Metode Pendidikan Spesial
(Metode Kisah)
QS. Al-A’raaf, 7 : 176
Muhammad
Hafidzudin
NIM. (2117275)
Kelas: B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya yang
berjudul “Metode Pendidikan Khusus” dengan sub pembahasan “Metode Kisah”. Tak
lupa sholawat dan salam marilah kita limpah curahkan kepada guru besar kita
yakni Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau mungkinkah kita terbebas dari
zaman kebodohan. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
Tarbawi. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada:
Dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada kami, orangtua kami yang selalu memberikan doa dan
dukungan dalam menuntut ilmu. Rekan rekan mahasiswa dan seluruh pihak yang
bersedia memberikan partisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Manusia pasti memiliki kekuragan
seperti halnya dalam pembuatan makalah ini pun kami banyak sekali kekurangan.
Untuk itu, kami selalu mengharap kritik dan saran dari pembaca guna kemajuan
bersama.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima
kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pekalongan, 22 November 2018
Penulis, Muhammad Hafidzudin
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR
ISI.................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .
A. Latar
Belakang .....................................................................................................3
B. Rumusan
Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan
Penelitian..................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Metode Kisah.......................................................................................5-7
B. Dalil Metode
Kisah............................................................................................7-9
C. Implementasi
Metode Kisah............................................................................9-10
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
..........................................................................................................11
B. Daftar
pustaka.......................................................................................................12
C. Profil
pemakalah ..................................................................................................13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Surat Al A’raf adalah surat ke-7
dalam Al-Qur’an. Surat ini terdiri atas 206 ayat dan termasuk pada golongan
surat makkiyah. Dinamakan surat Al A’raf karena perkataan Al A’raf terdapat
dalam ayat 46 yang mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada diatas
Al A’raf yaitu tempat yang tertinggi di batas surga dan neraka.
Metode
kisah yaitu teknik yang dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan
peristiwa-peristiwa bersejarah yang mengandung ibrah (nilai moral, sosial, dan
rohani) bagi seluruh umat manusia disegala tempat dan zaman baik mengenai kisah
yang bersifat kebaikan maupun kisah kedzoliman yang berakibat buruk dimasa
lalu.
Teknik ini sangat efektif sekali,
terutama untuk materi sejarah, dan terlebih lagi sasarannya untuk peserta didik
yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan mendengarkan suatu kisah kepekaan
jiwa dan perasaan peserta didik dapat tergugah, meniru figur yang baik yang
berguna bagi perkembangan hidupnya, dan membenci terhadap tokoh antagonis atau
dzolim. Jadi dengan memberikan stimulasi kepada peserta didik dengan cerita
itu, secara otomatis mendorong peserta didik untuk berbuat kebajikan dan dapat
membentuk akhlak mulia serta membina rohani.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
hakikat metode kisah ?
2.
Apa dalil metode kisah di dalam Al-Qur’an ?
3.
Bagaimana
implementasi metode kisah dalam pendidikan ?
C.
Tujuan
- Mengetahui apa itu metode kisah
- Mengetahui
dalil metode kisah
- Mengetahui
bagaimana implementasi metode kisah dalam pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Metode Kisah
Metode kisah yaitu teknik yang dilakukan dengan cara
bercerita, mengungkapkan peristiwa-peristiwa bersejarah yang mengandung ibrah
(nilai moral, sosial, dan rohani) bagi seluruh umat manusia disegala tempat dan
zaman baik mengenai kisah yang bersifat kebaikan maupun kisah kedzoliman yang
berakibat buruk dimasa lalu. Teknik ini sangat efektif sekali,
terutama untuk materi sejarah, dan terlebih lagi sasarannya untuk peserta didik
yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan mendengarkan suatu kisah kepekaan
jiwa dan perasaan peserta didik dapat tergugah, meniru figur yang baik yang
berguna bagi perkembangan hidupnya, dan membenci terhadap tokoh antagonis atau
dzolim. Jadi dengan memberikan stimulasi kepada peserta didik dengan cerita
itu, secara otomatis mendorong peserta didik untuk berbuat kebajikan dan dapat
membentuk akhlak mulia serta membina rohani.[1]
Sebagian besar isi
Al-Qur’an, muatannya sejarah. Filosofi mempelajari sejarah ialah untuk
menjadikan kisah sejarah yang ada itu untuk menjadi i’tibar atau ibrah. Didalam
kisah sejarah selalu muncul dua peristiwa yaitu baik dan buruk begitu juga
muncul tokoh baik dan juga buruk. Karena kebaikan selalu mendatangkan
kemasalahatan, sedangkan kejahatan mendatangkan kehancuran. Maka sejarah dapat
dijadikan pembelajaran untuk mencontoh yang baik dan menjauhi yang jahat.[2]
Metode kisah atau bercerita akan memberikan dampak
penyegaran baik bagi anak-anak maupun orang dewasa dalam proses pemerolehan
pesan dakwah atau pesan dalam pendidikan. Di antara fungsi metode cerita dapat
dilihat dalam beberapa fungsi berikut:
Pertama, Menanamkan moral dan nilai-nilai agama.
Melalui cerita atau suatu kisah para Rasul atau kisah-kisah teladan, secara
perlahan pendidik dapat menanamkan hal-hal yang baik kepada peserta didik,
menanamkan pemahaman terhadap nilai-nilai agama yang harus dijadikan prinsip
dalam kehidupannya.
Kedua, Dapat mengembangkan imajinasi anak. Khusus
bagi anak, merupakan masa untuk mengembangkan imajinasi sehingga akan mendukung
potensi kecerdasannya. Salah satu upaya mengembangkan imajinasi anak diantaranya
melalui cerita. Dengan bercerita, anak akan belajar memahami dan menghayati
terhadap suatu kisah atau cerita meskipun tidak secara langsung dinikmati
dengan indra penglihatan. Dalam hal ini, metode kisah mempotensikan kemampuan
mendengar baik dan kemampuan menghayati sebuah isi cerita atau kisah. Hasil
pemahaman dan penghayatan akan mengantarkan anak untuk mengenali nilai-nilai
yang terkandung dalam kisah tersebut.
Ketiga, Membangkitkan rasa ingin tahu. Rasa ingin
tahu merupakan potensi besar anak dalam proses pemerolehan pengetahuan. Melalui
sebuah cerita atau kisah akan mengantarkan anak untuk mengetahui berbagai
peristiwa kehidupan dengan serangkaian aktivitas dan nilai yang terkandung di
dalamnya.
Melalui cerita, anak akan belajar tentang isi
cerita dengan berbagai peristiwa dan nilai-nilai apa yang terkandung di
dalamnya. Harapannya tentu agar adanya perubahan sikap, perilaku, dan pemikiran
anak ke arah yang lebih baik. (Arifin, 1999: 61).
Keempat, Memahami konsep ajaran Islam secara emosional.
Cerita yang bersumber dari Al-Qur’an dan kisah-kisah keluarga muslim
diperdengarkan melalui cerita, diharapkan anak didik tergerak hatinya untuk
mengetahui lebih banyak agamanya dan pada akhirnya terdorong untuk beramal di
jalan lurus (Bahroin,1995: 24). Daya emosional akan menguatkan rasa keagamaan
peserta didik dalam memahami ajaran agama Islam.[3]
B.
Dalil
وَلَوْ شِئنالَرَفَعْنه بها وَللكنه اخلد الى الارض واتّبَعَ هواهُ, فَمَثَلُهُ
كَمَثَل الْكَلْب, انْ تَحْملْ عَلَيه يلهث اَوْ تَتْرُكْهُ يلهثْ ذلكَ مَثَلُ
القوْم الذينَ كذّبوْ بايتنا, فاقْصُص القَصَصَ لَعَلّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ.
Artinya: “Dan
kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berpikir.”
Ayat tersebut
menyisipkan anjuran untuk menggunakan metode kisah dalam rangka memahamkan
seseorang, seperti kyai yang berceramah dengan menggunakan metode kisah untuk
memahamkan umatnya, seorang guru yang mengambil kisah para ulama terdahulu demi
memahamkan para siswa mengenai akhlak terpuji yang harus diambil hikmah.
Metode kisah tidaklah harus dengan cara manual saja (
berbicara, bercerita berjam-jam), itu kadang akan membuat para siswa merasa
bosan dan jenuh. Di era modern ini kita harus pandai-pandai memanfaatkan
teknologi, jangan malah kita yang dimanfaatkan teknologi. Dengan menggunakan
media yang ada, misal proyektor. Lalu kita putarkan film apa yang berkaitan
dengan apa yang ingin kita sampaikan. Contoh : memutar film upin-ipin puasa
ramadhan, yang bertujuan untuk memahamkan siswa mengenai bagaimana puasa itu,
dan lain sebagainya.
ساءَ مَثَلاً الْقَوْمُ الّذينَ كَذَّبُوْ با يتنا وَاَنْفُسَهُمْ كاَنُوْ يَظْلمُوْنَ
Artinya: “Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat
zalim.”
Penjelasan surat
al araf 176-177: Surat
tersebut menjelaskan tentang siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuannya
artinya seseorang yang mempunyai wawasan atau pengetahuan tetapi tidak
digunakan atau di manfaatkan dengan baik, melainkan hanya mengejar sesuatu yang
mengarah kepada dunia saja.
Dan amat buruklah
perumpamaan orang orang yang mendustakan ayat ayat kami karena mereka mengabaikan tuntunan
pengetahuannya bahkan berbuat dzalim dan terhadap diri mereka sendirilah bukan
terhadap orang lain mereka terus menerus berbuat dzalim.
Kedua ayat
tersebut di atas memberikan perumpamaan tentang siapapun yang sedemikian dalam
pengetahuannya, sampai sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya, seperti
melekatnya kulit pada daging. Namun ia menguliti dirinya sendiri , dengan
melepaskan tuntutan pengetahuannya. Ia di ibaratkan seekor anjing yang terengah
engah sambil menjulurkan lidahnya.[4]
Tafsir Surat
Al-A’raaf :
1.
Al-Maraghi
Kalau kami menghendaki agar orang itu kami angkat dengan
ayat-ayat kami tersebut dan dengan mengamalkannya kepada derajat derajat
kesempurnaan dan pengetahuan, bisa aja itu kami lakukan.yaitu, kami buat
petunjuk itu jadi wataknya benar-benar, dan kami membuat dia mesti
mengamalkannya, baik dengan suka hati maupun terpaksa.karna bagi kami itu pun
tidak sukar. Hanya saja itu bertentangan dengan sunnah kami. akan tetapi orang
itu cenderung dan lebih condong terhadap dunia yang tidak akan ada puas puasnya
akhirnya, hilanglah perhatiannya sama sekali untuk memikirkan ayat ayat kami
yang telah kami berikan kepadanya.[5]
2. Al-Mishbah
Allah menyatakan
bahwa, dan sekiranya kami menghendaki, pasti kami menyucikan jiwanya dan
meninggikan derajatnya dengannya, yakni melalui pengamalan terhadap ayat ayat,
bukan hanya menuruti hawa nafsu duniawi saja, terjebak dalam gemerlapnya
duniawi yang di perumpamakan seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya,
saat dihalau atau di biarkan dia tetap saja menjulurkan lidahnya. Seperti
melekatnya kulit pada daging. Namun iya menguliti dirinya sendiri, dalam artian
melepaskan tuntunan pengetahuannya. Seharusnya pengetahuan tersebut membentengi
dirinya dari perbuatan buruk yang menjerumuskannya terus untuk mengejar
kebahagian duniawi, karena yang demikian telah menjadi sifat bawaan anjing
tersebut.[6]
C.
Implementasi dalam Dunia Pendidikan
Q.S. Al-A’raaf 176 secara tersurat telah menganjurkan
kita untuk menggunakan metode kisah dalam rangka memhamkan seseorang dengan
cara yang enak dan menarik. Metode ini sangat cocok digunakan sesorang guru
untuk memahamkan anak didiknya mengenai sesuatu dengan cara yang menarik yang
mengajak anak didik berpikir untuk mengambil hikmah dari kisah yang kita
bawakan.
Implementasi metode kisah dalam dunia pendidikan antara lain
:
i.
Seorang guru
membawakan kisah ilmuwan muslim terdahulu agar para siswa termotivasi untuk
belajar
ii.
Seorang guru membawakan kisah pentingnya menjauhi akhlak
tercela melalui kisah Qorun, Sa’labah, Raja Fir’aun, dll.,
iii.
Seorang guru membawakan kisah pentingnya menghiasi diri
dengan akhlak terpuji melalui kisah para Nabi, Wali, Ulama Salaf.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari
surat al araf ayat 176-177 bahwa Allah menyuruh kita untuk selalu menggunakan
pengetahuan kita untuk hal yang baik dan bermanfaat, bukan untuk di gunakan lantaran menuruti nafsu akan
kehausan duniawi,dan kita sebagai makhluk yang berakal dan berpengetahuan, di
tuntun untuk menyampaikan pengetahuan yang baik kepada sesama, bukan untuk
mentiadakannya atau menyalahgunakannya.
Makalah ini menjelaskan mengenai metode kisah dalam dunia
pendidikan itu sangat baik dan berpengaruh besar untuk memahamkan siswa melalui
kisah-kisah yang bagus, menarik, memotivasi dan sesuai dengan tema yang
diangkat pada mata pelajaran tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Abdul Mujib M.Ag. 2006. Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta: Kencana Prenada
Media
Prof Dr. Haidar Putra Daulay M.A. 2014. Pendidikan Islam
Dalam Prespektif Filsafat,
Jakarta: Kencana
M. Quraish Shihab.2006. Tafsir Al-Misbah Jakarta:
Lentera Hati
Ahmad Musthofa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi
Nur Ahmad,
“Berdakwah Melalui Metode Kisah”, Journal
Manajemen Dakwah Vol.1, No. 1,
Juni
2016
PROFIL
PEMAKALAH
1.
Nama :
Muhammad Hafidzudin
2.
Tempat, Tanggal
Lahir :
Pekalongan, 06 Mei 1999
3.
Alamat :
Ambokembang gg.17, kedungwuni : Kabupaten
Pekalongan
4. Riwayat
Pendidikan :
·
TK Ambokembang
gg.17
·
MI Walisongo
Pekajangan
·
MTS Walisongo Pekajangan
·
MA Walisongo
Pekajangan
·
Berproses S1 di IAIN Pekalongan
5.
Pengalaman Organisasi :
- IPNU
PR. Pekajangan
- OSIS
MA Walisongo
Pekajangan
- Pradana
Pramuka MA Walisongo
Pekajangan
- LPTQ
IAIN Pekalongan
- PMII
IAIN Pekalongan
- PKPT
( Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi) IAIN Pekalongan
6.
Motto : “Tak terbang
dengan pujian, tak tumbang dengan
cacian”
7. No.
HP :
082325759453
[1]
Dr. Abdul Mujib M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2006), hlm.192-193
[2] Prof Dr. Haidar Putra Daulay M.A,
Pendidikan Islam Dalam Prespektif Filsafat, (Jakarta: Kencana, 2014) hlm.126
[3] Nur Ahmad, “Berdakwah Melalui
Metode Kisah”, Journal Manajemen Dakwah
Vol.1, No. 1, Juni 2016, hlm. 34-35
[5]
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, hlm.199
Tidak ada komentar:
Posting Komentar