MAKALAH
VARIASI MENGAJAR
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Strategi Belajar
Mengajar
Dosen Pengampu: Ghufron Dimyati, M.S.I
Oleh:
Devita Anggraeni 2021 111 358
Anita Kumala 2021
111 364
Muhammad Fahminnafi 2021 111 365
Kelas H
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pada
dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu
yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang
sama terus menerus akan menimbulkan kebosanan, melihat film yang sama dua kali
saja orang sering tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila
hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Makan makanan
yang bervariasi (bermacam-macam) akan merangsang untuk makan. Rekreasi pada
dasarnya juga akan mengurangi kebosanan. Demikian juga dalam proses belajar
mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi,
maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk dan akibatnya
tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi
dalam mengajar siswa.
Ketrampilan
mengadakan variasi dalam proses mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru
dan siswa.
Dalam
proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak
atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan
siswa tidak mengerti akan bahan yang diberikan guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Variasi Mengajar
Menurut kamus
ilmiah populer, variasi adalah selingan, selang-seling, atau pergantian. Udin
S. Winataputra (2004) mengartikan variasi sebagai keanekaan yang membuat
sesuatu tidak monoton. Variasi dapat diartikan selang seling atau
bermacam-macam. Menurut Uzer Usman, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam
konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.
Variasi
mengajar adalah mengajar yang tidak monoton bisa dari gaya mengajar, metode,
media, materi dan juga interaksinya.
Adapun fungsi dari variasi mengajar antara lain:
1.
Sebagai
penarik perhatian siswa
2.
Sebagai
motivasi ekstrinsik siswa dalam belajar.[1]
B.
Tujuan
Variasi Mengajar
Penggunaan
variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar
siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajar antara lain:
a.
Meningkatkan
dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.
Dalam jumlah
siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar
perhatian siswa tetap pada materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhinya. Misalnya
faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar
mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi
pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
yang dicapai. Perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam
konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
b.
Memberikan
kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
Dalam proses
belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama
terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa
menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak
menyenanginya.
Bagi siswa yang
selalu memperhatikan materi pelajaran bukan masalah bagi guru. Karena dalam
diri siswa tersebut sudah ada motivasi yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang
demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru.
Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar
memecahkan perhatiannya.
Lain halnya
bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik
yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini peranan
guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai
alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang
menentukan arah perbuatan dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
c.
Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah
Hal ini adalah
suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa yang kurang
senang terhadap seorang guru. Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa
jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Gaya mengajar guru
tidak sejalan dengan gaya mengajar siswa. Misalnya, hanya menggunakan metode
ceramah setiap kali pertemuan, tidak menggunakan metode yang lain.
Guru yang
bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati
siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Di
sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif,
jauh dari sikap permusuhan.[2]
d.
Memberikan
kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
Sebagai seorang
guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya
dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar, menggunakan media dan penguasaan
terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar di kelas memudahkan seorang
melakukan pengembangan variasi mengajar. Tetapi jika sebaliknya, maka sulitlah
bagi guru mengembangkan variasi mengajar untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif.
Fasilitas
merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di sekolah. Fungsinya berguna
sebagai alat bantu pengajaran dan alat peraga. Lengkap tidaknya fasilitas
belajar mempengaruhi pemilihan metode yang harus guru lakukan.
e.
Mendorong
anak didik untuk belajar
Menyediakan
lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak
didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang
disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah
lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga
berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan komponen variasi mengajar dapat
menyeret kegiatan belajar anak didik ke dalam berbagai pengalaman yang menarik
pada berbagai tingkat kognitif. Anak didik bergairah belajar.[3]
C.
Prinsip-Prinsip
Variasi Mengajar
Agar kegiatan
pembelajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja
diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu
adalah dengan memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar.
Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah sebagai berikut:
1.
Dalam
menggunakan ketrampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain
juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap variasi. Semua itu untuk
mencapai tujuan belajar.
2.
Menggunakan
variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak merusak perhatian
siswa dan proses belajar tidak terganggu.
3.
Penggunaan
komponen variasi harus terstruktur dan direncanakan oleh guru.
D.
Manfaat
Variasi Mengajar
Manfaat dari
variasi mengajar menurut JJ. Hasubuan antara lain:
1)
Memelihara
dan meningkatkan aspek belajar siswa.
2)
Meningkatkan
kemungkinan berfungsinya motivasi ingin tahu.
3)
Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah.
4)
Kemungkinan
dilayaninya siswa secara individual.
5)
Mendorong
aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan.[4]
E.
Komponen-Komponen
Variasi Mengajar
Komponen
variasi mengajar ini meliputi:
1.
Variasi
Gaya Mengajar
Guru sebagai
manusia pun mempunyai gaya yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya pada saat
mengajar di kelas, walaupun mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyampaikan
pengetahuan, membentuk sikap anak dan menjadikan siswa terampil dalam berkarya.[5]
Variasi gaya
mengajar ini pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota
badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas.
a.
Variasi
Suara
Penggunaan variasi suara yaitu perubahan suara keras menjadi
lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lembut dan pelan pada
suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
b.
Penekanan
(focusing)
Untuk memfokuskan perhatian
siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan
penekanan verbal, misalnya dengan perkataan, “Perhatikan ini baik-baik”.
c.
Pemberian
Waktu (Pausing)
Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah
yang bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi menjadi tanpa kegiatan
atau diam. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi
jawaban agar menjadi benar.
d.
Kontak
Pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya
mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas dan melihat ke semua murid untuk
menunjukkan adanya hubungan yang baik dengan mereka.
e.
Gerakan
Anggota Badan (Gesturing)
Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian
yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi
menolong dalam menyyampaikan arti pembicaraan.
f.
Pergantian
Posisi Guru dan Gerak Guru di Dalam Kelas
Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk
mempertahankan perhatian siswa. Yang terpenting dalam perubahan posisi ialah
harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir.[6]
2.
Variasi
Media dan Bahan Ajaran
Ada tiga
komponen dalam variasi penggunaan media yaitu:
a.
Variasi
media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat
dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta,
film, TV, radio, gambar grafik, model, demonstrasi dan lain-lain.
Penggunaan yang
lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan antara lain:[7]
1)
Membantu
secara konkret konsep berpikir dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
2)
Menarik
perhatian anak didik.
3)
Membuat
hasil belajar lebih permanen.
4)
Menyajikan
pengalamn riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik.
5)
Mengembangkan
cara berpikir berkesinambungan, seperti halnya film.
6)
Memberi
pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat yang lain.
7)
Menambah
frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
b.
Variasi
media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar di kelas, suara guru adalah alat
utama dalam komunikasi. Ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai,
diantaranya yaitu pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman
musik, rekaman drama, wawancara dan lain-lain.
c.
Variasi
media taktil
Media taktil adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran.
Misalnya dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa zaman majapahit,
dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah, sedangkan untuk
bidang studi ekonomi dapat mengumpulkan berbagai jenis mata uang logam.[8]
Sedangkan
variasi bahan ajar yaitu bahwa guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya
mengajarkan materi-materi pokok saja, tetapi juga harus diselingi
(divariasikan) dengan materi-materi penunjang. Materi penunjang yang dimaksud
yakni seperti contoh-contoh verbal, cerita atau anekdot, dan sebagainya.[9]
3.
Variasi
Interaksi Guru dengan Murid
a)
Pengertian
Roestiah (1994)
mengemukakan bahwa “interaksi” adalah proses dua arah yang mengandung tindakan
atau perbuatan komunikator maupun komunikan. Adapun interaksi antara guru dan
murid yang dimaksudkan dalam proses pembelajaran adalah interaksi yang bersifat
positif dan edukatif, sehingga dengan demikian memcu motivasi siswauntuk
belajar yang pada akhirnya akan terjadi perubahan perilaku siswa secara
menyeluruh baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Variasi dalam
pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki rentangan yang
bergerak dari dua kutub, yaitu:
1)
Anak
didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur dari guru.
2)
Anak
didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru
berbicara kepada anak didik.
b)
Ciri-ciri
Interaksi
1)
Interaksi
belajar mengajar memiliki tujuan.
2)
Ada
suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan.
3)
Interaksi
belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
4)
Ditandai
dengan adanya aktivitas siswa.
5)
Guru
berperan sebagai pembimbing.
6)
Membutuhkan
kedisiplinan.
7)
Ada
batas waktu.[10]
F.
Variasi
Mengajar pada Model-Model Belajar
Dalam
melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami
gaya atau model-model belajar belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat
dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar tersebut, yaitu:
1.
Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan menggunakan
gambar keseluruhan (melakulakan tinjauan umum), yakni dengan membaca bahan
pelajaran secara sekilas.
Ciri-ciri pelajar visual:
a.
Teratur,
memperhatikan segala sesuatu.
b.
Mengingat
dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memori.
Dari
ciri di atas, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyajikan bahan
pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar, warna, untuk menumbuhkan minat
belajar siswa dan meningkatkan memori siswa terhadap bahan tersebut.
2.
Auditorial
Bagi pelajar
auditorial, belajar yang efektif adalah dengan mendengar. Adapun ciri-ciri
siswa auditorial adalah:
a.
Perhatianya
mudah terpecah.
b.
Berbicara
dengan pola berirama.
c.
Belajar
dengan cara mendengar.
d.
Berdialog
secara internal dan eksternal
Untuk itu guru
di saat menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian
dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar.
3.
Kinestetik
Bagi
pelajar kinestetik, belajar yang efektif adalah dengan melibatkan diri langsung
dengan aktivitasnya, jadi mereka cenderung pada eksperimen (gerak).Ciri-ciri
siswa kinestetik:
a.
Belajar
dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca.
b.
Mengingat
sambil melihat langsung
Guru dianjurkan
melibatkan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, menggunakan metode
eksperimen, bahasa tubuh guru bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan
mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tersebut.[11]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
proses pembelajaran perlu adanya suatu variasi dalam pnyampain materi. Karena
dengan adanya variasi, suatu proses pembelajaran tidak menjadi monoton yang
bisa mengakibatkan siswa bosan dengan proses penyampaian materi yang
begitu-begitu saja. Dengan adanya variasi mengajar juga diharapkan tujuan
pembelajaran akan tercapai. Di sini seorang guru dituntut harus lebih kreatif
lagi dalam menciptakan suasana pembelajaran agar menjadi kondusif.
Dipertegas
kembali bahwa variasi mengajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Komponen-komponen variasi mengajar seperti variasi gayya mengajar, variasi
media dan bahan ajaran, dan variasi interaksi mutlak dikuasai oleh guru guna
menggairahkan belajar anak didik dalam waktu yang relatif lama dalam suatu
pertemuan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zaini. 2010. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Mustakim, Zaenal. 2011. Strategi & Metode Pembelajaran. Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press.
[1] Zaenal Mustakim, Strategi & Metode Pembelajaran, (Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 220.
[2] Ibid., hlm. 220-222.
[3] Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm. 164-165.
[4] Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 225-226.
[5] Ibid., hlm. 228.
[6] Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, op. cit., hlm. 167-169.
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi
Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 128.
[8] Ibid., hlm. 129.
[9] Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 247.
[10] Ibid., hlm. 253-257.
[11] Ibid., hlm. 265-266.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar