Kedudukan Ilmu Pengetahuan
(Ilmu Pengetahuan dan Sains)
Rizkiana
NIM: 2117348
KELAS: L (reguler sore)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018/2019
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada
Allah, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah
ini dapat selesai dengan baik. Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan
baginda Rasulullah saw., yang telah menunjukkan kita kepada kebenaran.
Makalah ini secara khusus membahas
tentang kedudukan ilmu pengetahuan, dan dimasudkan sebagai salah satu pegangan
bagi mahasiswa serta siapa saja yang bermaksud mendalami Tafsir Tarbawi
khususnya pada materi yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 18. Penulisan
makalah ini tidak terlepas dari buku rujukan yang baik. Oleh karena itu , kami
mengucapkan terimakasih kepada Perpustakaan IAIN Pekalongan yang telah
menyediakan berbagai buku rujukan yang baik, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan sumber yang baik.
Atas segala bantuan yang telah
diberikan kami ucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya makalah tentang
kedudukan ilmu pengetahuan ini kita bisa lebih mudah belajar serta memahami
kesaksian Allah dalam Kedudukan Ilmu Pengetahuan, sehinnga kita selaku umatnya
dapat mengetahui isi kandungan surat Ali Imran ayat 18.
Pekalongan,
01 September 2018
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Memahami suatu kedudukan Ilmu Pengetahuan tidaklah mudah, maka dari itu
di dalam materi bab yang akan saya sampaikan saya akan mencoba menjelaskan
suatu penjelasan Ilmu Pengetahuan dalam surah Ali Imran ayat 18 yang didalam
menjelaskan tentang adanya dalil yang menerangkan tentang seseorang yang berilmu
dalam kesaksian Allah SWT. Maksudnya Allah telah menciptakan sesuatu makhluk di
dalam muka bumi ini untuk bisa ataupun mampu berinteraksi dengan sekitarnya,
oleh karena itu Allah telah memberikan akal kepada semua makhluknya tersebut.
Dari sinilah kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, kita dapat menganalisa
maupun meneliti akan kebesaran Allah SWT yang biasa kita sebut akal. Akal itu
sendiri menurut kebanyakan manusia berawal dari adanya suatu Ilmu Pengetahuan
yang bisa mereka dapatkan ataupun ketehui dalam kehidupan di alam dunia ini.
Jadi, dari sinilah kita bisa mengetahui akan semua kebesaran Allah
SWT dari adanya suatu Ilmu Pengetahuan
di alam dunia ini. Maksudnya kita juga bisa dapat mengetahui kejelasan akan
suatu Ilmu Pengetahuan dari berbagai macam jenis caranya. Antara lain bisa kita
ketahui setelah kita membaca ayat-ayat yang ada di setiap lembar surah yang
terdapat dalam alquran tersebut. Ibarat salah satu contoh surah yang
menjelaskan akan suatu Ilmu Pengetahuan tersebut ada surah Ali Imran ayat 18.
Dan yang kejelasannya bisa mungkin di baca di dalam isi makalah yang saya ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Tema :
Kedudukan ilmu pengetahuan
A.
Ilmu
Pengetahuan dan Sains
Kata ilmu secara bahasa berarti kejelasan.
Oleh karena itu, segala bentuk yang berasal dari akar kata tersebut selalu
menunjukkan kepada kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuk dan
derivasinya terulang 854 kali di dalam Alquran. Kata tersebut biasanya
digunakan untuk menunjukkan proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan
sekaligus. Ia berbeda dengan kata ‘arafah oleh karenanya Allah dalam
menyampaikan pengetahuan-Nya tentang sesuatu menggunakan kata ‘ilm,
bukan ma’rifah.
Dalam pandangan Alquran ilmu adalah suatu
keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan
fungsi kekhalifahannya.[1]
Berbicara tentang ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan Alquran, ada
persepsi bahwa Alquran itu adalah kitab ilmu pengetahuan. Persepsi ini muncul
atas dasar isyarat-isyarat Alquran yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Dari
isyarat tersebut sebagian para ahli berupaya membuktikannya dan ternyata
mendapatkan hasil yang sesuai dengan isyaratnya, sehingga semakin memperkuat
persepsi tersebut.
Hubungan antara Alquran dan ilmu pengetahuan, harus
diletakkan proporsi bahwa dari isyarat ayat-ayat Alquran, tidak ada ayat yang
menghalangi tuntutan serta merintangi kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi justru
sebaliknya. Alquran menganjurkan agar manusia menggunakan akal pikirannya untuk
mencapai hasil yang dicita-citakan. Inilah iklim baru yang dibentuk oleh
Alquran dalam rangka mengembangkan akal pikiran manusia serta menyingkirkan
hal-hal yang dapat menghalangi kemajuannya.[2]
Sedangkan menurut istilah, Sains diambil dari bahasa
latin scio, scire, scientea, yang bermakna “aku tahu,
mengetahui, pengetahuan” tentang apapun oleh siapapun dengan cara apapun. Sains
berarti ilmu, sains juga dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu
dan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.
Sains itu
sendiri, merupakan kebutuhan pokok bagi setiap
individu untuk menghadapi zaman yang sarat dengan persaingan ini, tak
terkecuali kaum muslimin. Karena dengan Sains, seseorang bisa di hormati dan di
diakui keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu Sains juga menjadi salah satu
indikator kemajuan suatu bangsa, karena pada dasarnya semua bidang kehidupan
memerlukan Sains.
B.
Dalil
Orang Berilmu dalam Kesaksian Allah SWT
Persaksian Allah, Malaikat, dan Ahli Ilmu atas
Tauhid.
Dalam Alqur’an kita membaca,
شهد الله انه لا اله الا هو والملئكة واولوا
العلم قا ئما با لقسط لا اله الا هو العلزيز الحكيم (18)
“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali Imran : 18).
Pada surat Ali Imran ayat 18, berikut menyatakan
kesaksian diri-Nya tentang keesaan-Nya. Demikian juga kesaksian malaikat dan
para cendekia. Semua menyaksikan keesaan dan peranan-Nya dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan semua makhluk.[3]
Imam al-Ghazali berkata, “lihatlah, Allah SWT
memulai dengan diri-Nya, selanjutnya malaikat, dan ketiga ahli ilmu
pengetahuan. Cukuplah ini sebagai kemuliaan dan keutamaan.”
Imam Ibnu Qayyim mengomentari ayat tersebut, Allah
meminta persaksian kepada ahli ilmu pengetahuan akan tauhid-Nya. Maka Allah
berfirman:
شهدالله انه لااله الا هو والملئكة واو لوا
العلم قا ئما بما باالقسط
Hal ini menunjukkan akan kemuliaan ahli ilmu pengetahuan
dari beberapa segi.
Pertama, Allah meminta
mereka bersaksi, tidak kepada yang lain.
Kedua, menggandengkan
syahadat mereka dengan syahadat-Nya.
Ketiga, menggandengkan
syahadat mereka dengan syahadat malaikat.
Keempat, secara implisit ini menunjukkan akan pujian terhadap mereka.[4]
Karena, Allah hanya meminta syahadat dari orang-orang bersih. Nabi saw,
bersabda:
يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله , ينفون عنه
تحريف الغا لين , وانتحال المبطلين , وتأ ويل الجا هلين
“Ilmu ini
dibawa oleh orang-orang yang terbaik dari setiap generasi, mereka menghilangkan
penyelewengan orang-orang yang keterlaluan, pemalsuan orang-orang yang suka
membuat kebatilan dan takwil orang-orang bodoh.”
Kelima, Allah SWT menyifati mereka sebagai ahli ilmu pengetahuan. Ini
menunjukkan akan kekhususan mereka bahwa mereka adalah pemiliki ilmu
pengetahuan, bukan sebagai barang pinjaman.
Keenam, Allah bersaksi dengan diri-Nya sendiri. Allah adalah saksi yang paling
utama. Kemudian, diteruskan dengan makhluk-makhluk Allah yang terpilih, yaitu
malaikat dan ulama. Ini merupakan kehormatan yang besar.
Ketujuh, Allah SWT meminta saksi kepada mereka terhadap sesuatu yang teramat
besar dan agung, yaitu bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Yang Agung hanya
akan meminta persaksian terhadap sesuatu yang besar kepada makhluk-makhluk yang
terkemuka dan tokoh-tokoh mereka.
Kedelapan, Allah menjadikan persaksian mereka sebagai hujah terhadap orang-orang
yang mungkir. Persaksian mereka setara dengan dalil, ayat, dan bukti-bukti-Nya
yang menunjukkan akan keesaan-Nya.
Kesembilan, Allah hanya menisbatkan persaksian tersebut kepada-Nya, kepada
malaikat-Nya, dan kepada mereka. Dan tidak mengiringi persaksian mereka selain
dengan persaksian-Nya. Ini menunjukkan atas kuatnya ikatan persaksian mereka
dengan persaksian-Nya. Seakan-akan Allah SWT bersaksi atas keesaan-Nya dengan
lidah mereka. Allah bersaksi sebagai pernyataan dan pengajaran, sementara
mereka bersaksi sebagai pengakuan, pembenaran, dan keimanan.
Kesepuluh, Allah SWT menjadikan mereka menunaikan hak-Nya atas mereka dengan
persaksian ini. Jika mereka telah melaksanakannya, maka berarti mereka telah
menunaikan hak Allah. Hak itu telah ditetapkan, dengan demikian makhluk harus
mengakuinya. Dan, disanalah terletak
kebahagiaan bagi kehidupan dunia dan akhirat mereka. Barang siapa
mendapatkan petunjuk karena persaksian mereka itu, maka mereka akan mendapatkan
ganjaran sesuai dengan ganjarannya. Ini merupakan anugerah yang hanya Allah-lah
yang tahu besarnya. Begitu pula orang yang bersaksi karena persaksian mereka, maka
mereka juga mendapatkan ganjaran yang sama dengan ganjarannya. Ini adalah
sepuluh hal yang terdapat dalam ayat tersebut.[5]
C.
Kedudukan
Ilmu Pengetahuan dalam Kehidupan
Penguasaan ilmu dalam segala bidang dapat
meningkatkan derajat kehidupan di dunia sebagai bekal untuk hidup di akhirat.
Ilmu yang dimiliki merupakan dasar untuk melakukan usaha yang lebih dan lebih
bermanfaat bagi orang lain. Disamping itu dalam metode ilmiah penyelidikan
fenomena alam telah diajarkan dalam Alquran, yakni dimulai dengan mengamati
kejadian alam. Selanjutnya, kita dituntut untuk menggunakan pikiran dalam
menganalisa data yang diperoleh. Petunjuk untuk menggunakan akal dan pikiran
untuk membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dinyatakan dalam surat
Qaf (50):37.[6]
Penelaahan kebenaran firman Allah SWT yang
diterangkan dalam Alquran melalui penguasaan sains akan membimbing manusia
untuk mengakui Allah sebagai pencipta langit dan bumi yang seharusnya disembah
oleh manusia. Manusia diminta untuk menggunakan akal sehatnya dalam memikirkan
keberadaan, kekuasaan, dan keesaan Allah. Misalnya, Allah mengajak manusia
untuk berpikir ulang tentang anggapan terhadap Sang Pencipta. Manusia yang
tidak menggunakan akal sehat tidak dapat mengambil hikmah penciptaan langit dan
bumi beserta segala isinya. Manusia yang memercayai suatu keyakinan tanpa
memikirkannya kembali juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menyakinkan
dirinya dan orang lain tentang keyakinannya tersebut. Hanya orang berilmu dan
menggunakan akal pikirannya yang akan semakin kuat imannya. Orang yang berilmu
dan menggunakan akal pikirannya akan dapat mengambil pelajaran dari alam dan
dari firman Allah.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia dikukuhkan menjadi
pembawa risalah kekhilafahan dimuka bumi, yang memiliki kewajiban untuk
memakmurkan dan mengembangkannya. Dengan dinamika kehidupan dan berbagai
pernik-perniknya, berdasarkan petunjuk Rabb-Nya, selaras dengan manhaj dan
arahan-Nya, sehingga proses pencarian maupun pengalaman ilmu pengetahuan dapat
dikategorikan sebagai ibadah.[7]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di dalam materi isi Kedudukan Ilmu
Pengetahuan dan Sains dalam isi makalah diatas berikut antara lain ada :
A.
Ilmu
Pengetahuan
Kata ilmu secara bahasa berarti kejelasan.
Oleh karena itu, segala bentuk yang berasal dari akar kata tersebut selalu
menunjukkan kepada kejelasan. Dalam pandangan Alquran ilmu adalah suatu
keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan
fungsi kekhalifahannya. Adapun hubungan antara Alquran dan ilmu pengetahuan,
harus diletakkan proporsi bahwa dari isyarat ayat-ayat Alquran, tidak ada ayat
yang menghalangi tuntutan serta merintangi kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi
justru sebaliknya.
B.
Dalil
Orang Berilmu dalam Kesaksian Allah SWT
Pada surat Ali Imran ayat 18, berikut menyatakan
kesaksian diri-Nya tentang keesaan-Nya. Demikian juga kesaksian malaikat dan
para cendekia. Semua menyaksikan keesaan dan peranan-Nya dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan semua makhluk.
C.
Kedudukan
Ilmu Pengetahuan dalam Kehidupan
Dari adanya penguasaan ilmu dalam segala bidang
dapat meningkatkan derajat kehidupan di dunia sebagai bekal untuk hidup di
akhirat. Ilmu yang dimiliki merupakan dasar untuk melakukan usaha yang lebih
dan lebih bermanfaat bagi orang lain. Disamping itu dalam metode ilmiah
penyelidikan fenomena alam telah diajarkan dalam Alquran, yakni dimulai dengan
mengamati kejadian alam. Selanjutnya, kita dituntut untuk menggunakan pikiran
dalam menganalisa data yang diperoleh. Petunjuk untuk menggunakan akal dan
pikiran untuk membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dinyatakan dalam
surat Qaf (50):37.
Dan dari sinilah untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman, kita kaum muslimin harus berusaha mempelajari dan menguasai
Sains. Tapi disisi lain kita juga tidak diperbolehkan melanggar ajaran Islam
yang telah disempurnakan oleh Allah SWT. Karena pada hakikatnya, semua yang ada
di alam semesta ini akan kembali kepada-Nya, bahkan sebenarnya Sains dan
berbagai ilmu lainnya telah terkandung di dalam kalam-Nya, Alquran.
Hal-hal itu kita lakukan dengan tujuan agar Islam
bisa menjaga persaingan dengan negara-negara barat, yang notabennya adalah
penguasa Sains masa kini. Disamping itu dengan mentaati ajaran Allah SWT, maka
kita akan selalu mendapatkan perlindungan dan ridho-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Sains berbasis
Alquran. Jakarta: Bumi Aksara.
Qardhawi,
Yusuf. 1998. Alquran berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Gema Insani Press.
Munir, Ahmad. 2007. Tafsir Tarbawi. Sleman
Yogyakarta: Teras.
Shihab, M.
Quraish. 2012. Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Alquran.
Tangerang: Lentera Hati.
Data
Diri
Nama : Rizkiana
Tempat : Pekalongan
Tanggal
lahir : 02-06-1998
Alamat : Ds. Blacanan, kec.
Siwalan, kab. Pekalongan
Riwayat
Pendidikan :
1.
SDN
Talaga II
2.
MTS
Daar El-Huda
3.
MA
Daar El-Huda
4.
Sedang
menempuh Pendidikan Agama Islam IAIN Pekalongan
[1] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 67
[2] Ibid, hlm.68
[3] M. Quraish Shihab, Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah
Alquran, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm.102
[4] Yusuf Qardhawi, Alquran Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 94
[5] Ibid, hlm. 95-96
[6] Ridwan Abdullah Sani, Sains berbasis Alquran, (jakarta: Bumi
Aksara, 2015), hlm. 294
[7] Op.cit, hlm. 80-81
Tidak ada komentar:
Posting Komentar