OBYEK
PENDIDIKAN DIRECT
"PENDIDIKAN
PERTAMA BAGI ANAK"
QS. LUQMAN, 31:
17
Rizki Farah
Handayanti
NIM. 2117210
Kelas B
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak
adalah titipan Allah kepada kita sebagai orang tua. Kita harus bisa membimbing
anak dari sejak dini agar kelak menjadi anak yang berguna bagi orang lain,
mempunyai akhlak yang baik, dan mempunyai agama atau keimanan yang baik, yang
patuh terhadap oang tua. Itu adalah cita-cita keseluruhan orang tua di dunia
ini. Mendambakan anak yang sholeh/sholeha dimata Allah.
Pendidikan
bagi anak banyak sekali dalil yang menjelaskan tentang hal tersebut. Contohnya
ada di surah Luqman ayat 17. Di dalam surah itu menjelaskan bahwa Luqman
mewarisi anaknya agar terus mengingat Allah dengan cara shalat, mencegah
perbuatan yang munkar, mengerjakan pekerjaan yang baik dan bermanfaat, bersabar
dengan cobaan yang diberikan Allah.
Dalam
makalah ini akan dibahas dengan pendidikan pertama bagi anak, dalil-dalil
tenang pendidikan bagi anak.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
Hakikat Anak?
2.
Apa
saja dalil-dalil mengenai pendidikan bagi anak?
3.
Apa
saja kurikulum pendidikan bagi anak?
C. Tujuan
Masalah
Tujuan masalahnya adalah agar kita mengerti apa itu
hakikat anak, mengetahui dalil-dalil mengenai pendidikan bagi anak, dan
mengetahui kurikulum pendidikan bagi anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Anak
a.
Anak
sebagai nikmat, amanat, dan fitrah orang tua
Anak
merupakan sumber kebahagiaan keluarga, buah hatilah yang memperkuat kehangatan
tali kasih kedua orang tuanya dan mampu membahagiakan segenap sanak saudara.
Jadi anak merupakan nikmat Allah yang begitu tinggi nilainya, maka haruslah
disyukuri dengan membina dan mendidik anak sebaik-baiknya. Sebagai orang tua
haruslah menyadari bahwa di samping anak itu menjadi nikmat, juga merupakan
fitrah bagi orang tuanya.
b.
Anak
sebagai generasi penerus orang tua dan bangsa
Orang
tua yang telah memiliki anak akan merasa ada pihak yang dapat meneruskan garis
keturunannya. Garis keturunan tidak akan terputus dan kelangsungan hidup
manusia akan lebih terjamin.
c.
Anak
sebagai tanaman yang tumbuh
Anak
diumpamakan sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik tau orang tua
adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca dimana anak tumbuk
dan matang sesuai dengan pola pertumbuhan.
Sebagai pendidik haruslah melaksanakan proses pendidikan agar mampu
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik. [1]
B.
Dalil Mengenai Pendidikan Bagi Anak
Artinya
:
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah)”
a. Tafsir Al-
Azhar
Modal hidup
yang diberikan Luqman kepada anaknya yaitu:
1. Dirikanlah
shalat
2. Mencegah
perbuatan yang munkar
3. Menyuruh
berbuat yang ma’ruf
4. Bersabar dalam
keadaan apapun yang menimpanya
Untuk
memperkuat pribadi dan meneguhkan hubungan dengan Allah, memperdalam rasa
syukur kepada Tuhan atas nikamt dan perlindungan-Nya yang selalu kita terima,
dirikanlah shalat. Dengan shalat kita melatih lidah, hati, dan seluruh anggota
badan selalu ingat kepada Tuhan.
Dalam Agama
Islam telah ditentukan bahwa wajib kita mengerjakan shalat itu
sekurang-kurangnya 5x sehari. Orang yang telah teguh kokoh pribadinya karena
ibadah, terutama shalat. Dia akan berani menyampaikan kebenaran kepada
sesamanya manusia. Berani pula menegur perbuatan yang munkar, yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat. Berani mengatakan yang benar, walaupun pahit.
Apabila sudah
berani menegur perbuatan yang munkar pasti ada kalangan yang tidak menyukainya.
Jika mereka marah, untuk itu mesti sabar. kalau kita ingin menjadi manusia yang
berarti dalam pergaulan hidup di dunia. Shalat peneguh pribadi, amar ma’ruf
nahi munkar dalam hubungan dengan masyarakat, dan sabar untuk mencapai apa yang
dicita-cita.karena apapun cobaan di dalam hidup kita, kalau kita tidak sabar,
kita akan patah di tengah jalan. Apa saja cobaan di dalam hidup, sabarlah
kuncinya. Yang tidak sabar akan gagal di tengah jalan.[2]
b. Tafsir
Al-Mishbah
Pada ayat di atas berisi tentang nasihat Luqman kepada anaknya
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah
shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dala amr ma’rif dan nahi
munkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari
kegagalan yaitu sabar dan tabah.
Menyuruh mengerjakan ma’aruf, mengandung pesan untuk
mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri
mengerjakannya. Demikian pula melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang
terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agakbya yang menjadi sebab mengapa Luqman
tidak memerintahkan anaknya melaksanakan ma’ruf dan menjauhi mungkar, tetapi
memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak
melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta
kepedulian sosial.
Ma’ruf
adalah ”Yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat dan telah
mereka kenal luas”, selama sejalan dengan al-khair (kebajikan), yaitu
nilai-nilai Ilahi. Mungkar adalah suatu yang dinilai buruk oleh mereka
serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi.
Sabar
adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik atau yang terbaik.
Seseorang yang sabar akan menahan diri dan untuk itu ia memerlukan kekukuhan
jiwa, mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya.
Shalat, amr ma’ruf dan nahi mungkar serta kesabaran merupakan
hal-hal yang telah diwajibkan oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad tekad
manusia.[3]
c. Tafsir Ibnu
Katsir
Pesan-pesan yang bermanfaat yang dikisahkan Allah melalui Luqman
Hakim agar diteladani dan diikuti oleh manusia. Perkataan Luqman kepada
anaknya, “Hai anakku, dirikanlah shalat”sejalan dengan kewajiban, hukum,rukun,
dan waktunya. “dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah dari
perbuatan yang munkar” sesuai dengan kesanggupanmu “serta bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu”, sebab orang yang menyeru kepada jalan Allah, pasti
mendapat gangguan. “sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
ditetapkan.” Sesungguhnyakesabaran dalam menghadapi gangguan manusia merupakan
ketetapan yang diberikan Allah kepada dai.
Firman Allah, “dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia.”
Asal makna sha’ara ialah penyakit yang menimpa leher unta hingga
kepalanya borok dan tegang. Lalu unta yang demikian diserupakan dengan orang
sombong yang memalingkan wajahnya dari khalayak, tatkala dia berkata kepada
mereka atau sebaliknya, karena memandang mereka hina dank arena kesombongannya.
Sesungguhnya Allah melarang berbuat demikian.
Firman Allah, “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh,” yakni dengan congkak dan sombong. Janganlah kamu berbuat demikian
Allah akan memurkaimu, karena itu Dia berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri, “yakni yang kagum
kepada dirinya dan besar kepala atas orang lain.[4]
C.
Kurikulum(Materi) Pendidikan Bagi Anak
Asas
atau dasar materi (kurikulum) pendidikan yang diberikan kepada anak hendaknya
berdasarkan pada asas agama, asas falsafah, asas psikologi dan asas sosial.
Pendidikan yang berdasarkan pada agama akan membantuanak untuk memiliki iman
yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga anak akan mampu membedakan mana
yang baik dan buruk serta mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Pendidikan agama akan membentuk akhlak mulia serta menjadi manusia yang
produktif.
Materi
pendidikan yang berasas falsafah mengandung arti materi pendidikan yang
bermuatan nilai-niilai spiritual, nilai-nilai natural, nilai-nilai kemanusian,
nilai-nilai realistic dan nilai-nilai kemanfaatan. Materi pendidikan yang
berasas psikologi berarti pelajaran yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan
tahap perkembangan, pertumbuhan, kematangan, bakat, minat, kecakapan. Materi
pendidikan yang berasas sosial mengandung makna materi pendidikan berisikan
pengetahuan (sains), kepercayaan, nilai-nilai ideal, ketrampilan, cara
berpikir, car hidup, adat kebiasaan, tradisi, dan unsure sosial kemasyrakatan
sehingga anak akan tumbuh menjadi warga negara yang baik dan berguna selain
untuk dirinya juga untuk lingkungannya.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Anak adalah
titipan dari Allah kepada orang tua agar dirawat dan di didik dengan baik dan
benar sesuai dengan ajaran islam. Anak harus diberi pengarahan mengenai agama
islam yaitu shalat, melakukan perbuatan yang baik dan orng tua harus bisa
mengarahkan itu semua agar anak tumbuh menjadi anak yang berakhlah karimah.
Anak adalah ladang kita agar bisa menyalamatkan kita di akhirat nanti dengan
itu kita harus mendidiknya dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran islam.
B.
SARAN-SARAN
Pembaca bisa
mencari referensi dibuku lain agar menambah wawasan mengenai pendidikan bagi
anak.
DAFTAR PUSTAKA
.Hamka.1982. Tafsir Al-Azhar.
Jakarta : Pustaka Panjimas.
M.Quraish
Shihab. 2003. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.
M.Nasib
ar-Rifa’i. 1989. Tafsiran al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3. Jakarta:
Maktabah Ma’arif, Riyadh.
Helmawati. 2014. Pendidikan
Keluarga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
BIODATA
NAMA :
RIZKI FARAH HANDAYANTI
TTL :
PEMALANG, 15 OKTOBER 2000
ALAMAT :
WIROSARI 1 SAMBONG-BATANG
ASAL SEKOLAH :
SMA N 2 BATANG
RIWAYAT SEKOLAH : 1.
TK HANDAYANI (PEMALANG)
2. TK SARASWATI (BATANG)
3. SD N SAMBONG 03
4. SMP N 1 BATANG
5. SMA N 2 BATANG
[4]M.Nasib
ar-Rifa’i, Tafsiran al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid
3, (Jakarta: Maktabah Ma’arif, Riyadh, 1989), hlm 792-793
Tidak ada komentar:
Posting Komentar