berdekatan dengan pantai laut
Mediterania (Laut Tengah). Semula Granada adalah tempat tinggal orang Iberia,
kemudian menjadi kota orang Romawi, dan baru terkenal setelah berada ditangan
orang-orang Islam. Granada berada dibawah kekuasaan kaum muslimin hampir
bersamaan dengan kota-kota lain di Spanyol yang ditaklukkan oleh Dinasti
Abbasiyah dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair pada tahun 711
M.
Pada masa pemerintahan
Dinasti Umayyah di Andalusia, Granada mengalami perkembangan pesat. Setelah
Bani Umayyah mengalami kemunduran, tahun 1031 M, dalam jangka waktu 60 tahun,
Granada diperindah oleh penguasa setempat, yaitu Dinasti Zirids. Setelah itu
Granada jatuh dibawah pemerintah Al-Murabitun, sebuah Dinasti Barbar dari
Afrika Utara pada tahun 1090 M.
Granada dikelilingi
oleh tembok. Adapun struktur penduduknya terdiri dari campuran berbagai bangsa,
terutama Arab, Barbar, dan Spanyol yang menganut tiga agama besar Islam,
Kristen, dan Yahudi.
Pada masa pemerintahan
Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam
arsitektur maupun dalam bidang politik. Akan tetapi, menjelang akhir abad ke-15
pemerintahan menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga.
Demikianlah, pada tahun
1492 Andalusia jatuh ketangan penguasa Kristen, yaitu Ferdinand dari Aragon dan
Isabella dari Castilia pada tahun 1610 orang-orang Islam diusir dari Andalusia.
I. Transoxania / Samarkand
Transoxania adalah
wilayah Bukhara dan Samarkand. Transoxania adalah wilayah yang terletak di Asia
Tengah, terletak disekitar barat Cina dan Selatan Rusia serta disebelah timur Afghanistan.
Diwilayah ini terdapat dua kota penting yang menjadi pusat peradaban Islam,
yaitu Samarkand dan Bukhara.
1.
Samarkand
Samarkand berada
disebelah selatan sungai As-Saghad. Riwayat tentang kota Samarkand yang tertua
disebutkan dalam berita-berita tentang peperangan-peperangan Iskandar
Zulkarnain (Alexander the Great) di Timur. Dalam beberapa catatan disebutkan
bahwa kota Samarkand beberapa kali diduduki oleh Iskandar ketika ia dan
pasukannya berperang melawan Spitamenes. Akan tetapi, menurut riwayat-riwayat
tertua dalam bahasa Arab, Iskandarlah yang mendirikan kota Samarkand itu.
Setelah tahun 323 M,
kota ini menjadi bagian dari sebuah kekuasaan yang berpusat di Bactria. Setelah
itu kota tersebut berdiri pula kerajaan Graeco-Bactrion (Bactria – Yunani) pada
masa Anthiochus II Theos. Sejak itu, hubungan politik dan ekonomi antara
Samarkand dengan Persia dan Cina terputus, meskipun hubungan dalam bidang
budaya masih tetap berlanjut.
Di Samarkand terdapat
makam terkenal yang sangat dihormati dan dikunjungi orang, yaitu makam Qasim
bin Abbas, yang dipandang sebagai pembawa agama Islam ke negeri ini pada masa
Khalifah Ustman bin Affan. Di Samarkand juga terdapat makam ulama theology
terkenal yaitu Abu Manshur Al-Marturidi, yaitu seorang ulama pendiri aliran
Maturidiyah, penopang paham Ahlus Sunnah.
Salah seorang
walisongo, yaitu Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419 M) juga disebutkan konon
berasal dari daerah Samarkand, karena ia berasal dari keturunan Ibrahim
As-Samarkandi, yang kemudian di Jawa dikenal dengan sebutan Ibrahim
Asmarakandi.[11]
2.
Bukhara
Adapun Bukhara
diperkirakan sudah ada sebelum Islam, kota ini sudah ada ketika Iskandar
Zulkarnain datang ke sana. Pengaruh persia sangat menonjol pada
bangunan-bangunan kuno. Demikian pula pengaruh Cina. Sebelum Islam datang ke
Bukhara panganut agama Budha cukup banyak.
Berulang kali umat
Islam mengadakan ekspansi ke wilayah Bukhara ini, akan tetapi mengalami
kegagalan. Pada tahun 204 H / 819 M Al-Makmun, Khalifah dari Dinasti Abbasiyah
yang berpusat di Baghdad menyerahkan urusan pemerintahan negeri Transoxania,
khususnya Samarkand dan Bukhara kepada keluarga Asad ibn Saman. Sejak itu, dua
kota ini berada di bawah kekuasaan Dinasti Samaniyah.
Dalam pemerintahan
Dinasti Samaniyah, Samarkand menjadi daerah yang sangat makmur dan
masyarakatnya hidup sejahtera, yang hanya dapat dibandingkan dengan masa
pemerintahan Timur Lenk dan keturunanya disana , lima ratus kemudian. Sekalipun
ibu kota pindah ke Bukhara, tetapi Samarkand tetap merupakan kota terpenting
karena ia menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam.
Dikota Bukhara ini
terdapat makam yang dihormati dan menjadi tempat ziarah umat Islam, yaitu makam
Bahauddin An-Naqsyabandi (wafat pada tahun 8 H / 14 M), seorang pendiri aliran
dalam bidan sufistik, yaitu tarekat Naqsyabandiyah yang banyak pengikutnya
didunia Islam.
Pada masa kejayaannya
di Bukhara terdapat istana Dinasti Samani yang merupakan perguruan tinggi dan
pusat kegiatan ilmu dan kehidupan pengetahuan. Terkenallah Maktab Nuh bin Nashr
As-Samani sebagai perguruan tinggi yang lengkap
Disamping itu, dari
kota Bukhara lahir ulama hadist terkenal yaitu Imam Bukhari yang menulis kitab
Shahih Bukhari. Kota Bukhara dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan Islam.
Pada tahun 906 H / 1500
M kota Samarkand dan Bukhara jatuh ketangan Syaibani, raja Uzbek. Setelah ia
wafat, pada tahun itu juga disebut oleh Babur, raja Mongol di India. Akan
tetapi, tahun berikutnya Babur kembali ke India dan daerah Transoxania kembali
dukuasai orang-orang Uzbekistan yang didalamya terdapat Samarkand dan Bukhara
menjadi bagian dari Uni Soviet. Sejak tahun 1992 M, Uzbekistan menjadi negara
muslim merdeka, karena Uni Soviet bubar dengan sendirinya.
J. Aceh
Aceh
memiliki pusat dunia Islam di Asia Tenggara. Pada masa kejayaannya Aceh
merupakan pusat peradaban diwilayah dunia Islam bagian Timur, yaitu Asia
Tenggara. Bahkan Aceh merupakan pintu transmisi jalur perjalanan penyebaran
agama Islam ke seluruh wilayah Asia Tenggara. Karena itu Aceh terkenal dengan
sebutan Serambi Mekah.
Aceh
merupakan pintu gerbang masuknya Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Di Aceh
pernah berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang pertama, yaitu Kerajaan Peurlak,
Kerajaan Samudra Pasai, dan Kerajaan Aceh Darus Salam.
Dari
Aceh muncul beberapa tokoh keilmuan yang menandakan kemajuan keilmuan
dikalangan umat Islam di Asia Tenggara. Beberapa ulama prestisius Aceh yang
terkenal dengan karya-karyanya adalah Nuruddin Ar-Raniri, Hamzah Fanshuri,
Abdurrauf Singkel, Syamsuddin Sumatrani, dan lain-lain.
Aceh
pada masa Samudra Pasai pernah dipimpin oleh para Sultan yang cinta akan ilmu
dan peradaban. Diantara Sultan yang cinta akan ilmu adalah Sultan Al-Malikuz
Zahir, dimana pada masa pemerintahannya Ibnu Batutah menuliskan cacatan
perjalannya dalam bukunya yang sangat terkenal Rihlah Ibnu Batutah, demikian
pula Marcopolo pernah singgah di Aceh. Aceh juga pernah dipimpin oleh sultan
perempuan, yaitu Shafiatuddin Syah, Zakiyatuddin Syah dan Naqiyatuddin Syah.
Dari
Aceh, Islam berkembang keberbagai wilayah Nusantara antara lain Islam berkembang
ke Ampel, Demak, Cirebon, dan terus berkembang ke Sukawesi, Maluku dan
Kalimantan.
Aceh
juga merupakan kekuatan yang sangat ditakuti Belanda samasa penjajahan, karena
Aceh memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam menghadapi penjajahan Belanda.[12]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peradaban-peradaban islam yang telah
di alami di daerah uang menjadi pusat-pusat peradan Islam di dunia Islam
memiliki kontribusi besar dalam berbagai bidang seperti: pendidikan dan ilmu
pengetahuan, politik dan pemerintahan, ekonomi, arsitektur. Peradaban dalam
bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan Kota Baghdad memiliki perpustakaan yang
dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah,
Perguruan Mustanshiriyah, serta para ilmuwan yaitu Al- Khawarizmi, Al-Kindi,
Al-Razi, Al-Farabi, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad ibn Hambal, Al- Ghazali, Abd
Al-Qadir Al-Jilani, Ibn Muqaffa’, dan lain-lain.Peradaban dalam bidang politik
dan pemerintahan di Kairo dengan pelaksanaaan tiga kebijaksanaan besar, yaitu
pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi
beragama.
Kota-kota yang menjadi pusat
pemerintahan Islam terdapat masjid-masjid yang menjadi bukti kota itu menjadi
pemerintahan Islam. Dan membuktikan bahwa Islam sangatlah kuat pada masanya
dengan bukti kota-kota besar di Eropa bisa dikuasai Islam bahkan menjadi pusat
ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur dan politik
B.
Saran
Dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga tidak sesuai dengan
keinginan pembaca, untuk itu saran sangat kami harapkan agar penulis makalah
selanjutnya kekurangan-kekurangan makalah tersebut dapat penulis perbaiki.
DAFTAR
PUSTAKA
Supriadi,Dedi,2008. Sejarah
Peradaban Islam, Bandung: Pustaka
setia.
Yatim,Badri.2003. Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar