VARIASI MENGAJAR
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah : Strategi
Belajar Mengajar
Dosen Pengampu :
Ghufron Dimyati, M.Ag.
Oleh:
1. Imam Dzikri (2021
111 227)
2. Nurul Hidayah (2021
111 269)
3.
Soni
Marta Haesi (2021 111 356)
Kelas F
TARBIAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Pada
umumnya, setiap orang tidak menginginkan kebosanan dalam hidupnaya. Sesuatu
yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Orang akan merasa
jenuh dan tidak lagi bersemangat untuk melakukan sesuatu yang selalu monoton tidak pernah berubah. Jika seseorang
sudah kehilangan semangatnya, maka idak menutup kemungkinan orang tersebut akan
gagal dalam berbagai hal.
Demikian
juga dalam proses belajar mengajar yang tidak menggunakan variasi (monoton),
maka akan membosankan, siswa tidak bersemangat dan akibatnya tujuan belajar
tidak tercapai denagn maksimal. Dalam hal ini guru memerlukan adanya suatu
variasi dalam mengajar, guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam variasi
mengajar, baik dari gaya belajarnya, media, metode, dan bahan ajarnya maupun
dalam interaksinya dengan siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN VARISI MENGAJAR
Kemampuan mengajar adalah kemampuan essensial yang harus
dimiliki oleh guru, tidak lain karena tugas guru yang paling utama adalah
mengajar. Yang dihadapi oleh guru adalah para siswa yang dinamis, baik sebagai
akibat dari dinamika internal yang berasal dari diri siswa maupun sebagai
akibat dari dinamika lingkungan yang sedikit banyak berpengaruh terhadap siswa.
Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru haruslah dinamis juga, sebagai akibat
dari tuntutan-tuntutan dinamika siswa yang tak terelakkan.
Variasi dapat
diartikan selang-seling atau bermacam-macam. Menurut User Usman, variasi adalah
suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang
ditujuakn untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar
mengajar, murid senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasime, serta penuh
partisipasi.[1]
B.
TUJUAN
VARIASI MENGAJAR
Penggunaan variasi terutama di tujukan terhadap
perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi
dimaksud adalah :
1.
Meningkatkan
dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevasi Proses Belajar Mengajar
Dalam proses
belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang di berikan
sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau
kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa
tidak mengerti akan bahan yang di berikan guru.
Dalam jumlah
siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar
perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor
memang mempengaruhinya. Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai
sasaran, situasi di luar kelas yang di rasakan siswa lebih menrik daripada
materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi
pelajaran yang di berikan guru.
Fokus
permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar,karena
dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang Guru
jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan
terhadap materi yang diberikan dalam suatau pertemuan kelas. Indikator
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan didalam
diri siswa.Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam
konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Karena itu,
Guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya,apakah sudah dapat meningkatkan
dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2.
Memberikan
Kesempatan Kemungkinan Berfungsinya Motivasi
Motivasi
memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar
dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa
motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu,
Guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap
tergejolak didalam diri setiap siswa selama pelajaran berlangsung.[2]
Dalam proses
belajar mengajar dikelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama
terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi jadi seorang siswa
menyenanginya,tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak
menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi Guru dalam setiap kali mengadakan
pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin
memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi
pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa
yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,bukanlah masalah bagi
Guru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi,yaitu motivasi
instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri
memperhatikan penjelasan Guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan Guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat,motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan Guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat,motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
3.
Membentuk
Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah
Adalah suatu
kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang
kurang senang terhadap seorang Guru. Sikap negatif ini tidak hanya terjadi pada
siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh
Guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan
lewat sikap dan perbuatan ketika Guru tersebut sedang memberikan materi
pelajaran di kelas.
Kurang
senangnya seorang siswa terhadap Guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar Guru
yang kurang bervariasi. Gaya mengajar Guru tidak sejalan dengan gaya belajar
siswa. Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya
menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar
dikelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode lain. Misalnya metode
diskusi, resitasi, Tanya jawab, problem solving atau cerita.
Ketika
mengajar, guru selalu duduk dengan santainya di kursi, tak peduli bagaimana
tingkah laku dan perbuatan anak didik, adalah jalan pengajaran yang cepat
membosankan. Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas. Kegaduhan biasanya
sering terjadi pada sudut- sudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang
menguntungkan bagi kedua belah pihak,yaitu guru dan siswa. Guru gagal
menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreativitas dan kegairahan
belajar siswa.
Guru yang bijaksana adalah guru yang yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari disekolah tidak jarang dipertanyakan. siswa merasa rindu untuk selalu dekat disisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannnya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Disela- sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
Guru yang bijaksana adalah guru yang yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari disekolah tidak jarang dipertanyakan. siswa merasa rindu untuk selalu dekat disisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannnya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Disela- sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
4.
Memberi
Kemungkinan Pilihan dan Fasilitas Belajar Individual
Sebagai
seseorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung
tugasnya dalam mengajar.
Penguasaan metode mengajar yang di tuntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Karena diakui, penguasaan metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih memungkinkan guru untuk melakukan pemilihn metode, mana yang akan dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar di kelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (metode, media dan pembelajaran) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar. Tetapi sebaliknya, maka sulitlah bagi guru mengembangkan variasi mengajar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna sebagai alat Bantu pengajaran. Fungsinya sebagai alat peraga. Sebagai sumber belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak pernah guru lupakan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus dilakukan . sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternative yang tersedia untuk melakukan pemilihan. Misalnya, kurangnya buku yang tesedia untuk suatu bidang studi menyebabkan metode mencatat lebih dominant dan sulit bagi guru untuk melakukan pendekatan individual. Kurangnya fasilitas untuk bidang studi IPA (biologi, kimia, atau fisika) menyebabkan kurangnya keampuhan metede demonstrasi atau metode eksperimen. Maka alternatif yang sangat terpaksa guru melakukuan adalah memilih metode ceramah dan meted tanya jawab atau metode ala kadarnya, ketimbang tidak ada kegiatan sama sekali.
Penguasaan metode mengajar yang di tuntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Karena diakui, penguasaan metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih memungkinkan guru untuk melakukan pemilihn metode, mana yang akan dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar di kelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (metode, media dan pembelajaran) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar. Tetapi sebaliknya, maka sulitlah bagi guru mengembangkan variasi mengajar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna sebagai alat Bantu pengajaran. Fungsinya sebagai alat peraga. Sebagai sumber belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak pernah guru lupakan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus dilakukan . sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternative yang tersedia untuk melakukan pemilihan. Misalnya, kurangnya buku yang tesedia untuk suatu bidang studi menyebabkan metode mencatat lebih dominant dan sulit bagi guru untuk melakukan pendekatan individual. Kurangnya fasilitas untuk bidang studi IPA (biologi, kimia, atau fisika) menyebabkan kurangnya keampuhan metede demonstrasi atau metode eksperimen. Maka alternatif yang sangat terpaksa guru melakukuan adalah memilih metode ceramah dan meted tanya jawab atau metode ala kadarnya, ketimbang tidak ada kegiatan sama sekali.
5.
Mendorong
Anak Didik untuk Belajar
Menyediakan
lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak
didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang
disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah
lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya
kegiatan belajar mengajar. Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi
anak didik adalah motivasi instrinsif yang lahir dari kesadaran akan pentingnya
ilmu pengetahuan. Namun sayangnya jarang ditemukan bahwa semua anak didik
mempunyai motivasi instrinsik yang sama. Artinya, setiap anak yang hadir
didalam kelas selalu membawa motivasi yang berbeda. Perbedaan motivasi itu
terlihat dari sikap dan perbuatan mereka ketika menerima materi pelajaran dari
guru. Pada satu sisi ada anak didik yang senang menerima materi pelajaran
tertentu,tetapi dilain pihak ada juga anak didik yang kurang senang menerima
materi pelajaran tertentu. Gejalanya terlihat ada anak didik yang malas
mencatat, malas memperhatikan penjelasan guru, dan sebagainya.
Gejala adanya
anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak harus terjadi,
karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disini lah diperlukan
peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu
mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini cara
yang akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan variasi mengajar, baik
dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media dan bahan pengajaran, maupun dalam
interaksi guru dengan anak didik. Ketiga komponen variasi mengajar sebagaimana
disebutkan diatas tentu saja menyeret kegiatan belajar anak didik kedalam
berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif anak didik agar
bergairah dalam belajar.
C.
PRINSIP-PRINSIP VARIASI MENGAJAR
Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan siswa adalah yang
menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah
untuk suatu upaya bagaimana lingkungan yang tercipta itu menyenangkan hati
semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa.
Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar adalah sebagai berikut:
1.
Dalam penggunaan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi
digunakan.
2.
menggunakan cariasi secara lancar dan berkesinambungan sehingga
terbentuk proses belajar mengajar yang utuh dan tidak rusak, perhatian anak dan
proses belajar tidak terganggu.
3.
Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan
direncanakan oleh guru, karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan
sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.[3]
D.
MANFAAT VARIASI MENGAJAR
1.
Meningkatkan, menimbulkan dan memelihara perhatian siswa terhadap
aspek-aspek belajar yang relevan.
2.
Memberi kesempatan untuk
meningkatkan dan berkembangnya bakat ingin tahu dan berfungsinya motivasi
belajar.
3.
Memupuk dan memberikan sikap positif terhadap guru dan sekolah
dengan berbagai gaya belajar yang lebih hidup.
4.
Memberi pelayanan yang baik kepada siswa secara individual dalam
menerima pelajaran agar mudah dan senang belajar.
E.
ASPEK-ASPEK VARIASI MENGAJAR
1.
Variasi Gaya Mengajar
Variasi ini
pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota badan, dan
variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut
dilihat sebagai salah satu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya
memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam prose
belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru
dan anak didik, menarik perhatian anak didik, menolong penerimaan bahan
pelajaran, dan member stimulasi. Variasi dalam gaya mengajar ini adalah sebagai
berikut.
a.
Variasi
suara
Suara guru
dapat bervariasi dalam interaksi, nada, volume, dan kecepatan. Gru dapat
mendramatiasi suatu peristiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting,
berbicara secara pelan dengan seorang anak didik, atau berbicara secara tajam
dengan anak didik yang kurang perhatian, dan seterusnya.[4]
b.
Penekanan
(focusing)
Untuk
memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci,
guru data menggunakan “penekanan secara verbal” misalnya, “perhatikan
baik-baik. Nah ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar,dengarkan
baik-baik!” Penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan
anggota badan yng dpat menunjuk dengan jari atau member tanda pada papan tulis.
c.
Pemberian
waktu
Untuk
menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara
menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir
bagian pelajaran ke bagian berikutnya. Dalam keterampilan bertanya, pemberian
waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk
mengubahnya menjadi pertannyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan
memungkinkan. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi
jawabannya agar menjadi lengkap.
d.
Kontak
pandang
Bila guru
berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan
pandangannya ke seluruh kelas, menatap setiap anak didik untuk dapat membentuk
hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.Guru dapat membntu
anak didik dengan menggunakan matanya manyampaikan informasi, dan dengan
pandangannya dapat menarik perhatian anak didik.
e.
Gerakan
anggota badan (gesturing)
Variasi
dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam
komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong
dalam menyampaikan arti pembicaraan.[5]
f.
Pindah
posisi guru
Perpindahan
posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak
didik, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan posisi dapat di lakukan
dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara anak
didik dari belakang ke samping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi
berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan
posisiialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar mandir. Guru yang
kaku adalah tidak menarik dan menjemukan, dan bila variasi dilakukan secara
berlebihan adalah mengganggu.
2.
Variasi Media, Metode, dan Bahan Ajar
Setiap siswa
mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun
penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau
senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan
sebaliknya. Dengan variasi menggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap
siswa misalnya, guru dapat memulai dengan berbiara terlebih dahulu kemudian
menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan
variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadapa indra siswa.
3.
Variasi guru dengan murid
Roestiah mengatakan bahwa “interaksi yaitu proses dua arah yang
mengandung tindakan atau perbuatan komunikator maupun komunikan“. Berarti
interaksi dapat terjadi antara pihak jika pihak yang terlibat saling memberikan
aksi dan reaksi.
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan
pengetahuan kepada anak didik. Sementara anak didik adalah setiap orang yang
menerima pengeruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Adapun
pola-pola interaksi guru-murid menurut Usman, ada lima jenis:
a.
Pola guru - anak didik
b.
Pola guru - anak didik guru
c.
Pola guru – anak didik – anak didik
d.
Pola guru –anak didik, anak didik – guru, anak didik – anak didik
e.
Pola melingkar[6]
F.
VARIASI MENGAJAR PADA MODEL-MODEL BELAJAR
1.
Visual
Penggunaan
media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat dan bahan ajaran khusus
untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film,
film strip. televisi, radio, recorder, gambar grafik, model, demonstrasi, dan
lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut
memiliki keuntungan:
a. Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi
respon yang kurang bermanfaat.
b. Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat
yang tinggi.
c. Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong
kegiatan mandiri anak ddik.
d. Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti
halnya dalam film.
e. Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat
lain
f. Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi
belajar.
2.
Auditorial
Pada umumnya
dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah alat utama dalam
komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media dengan memerlukan sekali saling
bergantian atau berkombinasi dengan media pandang dengan media taktil. Sudah
barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya
ialah pembicaraan siswa, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama,
wawancara, bahkan rekaman suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat
memiliki relevansi dengan pelajaran.
3.
Kinestetik
Komponen
terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar adalah penggunaan media
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda
atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan
penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai media
taktil.
BAB III
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks
proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan
siswa sehingga, dalam situasi belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
Keterampilan mengadakan variasi
dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya
mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi
dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Adapun prinsip-prinsip dari
penggunaan variasi mengajar sebagai berikut:
Dalam menggunakan keterampilan
variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi
penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan
belajar.
Menggunakan
variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses belajar
mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal. 2009. Strategi Belajar
Mengajar Buku 2. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
[1] Zainal Arifin, Strategi Belajar Mengajar Buku 2 (Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press, 2009), hal, 48.
[2] Ibid, hal 48-50
[3] Ibid, hal. 53
[4] Ibid, hal. 70-71
[5] Ibid, 75-77.
[6] Ibid, hal 86-92.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar