METODE PENDIDIKAN UNIVERSAL
(METODE DAKWAH)
QS. An-Nahl
: 12
Rizky Triana Putri
NIM. 2117200
KELAS A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,puji syukur kehadirat Allah swt.yang telah
melimpahkan segala rahmat serta hidayahnya sehingga dengan atas izin-NYA
makalah yang berjudul “ Metode Dakwah” ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam
tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad swt., sahabatnya,
keluarganya,d an umatnya hingga akhir zaman semoga kita dapat syafaatnya
diyaumul qiyamah nanti. Amin
Makalah ini dibuat sebagai rujukan mahasiswa mata kuliah Tafsir
Tarbawi dan mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang selalu memberi
dukungan kepada penulis,terimakasih juga kepada Bapak Ghufron selaku doesen
pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah membimbing penulis serta memberi
ilmu kepada kita semua.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini karena keterbatasan ilmu yang penulis makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Pekalongan, 15 November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR
ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah..........................................................................
2. Rumusan Masalah.....................................................................................
3. Tujuan Makalah.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. HAKIKAT METODE DAKWAH........................................................
2. DALIL METODE DAKWAH
AL-QUR’ANI.....................................
3. IMPLIKASI METODE
DAKWAH DALAM PENDIDIKAN..............
BAB
III PENUTUP
1. KESIMPULAN........................................................................................
2. SARAN-SARAN.........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Islam adalah agama
dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif
melakukan kegiatan dakwah maju mundur umat islam semangat bergantung dan
berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Karena itu Al.Qur’an
dalam menyebutkan kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaula. Tidak dapat dibayangkan
apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai
faktor terlebih pada era globalisasi sekarang ini di mana berbagai informasi
masuk begitu cepat dan istan yang tidak dapat di bedung lagi. Umat islam harus
dapat memilah dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan
dengan nilai-nilai islam. Implikasi dari pernyataan islam sebagai agama dakwah
menuntut ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah,karena kegiatan ini merupakan
aktifitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan
akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya. Dakwah
islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap muslim dimana saja ia
berada sebagaimana termaktub dalam Al.Qur’an dan as-sunnah Rasulullah SAW kewajiban dakwh
menyerukan dan menyampaikan agama islam kepada masyarakat. Agar dakwah dapat
mencapai sasaran strategi jangka panjang,tentunya diperlukan suatu sistem
manajeral komunikasi yang baik dalam penataan perkataan maupun perbuatan yang
dalam banyak hal yang sangat relevan dan terkait dengan nilai-nilai keislaman.
kegiatan yang
bersifat menyeru, mengajak. dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada
Allah sesuai dengan garis aqidah, syarat, dan akhlak islam, kata dakwh
merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da’a yad’u yang berarti panggilan
seruan atau ajakan.
Kata dakwah sering
dirangkaikan dengan kata “ilmu” dan kata “islam” sehingga menjadi menjadi “ilmu
dakwah” dan dakwah islam atau ad-dakwah al-islamiyah. Ilmu dakwah adalah suatu
ilmu yang berisi tentang cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain
supaya menganut, mengikuti, menyukai atau melaksanakan sesuatu idiologi, agama,
pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut “dai” sedangkan
yang menjadi objek dakwah disebut “mad’u”. Setiap muslim yang menjalankan
fungsi dakwah islam adalah da’i. Tujuan dakwah ialah mewujudkan kebahagian dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang di peroleh dari Allah.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Hakikat Metode Dakwah?
2.
Apa Dalil Metode Dakwah Al-Qur’ani?
3.
Bagaimana Implikasi Metode Dakwah Dalam Pendidikan?
C.
TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui
Hakikat Metode Dakwah.
2. Untuk Mengetahui
Dalil Metode Dakwah Al-Qur’ani.
3. Untuk Mengetahui
Implikasi Metode Dakwah Dalam Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Metode Dakwah
1.
Pengertian
Secara etimologi, metode berasal dari dua kata yaitu
“meto” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Metode berarti cara yang telah di
atur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan arti dakwah
adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk
beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syarat, dan akhlak
islam, kata dakwh merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da’a
yad’u yang berarti panggilan seruan atau ajakan.
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata “ilmu” dan
kata “islam” sehingga menjadi menjadi “ilmu dakwah” dan dakwah islam atau ad-dakwah
al-islamiyah. Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi tentang cara dan
tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyukai
atau melaksanakan sesuatu idiologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang
yang menyampaikan dakwah disebut “dai” sedangkan yang menjadi objek dakwah
disebut “mad’u”. Setiap muslim yang menjalankan fungsi dakwah islam adalah
da’i. Tujuan dakwah ialah mewujudkan kebahagian dan kesejahteraan hidup di
dunia dan akhirat yang di peroleh dari Allah.
Sedangkan arti dakwah menurut beberapa pakar adalah
sebagai berikut:
a.
Bakhial Khauli: dakwah adalah suatu proses menghidupkan
peraturan-peraturan islam dengan maksud memindahkan umat dari suatu keadaan
kepada keadaan lain.
b.
Syeh Ali Mahfudz: dakwah adalah mengajak manusia untuk
mengajak kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan
melarang mereka berbuat jelek agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
Dari pendapat
diatas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara tertentu
yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai
sesuatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang[1].
Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu
pandangan
2.
Bentuk-Bentuk Metode Dakwah
Berdasarkan
surah An-Nahl ayat 125 tersebut metode dakwah yang meliputi tiga cangkupan
yaitu :
a.
Al-Hikmah
Kata hikmah di sebut dalam al-quran sebanyak 20 kali baik
dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat bentuk masdarnya adalah ‘’Hukuman’’ yang
berarti secara makna aslinya adalah mencegah. Orang yang memiliki Al-hikmah
disebut al-Hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari
segala sesuatu. Al-Hakim juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan
tepat sehingga menjadi sempurna.
Menurut pendapat ini al-Hikmah termanifestasi kedalam
empat hal: kecakapan manajeral,kecermatan,kejernihan pikiran dan ketajaman
pikiran. Sedangkan dalam metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana,makal
budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian orang
kepada agama atau Tuhan.
Hikmah adalah bekal da’i menuju sukses karunia Allah yang
diberikan kepada orang yang mendapatkan hikmah insyak Allah juga akan berimbas
kepada mad’unya, sehingga mereka termotifasi untuk mengubah diri dan
mengamalkan apa yang disampaikan da’i kepada mereka.
b.
Al-Mau’izhatul Hasanah
Secara bahasa terdiri dari dua bahasa kata yaitu: mau’idzah
yang berasal dari wa’adzan-idzatan yang berarti: nasihat bimbingan, pendidikan,
dan peringatan dan kata-kata kedua itu hasanah merupakan kebalikan dari sayyiah
yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. Mau’izhatul Hasanah dapatlah di
artikan sebagai ucapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidika, pelajaran, kisah-kisah,
berita gembira, pringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan
pedoman dalam kehidupan agar dapat keselamatan dunia dan akhirat.
c.
al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan
kata
jadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu.
Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya
dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan. Dari segi
termologi terdapat beberapa pengertian. Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya
tukar menukar pendapat yang dilakukan oleh kedua pihak secara sinergis,tanpa
adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah suatu upaya yang bertujuan
untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti
yang kuat.
3.
Sumber Metode Dakwah
A.
Al.Qur’an
B.
Sunnah Rasul
C.
Sejarah hidup para sahabat dan fuqaha
D.
Pengalaman
4.
Aplikasi Metode Dakwah Rasulullah
·
Pendekatan personal: antara da’i dan mad’u langsung
bertatapan muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya
reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui.
·
Pendekatan penddikan: pendekatan ini teraplikasi dalam
lembaga-lembaga pendidikan pesantren,yayasan,yang bercorak islam ataupun
perguruan tinggi yang di dalam nya terdapat materi-materi islam
·
Pendekatan diskusi: da’i berperan sebagai narasumber
sedangkan mad’u sebagai audience. Tujuan dari diskusi ini adalah membahas dan
menemukan pemecahan semua problematika yang ada terkait dengan dakwah sehi[2]ngga
apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya.
·
Pendekatan penawaran.: Nabi mengajak untuk beriman kepada
Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain cara ini dilakukan Nabi dengan
metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika mereponnya tidak keadaan
tertekan. Cara ini pula baru dilakukan oleg da’i dalam mengajak mad’unya.
·
Pendekatan misi: pengiriman tenaga para da’i ke
daerah-daerah di luar tempat domisili
B.
Tafsir Qs. An-Nahl Ayat 125
Ø
Tafsir Al.Maraghi
Allah Ta’alamenguraikan apa yang harus di ikuti oleh
Rasulullah saw. Dalam mengikuti Ibrahim yang di perintahkan kepada beliau:
اُدْعُ اِلَى سَبِىْلِ
رَبِكَ بِا اْحِكْمَةِ وأموْعِظَةِ اْلحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِا لَتِى هِىَ
اَحْسنُ
Hai Rasul serulah orang-orang yang kamu utus kepada
mereka dengan cara: menyeru kepada syariat yang telah di gariskan Allah bagi
makhluk-Nya ,melalui wahyu yang di berikan kapadamu.dan memberikan pelajaran
dan peringatan yang di letakkan di dalam kitab-Nya sebagai hujjah atas
mereka serta,seperti di ulang-[3]ulang
dalam surah ini. Dan bantahlah mereka dengan perbantahan yang lebih baik dari
pada bantahan lainnya, seperti memberi maaf kepada mereka jika mereka mengotori
kehormatanmu,serta bersikaplah lemah lembut terhadap mereka dengan menyampaikan
kata-kata yang baik.
Singkatnya gunakan metode terbaik di dalam dakwah dan
berdebat yaitu dengan cara yang baik itulah kewajibanmu. Apapun pemberian
petunjuk dan penyesatan serta pembalasan atas keduanya di serahkan kepada-Nya
semata bukan kepada selain-Nya. Sebab Dia lebih mengetahui tentang keadaan orang
yang tidak mau meninggalkan kesesatan karena ikhtiarnya yang bur[4]uk
dan tentang ketaatan orang yang mengikuti petunjuk karena ia mempunyai kesiapan
yang baik. Apa yang di gariskan kepada Allah untukmu di dalam berdakwah, itulah
yang di tuntut oleh hikmah dan itu lebih cukup untuk memberikan petunjuk kepada
orang-orang yang mengikuti petunjuk serta menghilangkan udzur orang-orang yang
sesat.
Ø
Tafsir Al.azhar
Ayat ini mengamdung ajakan kepada rasulullah saw. Tentang
cara melancarkan dakwah atau seruan tehadap manusia agar mereka berjalan di
atas jalan Allah (sabilillah) sabilillah atau Shairathal Mustaqim atau
Ad-Dinul Haqqu, agama yang benar Nabi saw memegang tumpuk kepimpinan dalam
melakukan dakwah hendaknya memakai tiga macam cara atu tingkat cara :
Pertama hikmah (kebijaksanaan) yaitu dengan cara
bijaksana akal budi yang mulia dada lapang dan hati yang bersih menarik
perhatian kepada agama atau kepada kepercayaan tuhan.
Contoh :kebijaksanaan itu selalu pula ditunjukkan Tuhan.
Kedua ialah Al-Mauizhatul Hasanah yang kita artikan
pengajaran yang baik atau pesan-pesan yang baik,yang disampaikan sebagai
nasihat.
Ketiga ‘’Jadilhum billati hiya ahsan” bantahlah mreka
dengan cara yang lebih baik kalau terpaksa timbul perbentakan atau pertukaran
fikiran, yang di zaman kita ini sudah tidak dapat di elakkan lagi pilhlah jalan
yang sebaik-baiknya
Ketiga ialah “Jadilhum billati hiya ahsan”
Bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik kalau
terpaksa timbul perbentahan atau pertukaran yang fikiran, yang di zaman kita
ini sudah tidak dapat dielakan lagi pililah halan yang baik-bainya. Diantaranya ialah
memperbedakan pokok persoalan
yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci
atau sayang kepada pribadi orang yang tengah di ajak berbantah. Misal
nya seseorang masih kufur,belum mengerti ajaran islam,lalu sesuka hatinya saja
mengeluarkan celaan kepada islam, karena bodohnnya
Ø
Tafsir Al-Mishbah
Ayat ini menyatakan: wahai Nabi [5]Muhammad,serulah,yakni
lanjutkan usahamu tuk menyeru semua yang ngkau sangkup seru kepada jalan yang
ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran islam dengan hikma dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka,yakni siapapun
yang menolak atau meragukan ajaran islam dengan cara yang terbaik. Itulah tiga
cara berdakwah yang hendaknya yang ngkau tempuh menghadapi manusia yang
beraneka ragam peringkat dan kecendrungannya,jngan hiraukan cemoohan, atau
tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musrikin dan serahkan urusanmu dan urusan
mereka kepada Allah, karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan
berbuat baik kepadamu.
Ø
Ibnu Katsir
C.
ادْعُ إِلَىٰ
سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْضَلَّ عَنْسَبِيلِهِ
ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk
Allah berfirman menyuruh
Rasul-Nya berseru kepada manusia mengajak mereka ke jalan Allah dengan Hikmah kebijaksanaan
dan nasihat serta di anjurkan dengan yang baik. Dan jika orang itu mengajk
berdebat, maka bantahlah mereka dengan cara baik. Allah lebih mengetahui siapa
yang paling durhaka tersesat dijalan-Nya dan siapa yang bahagia berada di dalam
jalan yang lurus dan di tunjukkan oleh Allah.
Implikasi metode
dakwah
Sebagai diketahui
aktivitas dakwah pada awalnya adalah hanyalah merupakan tugas sederhana yakni
kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima dari Rasululah SAW,, walupun
satu ayat. Inilah yang membuat kagiatan atau aktifitas dakwah boleh dan harus
dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan
nilai-nilai islam. Itu sebabnya aktifitas dakwah memang harus berangkat dari
kesadaran pribadi yang dilakukan dakwah tersebut. Dakwah haruslah dikemas
dengan cara dan metode yang tepat dan pas
dakwah harus tampil aktual: kekinian dan hangat di tengah masyarakat,
faktual dalam arti konkret dan nyata serta kontektual: dalam arti relevan dan
menyangkut problem yang sedang di hadapi oleh masyarakat. Metode dakwah harus
terdapat :
Metode dalam
penyampaian dakwah harus terdapat Al.Qur’an,sunnah Rasul.sejarah pra
sahabat dan fuqaha,pengalaman
Dalam metode
penyampaian terseut yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW
Aapek Tarbawi
a.
Dakwah adalah suci
yang di bebankan kepada setiap muslim di mana saja ia berada,karena kegiatan
ini merupakn aktifitas yang tak pernah usai selama kehidupan dunia masih
berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi
b.
Maju mundur umat islam sangat bergantungan dan berkaitan
erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukan.
c.
Dakwah haruslah di kemas dengan baik cara dan metode yang tepat dan pas yaitu
dengan ditampilkan secara aktual,faktual,serta kontektual dan metode yang di
peoleh yang terdapat dar i Al-Qur’an,sunnah rasul,sejarah hidup pra sahabat dalam
fuqah,pengelaman. I
d.
Kewajiban kita adalah menggunakan kita dengan penggunaan metode yang baik di dalam
berdakwah dan berdebat apapun pemberian petunjuk dan penyesatan serta
pembalasan atas keduanya di serahkan ke pada Allah semata
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dakwah adalah mengajak manusia untu mengajarkan kebaikan
dan mengikuti petunjuk,menyuruh,dan mereka berbuat baikdan melarang mereka dari
perbuatan jlek agar mereka mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat
Bentu metode dakwah yang tertuang dalam QS.An-Nahl ayat
125 ada tiga :al-hikmah,(akal budi mulia),al-Mud’izah hasanah (bimbingan atau
pelajarn yang mengandung kebaikan ),dan Al-Mujadalah Billati Hiyah Ahsan
(membantah pendapat lawan dengan cara baik). Kegiatan dakwah boleh dan harus
dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan
nila-nilai islam sebab aktifitas dakwah harus berangkat dari kesadaran pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalli,Imam jalaluddin dan imam jalaluddin as-suyuti.1990. Terjemahan
Tafsir Jalalain berikut asbabun nuzul.Bandung: Sinar BarProf.Dr.Hamka,Tafsir
Al-Azhar XIII-XIV,(Jakarta:PT Pustaka Panjimas,1987),
H.Salim Bahreisy,Tafsir Ibnu
Katsir jilid IV(Surabaya:PT .Bina Ilmu ,1988)
M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah jilid 7(Jakarta:PT.Lentera hati,2002)
BIODATA
Nama Lengkap : Rizky Triana Putri
Tempat Tanggal Lahir : Batang,9 Juni 1997
Alamat : Dukuh Rajawali
Rt/Rw 3/2,Ds Beji,kec Tulis Kab Batang
Riwayat Pendidikan :
Tk sokasari Beji
SD 01 Beji
MTS N subah
MAN 3 Pekalongan
IAIN Pekalongan
COVER REVERENSI
Al-Mahalli,Imam jalaluddin dan imam jalaluddin as-suyuti.1990. Terjemahan
Tafsir Jalalain berikut asbabun nuzul.Bandung: Sinar BarProf.Dr.Hamka,Tafsir
Al-Azhar XIII-XIV,(Jakarta:PT Pustaka Panjimas,1987),
H.Salim Bahreisy,Tafsir Ibnu
Katsir jilid IV(Surabaya:PT .Bina Ilmu ,1988)
M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah jilid 7(Jakarta:PT.Lentera hati,2002)
[1] Prof.Dr.Hamka,Tafsir Al-Azhar
XIII-XIV,(Jakarta:PT Pustaka Panjimas,1987),halm 321-322
H.Salim
Bahreisy,Tafsir Ibnu Katsir jilid IV(Surabaya:PT .Bina Ilmu ,1988),halm
161-611-612
M.Quraish
Shihab,Tafsir Al-Mishbah jilid 7(Jakarta:PT.Lentera hati,2002)halm 377-378)
[2] Prof.Dr.Hamka,Tafsir Al-Azhar
XIII-XIV,(Jakarta:PT Pustaka Panjimas,1987),halm 321-322
H.Salim
Bahreisy,Tafsir Ibnu Katsir jilid IV(Surabaya:PT .Bina Ilmu ,1988),halm
161-611-612
M.Quraish
Shihab,Tafsir Al-Mishbah jilid 7(Jakarta:PT.Lentera hati,2002)halm 377-378)
[2]
Prof.Dr.Hamka,Tafsir Al-Azhar
XIII-XIV,(Jakarta:PT Pustaka Panjimas,1987),halm 321-322
H.Salim
Bahreisy,Tafsir Ibnu Katsir jilid IV(Surabaya:PT .Bina Ilmu ,1988),halm
161-611-612
M.Quraish
Shihab,Tafsir Al-Mishbah jilid 7(Jakarta:PT.Lentera hati,2002)halm 377-378)
H.Salim
Bahreisy,Tafsir Ibnu Katsir jilid IV(Surabaya:PT .Bina Ilmu ,1988),halm
161-611-612
M.Quraish
Shihab,Tafsir Al-Mishbah jilid 7(Jakarta:PT.Lentera hati,2002)halm 377-378)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar