TAFSIR TARBAWI
Adab Masuk Rumah
“Niat Baik-Baik
Dapatkan Doa dan Ampunan”
(Q.S Nuh Ayat : 28)
Muhamad Sidiq Al – Amin
(2021114157)
Kelas
: H
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam
semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa di limpahkan oleh Allah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para keluarga dan sahabatnya. Dengan rasa
syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah SWT atas karunia dan nikmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Adab Masuk
Rumah“ “Niat-Niat Baik Dapatkan Doa dan Ampunan “ ini yang sekarang
ada di hadapan para pembaca yang budiman.
Penulis telah berupaya menyajikan laporan ini dengan
sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif. Di samping itu,apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan,baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya.
Semoga makalah yang sederhana ini menambah
khasanah keilmuan dan dengan ini saya mempersembahkan dengan penuh rasa terima
kasih, semoga allah SWT memberkahi
sehingga dapat memberikan manfaat. Amin ya robbal ‘alamin.
Pekalongan, 18 Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran akhlak adalah salah satu
hal yang harus diterapkan secara fundamental terutama bagi dunia pendidikan.
Salah satu cerminan akhlak tersebut bisa kita contoh dari kisah nabi Nuh AS.
Kisah mengenai Nabi Nuh yang sudah berdakwah kurang lebih lima abad tetapi beliau
hanya mendapatkan sebagian penduduk yang menerima dakwah beliau. Banyak orang
yang menentang ajaran dakwah Nabi Nuh tetapi beliau selalu bersabar dalam
menghadapinya, orang-orang yang menentang dakwah beliau adalah orang yang zalim
bahkan mereka menganggap Nabi Nuh itu gila, di tuduh telah dirasuki oleh syetan
dan lain-lain. Karena mereka tidak mau menerima dakwah Nabi Nuh akhirnya beliau
berdoa dan memohon ampun kepada Allah, menyerahkan semuanya kepada yang Maha
Kuasa.
Pada perkembangan zaman yang
semakin pesat dan maju, akhlak manusia pun di yakini semakin merosot bagi orang-orang yang
menikmati perkembangan itu maka dari itu peran orang tua disini sangat penting
dalam mendidik anaknya agar si anak dapat menjadi pribadi yang sholeh seperti
yang di alami Nabi Nuh ketika menghadapi orang-orang yang menentang dakwah
beliau tetapi Nabi Nuh dalam berdakwah juga dengan menggunakan cara yang baik
seperti akhlak beliau dalam berdakwah dan selalu berdoa kepada Allah dalam
meyelesaikan permasalahannya. Tanpa di dampingi dengan akhlak yang telah di
ajarkan para Rasul dan Nabi kita. Hal ini terbukti dengan fakta-fakta yang
sering kita dengar melalui televisi, radio, internet, koran, buku, majalah dan
lain-lain bahwasanya banyak tindak kejahatan yang terjadi di sekirat kita,
mulai dari pencurian sampai kepada pemerkosaan. Banyak dari manusia, khususnya
umat muslim di seluruh dunia yang melupakan ajaran rasul dan nabi. Padahal bila
kita telaah ilmu dari masing-masing mereka, tentulah banyak sekali pelajaran hikmah
yang bisa kita ambil.
Inti Hadis :
1. Q.S
Nuh Ayat : 28
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ
وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلاَ
تَزِدِ الظَالِمِيْنَ إِلاَ تَبَارًا (٢۸)
Artinya :
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu
bapaku, orang yang masuk ke dalam rumahku dengan beriman dan semua orang yang
beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang
yang zalim itu selain kebinasaan.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu
kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah
ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa definisi judul tentang niat-niat baik
dapatkan doa dan ampunan ?
2. Apa saja hadis atau ayat yang mendukung ?
3. Bagaimana teori pengembangan Q.S Nuh ayat
: 28 ?
4. Bagaimana aplikasi dalam kehidupan Q.S Nuh
ayat : 28 ?
5. Apa saja nilai-nilai tarbawi Q.S Nuh ayat
: 28 ?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang
dilakukan melalui studi literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan
menggunakan beberapa referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang di
bahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah
yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah
pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban
permasalahan.
D. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian,
meliputi : BAB I, Bagian pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang
masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah dan sistematika penulisan
makalah ; BAB II adalah pembahasan, ; BAB III, bagian penutup yang terdiri dari
simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Q.S
Nuh Ayat : 28
(Niat-niat baik dapatkan doa dan ampunan)
1. Definisi Judul
Sesudah Allah menyebutkan laporan
dan pengaduan Nuh kepada-Nya, Allah menambahkan penenggelaman dan azab yang
menjadi balasan mereka dan mereka pun tidak mendapat orang yang dapat mencegah
keduanya itu dari mereka. Kemudian Allah memberitahukan tentang doa Nuh
terhadap kaumnya dan memberi alasan terhadap doa ini, bahwa mereka telah
menyesatkan manusia dan jika mereka berketurunan maka mereka tidak akan
melahirkan kecuali orang-orang yang kafir dan durhaka. Kemudian Nuh berdoa
untuk dirinya, untuk kedua orang tuanya, dan untuk orang-orang mukmin laki-laki
dan perempuan yang masuk kedalam kapalnya agar mereka diberi ampunan. Sedang
dia mendoakan kaumnya agar celaka dan binasa.[1]
Setelah Nabi Nuh berdoa agar
para pendurhaka dibinasakan Allah demi
keselamatan generasi berikut. Lalu kini beliau berdoa untuk orang-orang yang taat
dan karena konteksnya adalah permohonan ampun, beliau memulai dengan diri
beliau sendiri guna menunjukan bahwa diri beliau pun tidak dapat luput dari
kekurangan. Beliau berdoa menyatakan : Tuhanku! Ampunilah aku, dan kedua
orangtuaku atau kedua anaku yang beriman, serta orang yang masuk ke
rumahku dalam keadaan mukmin karena tiada tamu yang masuk ke rumah kecuali
membawa rezeki dan yang keluar membawa pengampunan bagi tuan rumah. Dan ampuni
juga orang-orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan dan janganlah
Engkau tambahkan buat mereka kecuali kebahagiaan, dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang zalim yang telah mendarah daging kezalimannya
selain kebinasaan.[2]
B Hadis atau Ayat Pendukung
1. Q.S
Hud Ayat : 36
وَاُوْحِيَ إِلَى نُوْحٍ اَنَهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ
قَوْمِكَ إِلاَ مَنْ قَدْ آمَنَ فَلأَ تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ (٣٦)
Artinya:
Dan di wahyukan kapada Nuh, “ Ketahuilah
tidak akan beriman diantara kaummu, kecuali orang-orang yang benar beriman
(saja). Karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka
perbuat.”
2. Penjelasan Ayat :
Tegasnya tidak akan ada tambahan
lagi maka itulah yang dimohonkan oleh Nuh kepada Tuhan agar kaumnya yang tidak
akan diharap beriman lagi itu supaya dimusnahkan saja. Karena kalau mereka
diberi juga kesempatan penyakitnya akan mereka pindahkan pula kepada hamba
Allah yang lain-lain, dan kalau mereka beranak, maka kepada anak-anak itu pun
akan mereka pusakakan pula kepercayaan mereka yang kafir itu.
Kedua ialah dari pengalaman sendiri
dalam kehidupan yang begitu lama dia sendiri pun sudah tahu dan sudah mengalami
bahwa orang-orang semacam ini tiada diharap akan sembuh lagi. Obatnya hanya
satu yaitu binasakan mereka agar jangan jadi teladan yang buruk bagi yang lain.
Tentang Nabi Nuh berdoa agar
dirinya diberi ampun oleh Tuhan bukanlah lantaran beliau pernah melakukan dosa
besar. Nabi-nabi yang begitu dekat dirinya kepada Allah, tidaklah pantas mabuk
dengan kebesarannya. Nabi-nabi dan Rasul-rasul selalu tawadhu, merendahkan diri
kepada Tuhan apabila suatu usaha telah berhasil seorang Nabi atau Rasul meminta
ampun kepada Tuhan. Ibrahim memohon ampun untuk dirinya dan untuk ayah-bundanya
sampai dihari kiamat kelak ( Surat 14, Ibrahim ayat 41), Nabi Musa memohon
ampun untuk dirinya dan untuk saudaranya Nabi Harun, padahal si Samiri yang
bersalah mengajak orang menyembah berhala anak sapi. Nabi Suliman didalam
memohon agar diberi suatu kerajaan besar yang tidak akan tercapai oleh orang
lain sesudahnya, terlebih dahulu meminta ampun. Malahan Nabi kita Muhammad SAW
memohon ampun kepada Allah sampai 70 kali sehari. Orang yang berjiwa kotor
ialah orang yang enggan meminta ampun.
Tentang beliau mendoakan dan
mengutamakan orang yang masuk kedalam rumah beliau dalam keadaan beriman ada
juga yang selisih tafsiran. Karena ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan “ rumahku” ialah mesjidku. Ada yang mengatakan maksud rumahku ialah
bahtera yang belayar dengan perahuku. Hal itu tidak berlawanan karena yang akan
masuk kedalam bahteranya niscayalah orang-orang yang telah biasa juga datang
kerumahnya menyatakan iman. Kalau tidak, tidaklah mereka akan beliau bawa masuk
bahtera. Adapun doa beliau untuk seluruh orang yang berimn, laki-laki dan
perempuan memang meratalah itu buat seluruh orang yang beriman kepada Tuhan di
setiap masa, baik yang sebelum beliau atau yang sesudahnya kelak.
Kemudian itu setelah beliau di
penutup doanya memohon agar kaum yang zalim tidak mau menerima kebenaran itu
agar diturunkan kebinasaan saja, tambah lama tambah binasa. Timbul pula
pertanyaan orang. “ Bagaimana dengan anak-anak kecil dibawah umur? ”
Karena tentu banyak anak kecil
yang turut binasa turut tenggelam. Bagaiman dengan anak yang belum dewasa itu?
Belum mukallaf ?
Ada ahli tafsir membuat jalan
keluar dengan mengatakan bahwa sejak 40 tahun sebelum tautan dan air bah besar
itu, perempuan-perempuan telah dimandulkan sehingga tidak ada yang beranak
lagi. Sehingga seketika ditenggelamkan tidak seorang pun terdapat anak kecil.
Tetapi tafsir ini berlawanan dengan sebuah hadis riwayat Ibnu Abi Hatim dengan
sanadnya dari Ibnu Abas, demikian bunyinya :[3]
لَوْرَحِمَ اللهُ مِنْ قَوْمِ نُوْحِ اَحَدًا لَرَحِمَ
امْرَاَةً لَمَارَاَتِ الْمَاءَ حَمَلَتْ وَلَدَهَا ثُمَ صَعِدَتِ الْجَبَلَ.
فَلَمَا بَلَغَهَا الْمَاءُ صَعِدَتْ بِهِ مَنْكِبَهَا. فَلَمَا بَلَخَ اْلمَاءُ
مَنْكِبَهَا وَضَعَتْ وَلَدَهَاعَلَى رَأسِهَا فَلَمَا بَلَخَ اْلمَاءُ رَأْسَهَا رَفَعَتْ
وَلَدَهَا بِيَدِهَا. فَلَوْرَحِمَ اللهُ مِنْهُمْ أحَدًا لَرَحِمَ هَدِهِ اْلْمَرَأَةَ
(رواه ابي هاتم عن ابي
عباس. حديث غريب ورحال ثقا ت)
Artinya:
“ Kalau ada kaum Nuh itu yang dikasihini
Allah niscaya diksihaninyalah seorang perempuan yang seketika dilihatnya air
telah naik segera digendongnya anaknya, lalu dia naik ke bukit. Setelah air
sampai ke bukit dinaikannya anaknya ke
atas pundaknya. Setelah air sampai kepundaknya, dijunjungnya anaknya ke atas
kepalanya. Setelah air sampai ke kepalanya, diangkatnya anaknya tinggi-tinggi.
Kalau Tuhan hendak kasihan, niscaya diselamatkanNya perempuan itu.“
Namun perempuan itu tidak juga
selamat. Maka yang lebih tepat adalah
penafsiran dari al Hasan al-Bishri. Beliau mengatakan : “ Tuhan lebih
tahu bahwa anak-anak tidaklah bersalah, mereka turut binasa tetapi untuk mereka
tidaklah ada azab dan siksaan.” [4]
C. Teori Pengembangan
1. Q.S Nuh Ayat : 28
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ
وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلاَ
تَزِدِ الظَالِمِيْنَ إِلاَ تَبَارًا (٢۸)
Artinya :
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu
bapaku, orang yang masuk ke dalam rumahku dengan beriman dan semua orang yang
beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi
orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.”
2. Penjelasan
Ayat :
Di akhir pertarungan dakwah yang
melelahkan melawan para pendurhaka penduduk Armenia, Nabi Nuh sadar
sesadar-sadarnya bahwa sebagai nabi dan rasul beliau hanyalah seorang pemberi
ingat. Seorang utusan yang hanya bertugas menyampaikan seruan dan ajakan yang
beliau terima dari Allah, agar manusia kembali ke jalan yang benar. Para nabi
dan rasul tidak punya wewenang untuk memaksa manusia agar meninggalkan
kedurhakaan dan penyembahan terhadap berhala.
Disamping itu, Nabi Nuh juga
memohon kepada Allah agar penduduk Armenia yang mendurhaka dan para pemuka
masyarakatnya yang berbuat kezaliman itu diberi kebinasaan sesuai dengan
kedurhakaan yang mereka perbuat , dan janganlah Engkau tambahkan bagi
orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan. Tidak lebih dan tidak kurang
kebinasaan yang setimpal dengan kedurhakaan dan kezaliman yang mereka lakukan.
Nabi Nuh diutus oleh Allah kepada
penduduk Armenia yang kembali menyembah berhala setelah ditinggalkan oleh Nabi
Idris as. Beliau berdakwah selama lebih kurang lima abad. Selama berdakwah lima
abad itu hanya 80 orang penduduk Armenia yang menerima dakwah beliau, beragam
tantangan dakwah ditemui oleh Nabi Nuh. Mulai dari tuduhan untuk menaikan pamor
dirinya, dituduh telah dirasuki oleh setan, dikatakan mengidap penyakit gila.
Kondisi tersebut diadukan oleh Nabi Nuh kepada Allah dengan menggambarkan
penolakan kaumnya lebih rinci. Yakni mereka menutup telinga dengan memasukan
anak jari mereka ke dalam lobangnya dan juga menutup bajunya kemuka sebagai
tanda mereka tidak suka dan menolak dakwah Nabi Nuh. Mereka serta merta dengan
lantang mengingkari seruan Nabi Nuh tersebut sembari menyombongkan diri
sehingga seruan kebenaran berlalu begitu saja.
Nabi Nuh tidak pernah berputus
asa. Beliau susun berbagai argumen dengan cara membangkitkan motivasi
psikologis. Yakni bahwa Allah itu maha pengampun dan Dia akan menurunkan hujan
yang lebat, akan menganugerahkan kepada mereka harta yang berlimpah, keturunan
yang banyak sehingga setiap keluarga dapat berbangga. Di samping itu Allah juga
akan membuat kebun-kebun mereka berkembang dengan subur dan mendatangkan hasil
yang berlipat ganda.
Di samping motivasi psiilogis,
Nabi Nuh mengemas dakwah beliau dengan berbagai argumentasi kauniyah melalui
pendekatan microcosmos (penciptaan manusia) dan macrocosmos (penciptaan alam
semesta). Semua ajakan, motivasi, dan argumen Nabi Nuh tidak mereka dengarkan.
Kedurhakaan penduduk Armenia semakin menjadi-jadi ajaran Nabi Nuh tentang Allah
Yang Maha Esa dan tidak ada serikat bagi-Nya mereka dustakan dan mereka tolak
mentah-mentah. Karena mereka sudah membuat kesalahan dan kedurhakaan mereka
dijatuhkan sanksi oleh Allah. Sebuah bencana banjir datang, lalu menenggelamkan
penduduk Armenia yang durhaka. Bukan hanya sekedar mendapat sanksi di dunia
tetapi juga kelak di akhirat mereka disiksa dengan azab yakni dimasukan kedalam
neraka.
Ya Allah Ya Ghaffar, Engkau Tuhan
Maha Pengampun segala dosa dan pengabul segala pinta. Izinkan kami kali ini
mempergunakan doa Nabi Nuh yang beliau panjatkan kepadaMu. Kami mohon ampun
kepada-Mu Ya Allah, atas dosa-dosa yang pernah kami perbuat, dosa-dosa kedua
orang tua kami, dosa-dosa dari orang-orang yang mengikuti keyakinan kami, dan
dosa-dosa dan semua orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan dipermukaan bumi ini.[5]
D. Aplikasi Dalam Kehidupan
Allah sudah menegaskan didalam
kitab sucinya bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Siapa yang mau beriman
silahkan beriman dan siapa yang mu tidak beriman silahkan tidak beriman. Allah
hanya memperingatkan manusia dengan peringatan yang lemah lembut, bila manusia
memiih jalan yang benar dan lurus pasti akan memenuhi keselamatan. Sebaliknya
bila menempuh jalan yang sesat dan menyesatkan maka akan mengalami bencana.
Oleh sebab itu diujung pertarungan
ini Nabi Nuh memohon kepada Allah agar dia, orangtuanya, orang-orang yang
mengikuti masuk ke dalam bahtera dan seluruh kaum beriman diampuni oleh Allah. Ya
Tuhnku! Ampunilah Aku ibu bapaku, orang-orang yang masuk ke rumahku dengan
beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Ungkapan ini
adalah isyarat dari kerendahan hati seorang nabi dan rasul di hadapan Allah
Yang Maha Kuasa. Yang dihadapi adalah Allah, Allah lah yang menugaskan Nabi Nuh
untuk menjalankan dakwah tersebut, dan Allah pula yang menentukan keberhasilan
dakwah beliau tersebut. Itu sebabnya Nabi Nuh menyerahkan kembali semua kepada Allah
dengan berdoa.
Walaupun para Nabi dan Rasul itu
dikatakan maksum, terpelihara dari dosa namun mereka tetap memohon ampun kepada
Allah. Itulah yang dilakukan oleh Nabi Nuh memohon ampun kepada Allah Yang Maha
Rahman dan Maha Rahim. Bukan hanya untuk diri sendiri beliau bermohon, tetapi
juga untuk orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan, terhadap orang-orang
mukmin yang mengikuti dakwahnya dan juga orang-orang mukmin seluruhnya.[6]
E. Aspek Tarbawi
Dari penjelasan ayat di atas mengenai Nabi Nuh yang kurang lebih lima abad
beliau berdakwah. Hanya sebagian saja orang yang ikut berdakwah bersama beliau
perjuangan yang sangat keras yang dilakukan Nabi Nuh dalam menghadapi
orang-orang yang menentang ajakan dakwah beliau, maka nilai tarbawi yang bisa
kita ambil sebagai berikut :
1. Orangtua
berpengaruh sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak-anaknya/generasi
muda. Ini dibuktikan oleh Nabi Nuh berdasar pengalaman beliau hidup ditengah
kaumnya sekian lama (sekitar seribu tahun). Ini sejalan juga dengan sabda Nabi
Muhammad SAW, bahwa : Setiap anak
dilahirkan atas fitrah (kesucian), lalu kedua orangtuanyalah yang
meyahudikannya atau menasranikannya.
2. Mendoakan
orang beriman yang masuk kedalam rumah merupakan anjuran agama apalagi
kehadiran mereka dilukiskan sebagai: “ datang membawa rezeki dan keluar membawa
pengampunan dosa tuan rumah.”
3. Harta dan anak
dapat menjadikan seseorang bertambah rugi diakhirat, bila mereka menggunakan
harta itu dalam aneka kedurhakaan. Anak-anak pun demikian mereka yang tidak di
didik dengan baik oleh orangtuanya, bahkan diberi contoh yang buruk akan tumbuh
berkembang dalam kedurhakaan yang menjadikan orangtua memikul juga dosa yang
dilakukan anak-anaknya disamping beban yang mereka pikul sendiri.
4. Doa Nabi Nuh
diatas beliau panjatkan setelah Allah menyampaikan kepadanya tentang
tertutupnya hati orang-orang zalim untuk menerima hidayah bahkan tidak
seorangpun yang akan beriman. Itu sebabnya beliau menyifati mereka dengan zhalimin,
yakni orang-orang yang telah mendarah daging kezaliman dalam kepribadiannya.
5. Dari doa Nabi
Nuh dapat di pahami bahwa perlunya memberi perhatian kepada seluruh anggota
masyarakat. Bahkan hendaknya memperhatikan jauh kedepan melampaui batas
generasinya.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesudah Allah menyebutkan laporan
dan pengaduan Nuh kepada-Nya, Allah menambahkan penenggelaman dan azab yang
menjadi balasan mereka dan mereka pun tidak mendapat orang yang dapat mencegah
keduanya itu dari mereka. Kemudian Allah memberitahukan tentang doa Nuh
terhadap kaumnya dan memberi alasan terhadap doa ini, bahwa mereka telah
menyesatkan manusia dan jika mereka berketurunan maka mereka tidak akan
melahirkan kecuali orang-orang yang kafir dan durhaka. Kemudian Nuh berdoa
untuk dirinya, untuk kedua orang tuanya, dan untuk orang-orang mukmin laki-laki
dan perempuan yang masuk kedalam kapalnya agar mereka diberi ampunan. Sedang
dia mendoakan kaumnya agar celaka dan binasa.
Karena mereka sudah membuat
kesalahan dan kedurhakaan mereka dijatuhkan sanksi oleh Allah. Sebuah bencana
banjir datang, lalu menenggelamkan penduduk Armenia yang durhaka. Bukan hanya
sekedar mendapat sanksi di dunia tetapi juga kelak di akhirat mereka disiksa
dengan azab yakni dimasukan kedalam neraka.
B. Saran
Makalah ini saya buat dengan
semaksimal mungkin sesuai kemampuan saya. Semoga makalah ini biza bermanfaat
bagi para pembaca, menambah wawasan, menambah pengetahuan. Terimakasih dan
selamat membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah- pesan, kesan dan
keserasian Al-Qur’an. Ciputat :
Lentera Hati, 2009.
Hamka. Tafsir Al-Azhar Jakarta : Pustaka Panjimas.1987.
Yusuf, Yunan. Tafsir Khuluqun’ Azim- budi pekerti agung.
Tanggerang : Lentera Hati, 2013.
Mustafa, Ahmad. Tafsir Al-Maragi Semarang : PT. Karya Toha
Putra Semarang, 1989.
Shihab, M. Quraish. Al-Lubab-makna, tujuan dan pelajaran dari
surah-surah Al-Qur’an. Tanggerang : Lentera Hati, 2012.
PROFIL PENULIS
Nama : Muhamad
Sidiq Al - Amin
Tempat, Tanggal Lahir : Pemalang,17
Maret 1995
NIM : 2021114157
Alamat : Jln.
Lombok No : 37 RT : 02 RW : 06
Dusun : Danayasa/ Kaligelang Kecamatan : Taman Kabupaten : Pemalang
Asal Sekolah : SD 02
Kaligelang
MTs
N Pemalang
MAN
Pemalang
Hobi :
Olahraga
Materi Hadis :
Q.S
Nuh Ayat : 28
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ
مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلاَ تَزِدِ الظَالِمِيْنَ إِلاَ
تَبَارًا (٢۸)
Artinya
:
“Ya
Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapaku, orang yang masuk ke dalam rumahku dengan
beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah
Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.”
[1] Ahmad Mustofa,
Tafsir Al-Maragi, (Semarang : PT. Karya Toba Putra Semarang, 1989), hlm.
155.
[2] Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah-pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (
Ciputat : Lentera Hati, 2009), hlm. 361.
[3] Hamka, Tafsir
Al-Azhar, ( Jakarta : Pustaka Panjimas, 1987), hlm. 147.
[5] Yunan Yusuf, Tafsir
Khuluqun A’zhim ( Ciputat : Lentera Hati, 2013), hlm. 354.
[7] Quraish Shihab,
Al-Lubab-makna, tujuan dan pelajaran dari surah-surah Al-Qur’an (Tanggerang : Lentera Hati, 2012),
hlm. 409.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar