TAFSIR TARBAWI
ADAB
MENCARI ILMU
(TAHAP
YAKIN: ILMU, AIN LALU HAQQUL YAKIN)
Qs. At-Takatsur ayat 5-7
Maya Noviana 2021114154
kelas G
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI ( STAIN ) PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah swt, atas segala nikmat dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad saw, keluarga, dan para sahabatnya.
Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti. Amin.
Makalah
ini disusun untuk melengkapi tugas Tafsir Tarbawi II dengan judul “Adab
Mencari Ilmu (Tahap Yakin: Ilmu, Ain lalu Haqqul Yakin)”. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ghufron dimyati M,Si. selaku
Dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II di kelas G.
Makalah
ini menjelaskan mengenai adab mencari ilmu pada tahap yakin: ilmu, ain lalu
haqqul yakin, yang dijelaskan dalam Qs. At-Takatsur ayat 5-7, pada ayat ini
akan dijelaskan mengenai asbabun nuzul, penafsiran ayat serta aspek tarbawi
yang dapat di ambil dari ayat tersebut.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam
pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan
saran dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca dan khususnya bagi
penulis sendiri.
Pekalongan, 16 Maret 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah...................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................. 2
D.
Metode Penulisan................................................................ 2
E.
Sistematika Penulisan.......................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Qs. At-Takatsur Ayat 5-7.................................................. 4
B.
Arti Mufrodat.................................................................... 4
C.
Asbabun Nuzul.................................................................. 5
D.
Penafsiran Ayat.................................................................. 5
E.
Aspek Tarbawi................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan............................................................................ 10
B.
Saran.................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 11
PROFIL PENULIS............................................................................ 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Surat At Takatsur sebagai salah satu surat Makiyyah
dalam Al Qur'an menerangkan tentang peringatan dan ancaman Allah terhadap
orang-orang yang saling bermegah-megahan dalam kehidupannya. Kemudian Allah
menurunkan surat ini berkaitan dengan mereka sebagai petunjuk bagi manusia pada
masa kini. Karena esensi Al Qur'an adalah sebagai hudan li al-Muttaqin, petunjuk bagi umat manusia. Surat At Takatsur
terdiri dari 8 ayat. Isi atau pokok kandungan surat At Takatsur adalah; sifat
manusia yang saling menyombngkan diri dan kelompoknya yang terdapat pada awal
surat ini, dan peringatan Allah atas akan datangnya hari Akhir pada bagian
akhir.
Kehidupan masyarakat Arab pada saat turunnya surat
ini bercorak iklim egoisme primordialistis. Mereka cenderung membanggakan
kesukuan, bahkan bersaing dengan suku lain dan saling menjelek-jelekkan.
Kemudian turunlah Ayat 1-4 yang lantas menunjuk pada persaingan Bani Harts dan
Bani Haritsah. Sedangkan turunnya ayat 5-7 masih berkaitan erat dengan ayat 1-4
sebagai acuan terhadap perbuatan mereka yang saling bermegah-megahan. Selain
itu, masyarakat Arab pada umumnya kurang begitu bersyukur dengan nikmat yang
telah dianugerahkan oleh Allah, sehingga turunlah ayat ke-8.
Surat At Takatsur ayat 5-8 diturunkan berkenaan
dengan orang-orang yang mendustakan hari akhir dan neraka. Berkaitan dengan
surat sebelumnya, yakni Surat al-Qori'ah. Jika pada surat Al Qori'ah memberikan
deskripsi tentang peristiwa pada Hari Kiamat, maka dalam surat At Takatsur ini
menegaskan peringatan dan pertanyaan Allah pada masing-masing individu atas
amal perbuatannya. Ayat 5-8 dari Surat At Takatsur ini masih berkaitan erat
dengan ayat 1-4 yaitu tentang orang-orang yang saling bermegah-megahan dan
bersaing dalam kekayaan dan banyaknya jumlah anggota mereka
B. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana bunyi dan terjemahan Qs.
at-Takasur ayat 5-7 ?
2.
Bagaimana arti mufrodat Qs. at-Takasur
ayat 5-7 ?
3.
Bagaimana asbabun nuzul dari Qs.
at-Takasur ayat 5-7 ?
4.
Bagaimana penafsiran dari Qs. at-Takasur
ayat 5-7 ?
5.
Apa saja aspek tarbawi dari Qs.
at-Takasur ayat 5-7 ?
C. Tujuan
Penulisan
Makalah ini
disusun untuk :
1.
Untuk
mengetahui bunyi dan terjemahan Qs. at-Takasur ayat 5-7.
2.
Untuk
mengetahui arti mufrodat Qs. at-Takasur ayat 5-7.
3.
Untuk
mengetahui asbabun nuzul dari Qs. at-Takasur ayat 5-7.
4.
Untuk mengetahui penafsiran dari Qs.
at-Takasur ayat 5-7.
5.
Untuk mengetahui aspek tarbawi dari Qs.
at-Takasur ayat5-7.
D. Metode Penulisan
Metode
penulisan yang dilakukan melalui studi literature atau metode kajian
Pustaka,yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari atau
referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
E. Sistematika
Penulisan
Makalah ini
ditulis dalam tiga bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, meliputi: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan makalah.
BAB II
Pembahasan, meliputi: Qs. at-Takasur ayat 5-7, arti mufrodat, asbabun nuzul,
penafsiran ayat dan aspek tarbawi.
BAB III Penutup, meliputi: simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
QS.
AT-TAKATSUR AYAT 5-7
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ -٥-
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ -٦-
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
-٧-
Artinya:
- janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
- niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
- dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1]
B.
ARTI MUFRODAT
كَلاَّ :
janganlah begitu
لَوْ :
jika
تَعْلَمُو
نَ : kamu akan mengetahui
عِلْمَ : dengan pengetahuan
الْيَقِينِ : yang yakin
لَتَرَوُنَّ : benar-benar melihat
الْجَحِيمَ : neraka jahiim
ثُمَّ : kemudian
عَيْنَ الْيَقِينِ : dengan ‘ainul yaqin
C. ASBABUN
NUZUL
Imam Ibnu Abu
Hatim telah mengetengahkan sebuah hadist melalui Ibnu Buraidah yang telah
menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua kabilah dari
kalangan Anshar, yaitu Bani Harisah dan Bani Hasim. Kedua kabilah ini saling
bermegah-megahan dan saling membanggakan apa yang mereka miliki. Salah satu
diantara dua kabilah berkata: “ diantara kalian terdapat orang-orang yang
seperti si Fulan dan si Fulan”.[2] Demikian
pula kabilah lainnya mengatakan hal yang sama. Akhirnya mereka mengatakan: “
marilah kita semua pergi ke kuburan”, lalu salah satu kabilah mengatakan:
“diantara kalian terdapat orang-orang yang seperti si Fulan dan si Fulan”,
mereka mengatakan demikian seraya mengisyaratkan kepada kuburan itu. Demikian
pula kabilah yang lainnya mengatakan hal yang sama. Maka Allah Swt menurunkan
Firman-Nya:
“Bermegah-megahan telah
melalaikan kalian, sampai kalian masuk dalam kubur”.
(Qs. At-Takasur,1-2)
Imam Ibnu Jarir
telah mengetengahkan sebuah hadist yang bersumber dari Ali k. W yang telah
menceritakan bahwa pada asal mulanya kami merasa tentang siksa kubur, sehingga
turunlah ayat ini mulai dari Firman-Nya
“Bermegah-megahan telah
melalaikan kalian”. (Qs. At-Takasur 1) sampai dengan
firman-Nya “ dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”. (Qs,
At-Takasur, 4)
D.
PENAFSIRAN AYAT
كَلاَّ (
janganlah begitu) sesungguhnya
لَوْ تَعْلَمُونَ
عِلْمَ الْيَقِينِ (kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin)
tentang akibat perbuatan kalian itu, niscaya kalian tidak akan lalai taat
kepada Allah Swt. لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka
jahiim) jawab qasamnya tidak
disebutkan, yaitu niscaya kalian tidak akan sibuk dengan bermegah-megahan yang
melalaikan kalian dari taat kepada Allah. ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا (dan sesungguhnya kalian benar-benar akan
melihatnya) kalimat ayat
ini mengukuhkan makna ayat sebelumnya عَيْنَ الْيَقِينِ(dengan pengetahuan yang yakin) lafadz ainal yaqin adalah masdar, demikian
itu karena lafadz ra-a dan lafadz ‘ayana mempunyai arti yang
sama.[3]
Sekali lagi ayat 5 memperingatkan bahwa: Hati-hatilah! Janganlah begitu,
sungguh, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu tidak
akan melakukan perlombaan dan persaingan tidak sehat itu.[4] Kamu
benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin dengan mata telanjang yang
tidak sedikitpun disentuh oleh keraguan. Sementara ulama menyisipkan kalimat
yang berfungsi menjelaskan konsekuensi jika mereka mengetahui dengan yakin
betapa buruknya dampak persaingan yang melengahkan itu, pasti kamu akan
menyesal dengan penyesalan yang tidak terlukiskan dengan kata-kata akibat
habisnya umur kamu dalam persaingan yang melengahkan itu. Ini serupa dengan
firman-Nya:
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ
وَالأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ -٧٥-
“Dan demikianlah Kami Memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang
terdapat) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.”(Qs. Al- An’am 6: 75)
Bahwa
mereka yang dibicarakan di sini pasti tidak akan melihatnya di dunia ini,
karena hati mereka tidak disentuh oleh keyakinan.[5]
Allah Swt mengulangi lafazh Kalla yaitu lafazh yang mengandung
larangan dan peringatan, karena Dia mengikutkan lafazh tersebut satu sama lain,
seakan-akan Dia berfirman, jangan kamu lakukan itu, karena kamu akan menyesal,
janganlah kamu lakukan itu, karena kamu akan mendapatkan hukuman. Al ilmu (pengetahuan)
dinisbatkan kepada Al-Yaqin (yakin) seperti firman Allah Swt,
إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ -٩٥- “sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.” (Qs.
Al-Waqi’ah 56: 95).
Ada yang mengatakan bahwa yakin di ayat ini adalah kematian, seperti yang
dikatakan Qatadah. Diriwayatkan dari dirinya juga bahwa ia adalah kebangkitan,
karena jika hari kebangkitan telah datang maka hilanglah keraguan, yakni
jikalau kalian mengetahui pengetahuan tentang hari kebangkitan, jawaban lau
(jika) itu ditiadakan, yakni jika kalian mengetahui hari kebangkitan seperti
apa yang kalian ketahui tentangnya jika telah datang kepada kalian tiupa sangkakala, dan terbelahnya kuburan
kalian, apa yang terjadi jika kalian dikumpulkan, maka hal itu benar-benar akan
menyibukkan kalian dari bermegah-megahan akan dunia.
Ada yang mengatakan, “janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin.” Yakni catatan amal telah dibagikan, apakah ia
termasuk orang yang sengsara ataupun bahagia. Ada yang mengatakan bahwa lafazh Kalla
di tiga tempat ini bermakna Kalla (ketahuilah) seperti yang dikatakan
Ibnu Abi Hatim. Al Farra’ berkata bahwa ia bermakna Haqqan (sungguh)
pembicaraan tentang hal itu telah dijelaskan secara sempurna.[6]
Pada ayat 6, Firman Allah Ta’ala, “Niscaya kamu benar-benar akan
melihat neraka jahiim.” Ini adalah ancaman yang lain, ia berkedudukan
sebagai idhmar Qasam, yakni kalian bear-benar akan melihat neraka jahiim
di akhirat, dan Khitab (pesan) ayat ini adalah untuk orang-orang kafir
yang ditetapkan masuk neraka.
Ada yang mengatakan bahwa Khitab ayat ini bersifat umum, seperti
firman Allah Swt, وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً
-٧١ “Dan
tidak ada seorangpun dan padamu, melainkan mendatangi neraka itu.” (Qs. Maryam 19: 71), maka neraka itu dipersiapkan
sebagai tempat tinggal untuk orang-orang yang kafir, dan tempat berlalu
orang-orang mukmin. Dalam hadist shahih disebutkan:
فَيَمُرُّ أَحَدُهُمْ كَا لْبَرْقِ , ثُمَّ كَا
لرِيْحِ , ثُمَّ كَا لطَّيْرِ .
“maka orang yang pertama dari
mereka berlalu bagaikan kilat, kemudian bagaikan angin, kemudian bagaikan
burung.” Hadist ini telah
disebutkan di Surah Maryam.[7]
Al Kisa'i dan ibnu Amir membaca Latarawunna dengan mendhammahkan
huruf ta’, dari araituhu asy-syai’a (aku memperlihatkannya
sesuatu), yakni kalian akan dikumpulkan di dalam neraka itu dan benar-benar
neraka itu akan diperlihatkan kepada kalian. Atau dengan memfathahkan
huruf Ha’, yaitu Qira’ah mayoritas ulama, yakni kalian
benar-benar akan melihat neraka jahiim dari jarak jauh.
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.” Yakni Musyahaddah (melihat dengan mata kepala
sendiri). Ada yang berkata bahwa ayat tersebut mengabarkan bahwa orang kafir
terus menerus akan menetap di neraka, yakni ia adalah penglihatan yang kekal
dan terus bersambung, dan Khitab (pesan) ayat ini adalah untuk orang-orang
kafir.
Ada yang mengatakan bahwa makna “Jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin.” Yakni jika kalian mengetahui suatu hari di dunia,
dengan pengetahuan yang yakin tentang apa yang ada di hadapan kalian, dari
segala yang digambarkan oleh ayat لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ “Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahiim.” Dengan mata
hati kalian, karena sesungguhnya pengetahuan yang yakin akan memperlihatkan
neraka jahiim dengan mata hati kalian, yaitu ia dapat menggambarkan kepada
kalian akan tempo kiamat, dan penempuhan jaraknya,
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan
melihatnya dengan ‘ainul yaqin.” Yakni ketika melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri, maka
kalian akan melihatnya secara yakin dan ia tidak menghilang dari mata kalian.
Pada ayat 7 ini menegaskan bahwa memang di hari kemudian semua akan melihat
dengan mata kepala sendiri neraka jahiim.[8]
E.
ASPEK TARBAWI
- Semua yang bersaing secara tidak sehat akan menyesal di dunia atau paling tidak di akhirat nanti.
- Semakin dalam keyakinan seseorang. Semakin tajam mata hatinya sehingga dapat melihat yang tersirat di balik yang tersurat.
- Setiap manusia akan melintasi neraka. Ada yang lolos sehingga mencapai surga dan ada juga yang terjatuh ke neraka.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Surat At Takatsur sebagai salah satu surat Makiyyah
dalam Al Qur'an menerangkan tentang peringatan dan ancaman Allah terhadap
orang-orang yang saling bermegah-megahan dalam kehidupannya dan tidak membelanjakannya
di jalan Allah Swt. Kemudian Allah menurunkan surat ini berkaitan dengan mereka
sebagai petunjuk bagi manusia pada masa kini.
B.
Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini,
semoga
apa yang ada dan dipelajari di dalamnya dapat dijadikan hikmah
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Mahalli, Imam Jalaludin dan Imam Jalalludin As
Suyuti. 2009. Tafsir Jalalain Jilid 2. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Offset.
Al Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al
Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an Bayan:
Al-Qur’an dan Terjemahannya disertai Tanda-tanda dengan Tafsir
Singkat. Jakarta: Bayan
Qur’an.
Shihab, M. Quraish. 2002. tafsir Al- Mishbah. Jakarta: Lentera
Hati.
Shihab,
M. Quraish. 2012. Al-Lubab.Tanggerang: Lentera Hati..
PROFIL
PENULIS
Nama
: Maya Noviana
NIM : 2021114154
Kelas : Tafsir Tarbawi II/ G
TTL : Pemalang, 6 November 1996
Alamat : Ds. Banjardawa, Taman- Pemalang
Jurusan :
Tarbiyah/ PAI
[1]
Departemen Agama RI,
Al-Qur’an Bayan: Al-Qur’an dan Terjemahannya disertai Tanda-tanda dengan Tafsir
Singkat, (Jakarta: Bayan Qur’an, 2009),hlm.
[2] Imam
Jalaludin Al-Mahalli, tafsir jalalain jilid 2 (Bandung: Sinar Baru
Algensindo Offset, 2009), hlm., 1377.
[4] M. Quraish Shihab, tafsir Al-
Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002 ), hlm. 489.
[6]Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir
Al Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 695.
[8]M. Quraish Shihab, Al-Lubab,
(Tanggerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 732.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar