ADAB
MENCARI ILMU
“ILMU,
PENA DAN TULISAN MENGANGKAT BUDI MULIA”
Atina Qonita
(2021114265)
Kelas : G
JURUSAN TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI
(STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan karuniaNya,
makalah yang berjudul “Ilmu, Pena dan Tulisan Mengangkat Budi Mulia” ini dapat
di selesaikan. Sholawat serta salam kami curahkan kepada baginda Nabi Agung
Muhammad S.A.W
Makalah
ini menjelaskan tentang Surat al-Qalam beserta aplikasinya dalam kehidupan. Dengan
demikian, dibuatlah makalah ini guna memenuhi tugas Tafsir Tarbawi II.
Penulis
telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak
komperensif. Disamping itu, apabila dalam makalah ini didapati kekurangan
dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun isinya maka penulis dengan senang
hati menerima saran dan kritik guna menyempurnakan makalah ini.
Pekalongan, 29 Maret 2016
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
Sebagaimana telah kita ketahui dalam Surat ini kita bertemu ayat-ayat
yang pendek tetapi padat, sebagai kebiasaan Surat-surat yang turun di Makkah.
Yang pertama sekali ialah pembelaan Allah kepada RasulNya Muhammad SAW dan
peneguh hati beliau daripada tuduhan-tuduhan dan hinaan. Dan di dalam Surat ini
juga kita bertemu suatu kisah perbandingan tentang orang berkebun atau bersawah
yang loba dan tamak, takut harta benda mereka akan diminta oleh orang miskin,
lalu hendak mengetam hasil sawahnya pagi-pagi buta sebelum orang miskin
mengetahui. Agar kaum miskin itu jangan mengganggu dengan meminta-minta supaya
mereka diberi bagian. Rupanya kehendak Allahlah yang berlaku, sawah mereka
habis dimusnahkan api. Di samping menerangkan dengan kata-kata yang ringkas
tentang akhlak Rasulullah yang tinggi dan mulia dalam surat ini juga terdapat
perbandingan akhlak yang buruk orang kafir menolak kebenaran dengan akhlak
orang yang bertakwa berhubungan baik dengan Tuhan. [1]
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Q.S Al Qalam: 1-4
úc 4 ÉOn=s)ø9$#ur $tBur tbrãäÜó¡o ÇÊÈ !$tB |MRr& ÏpyJ÷èÏZÎ/ y7În/u 5bqãZôfyJÎ/ ÇËÈ ¨bÎ)ur y7s9 #·ô_V{ uöxî 5bqãZôJtB ÇÌÈ y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
Artinya
:
1. Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,
2.
berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.
3.
dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
4. dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
A.
Asbabun Nuzul
Surat
ini populer dengan nama surat al-Qalam, juga surat Nun, ada juga
yang menggabung kedua kata itu, yakni surat Nun wa al-Qalam.
Abu Nu’aim meriwayatkan dalam
Ad-dala’il dan Al-Wahidi dengan sanadnya yang diriwayatkan dari Aisyah, ia mengatakan
tidak ada seorangpun yang memiliki akhlak yang lebih baik dari pada Rasulullah.
Tidak pernah seorang pun dari sahabat maupun keluarga beliau ketika mengundang
beliau, melainkan beliau akan mengatakan, “Labbaik (Aku penuhi
undanganmu).” Oleh karena itu Allah menurunkan ayat, “Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung.”[2]
Thabathaba’i berpendapat bahwa surat
ini bertujuan menghibur Nabi Muhammad SAW setelah beliau dicerca oleh kaum
musyrikin sebagai orang gila. Dengan surat ini Allah menenangkan hati beliau
melalui janji serta pujian atas akhlak luhur beliau sambil mengingatkan agar
tidak mematuhi atau melunakkan sikap menghadapi mereka.[3]
B.
Penjelasan Ayat
Dalam surat Al Qalam
menampilkan contoh azab yang diterima oleh orang-orang yang tidak
bersyukur terhadap nikmat Allah tersebut.
Pokok-pokok kandungan surat al-Qalam meliputi: Penegasan bahwa Nabi
Muhammad itu bukanlah orang yang gila. Ia adalah orang yang mempunyai akhlak
paripurna. Suratini juga memuat berbagai larangan, seperti bertoleransi di
bidang akidah dan keyakinan, larangan mengikuti orang-orang yang mempunyai
sifat-sifat yang dicela oleh Allah, larangan untuk tidak kufur nikmat, serta kecaman
Allah dan azab yang dijatuhkan kepada orang-orang yang ingkar.
Kata al-qalam/pena ada yang
memahaminya dalam arti sempit yakni pena tertentu, ada juga yang memahaminya
secara umum, yakni alat tulis apa pun, termasuk komputer tercanggih sekalipun.
Yang memahami dalam arti sempit ada yang memahaminya pena yang digunakan
malaikat untuk menulis takdir baik dan buruk serta segala kejadian dan makhluk
yang kesemuanya tercatat dalam Lauh Mahfuzh, atau pena yang digunakan malaikat
menulis amal-amal baik dan buruk setiap manusia, atau pena sahabat Nabi menulis
ayat-ayat Al-Qur’an.
Firman-Nya: ( tbrãäÜó¡ o$tBur) dan
apa yang mereka tulis. Dengan
ayattersebut, Allah bagaikan bersumpah dengan manfaat dan kebaikan yang dapat
diperoleh dari tulisan.
Kalimat (y7În/u pyJ÷èÏZÎ/
)
dapat dipahami dalam arti berkat nikmat Tuhanmu engkau bukanlah seorang
yang gila. Nikmat itu adalah aneka anugerah Allah yang menjadikanmu terbebaskan
dari segala kekurangan manusiawi. Kaum musyrikin menuduh Nabi Muhammad SAW gila
karena menyampaikan ayat-ayat al-Qur’an yang antara lain mengandung kecaman
terhadap kepercayaan mereka.
Kata (bqãZôJtB) terambil
dari kata manna yang berarti putus asa atau yang berarti menyebut-nyebut
pemberian sehingga menyinggung perasaan yang diberi. Jika memahaminya dalam
arti putus, ganjaran yang Allah anugerahkan itu akan terus-menerus bersinambung
tidak putus-putusnya. Jika memahami kata mamnun dalam makna kedua, ini hanya
tertuju kepada Nabi SAW sendiri. Ini berarti ganjaran yang Allah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, kendati sangat banyak, ia tidak disebut-sebut dalam
bentuk yang merendahkan atau menyakitkan hati beliau.
Kata
(,=z) khuluq, jika tidak dibarengi dengan adjektifnya, ia selalu berarti budi
pekerti yang luhur, tingkah laku dan watak yang terpuji.
Kata ‘ala mengandung makna kemantapan. Di sisi lain
juga mengesankan bahwa Nabi Muhammad yang menjadi mitra bicara ayat-ayat di
atas tingkat budi pekerti yang luhur. Beliau adalah bentuk nyata dari tuntunan
al-Qur’an, kita pun tidak mampu melukiskan
betapa luhur Nabi Muhammad SAW.[4]
C.
Aplikasi dalam
Kehidupan
Dalam surat
al-Qalam Allah memerintahkan untuk mengikat ilmu dengan menulis dan mencari
ilmu dengan informasi yang benar atau shahih. Di antaranya dapat dengan cara
sebagai berikut:
1.
Mengajarkan
Ilmu
Ketika kita
ingin mengajak orang kepada kebaikan, tentunya kita harus memiliki ilmu untuk
meyakinkan argumentsi kita. Agar memperhatikan ilmu dan menuliskannya dalam
rangka menyebarkanluaskan ilmu sehingga bermanfaat tidak hanya pada masa
sekarang tapi juga di masa yang akan datang.
2.
Ilmu Sebagai
Amal Jariyah
Ketika kita
mengamalkan ilmu seperti apa yang diajarkan Rasulullah SAW, kita tentu akan
mendapat pahala atas amal yang kita kerjakan. Inilah yang dinamakan amal
jariyah, yang tiada terputus meskipun kita telah tiada.
3.
Menjaga Akhlak
/ Budi Pekerti
Dalam
mengajarkan ilmu pasti ada saja rintangannya, diantaranya mendapat peserta
didik yang sulit diatur, nakal, maka kita mesti bersabar, menasehatinya dengan
cara yang lembut. Meneladani sikap Rasulullah saat dahulu menyebarkan agama
Islam mendapat hinaan, cacian, Rasulullah menghadapinya dengan santun dan
akhlak yang agung. Meski mendapat siksa, intimidasi, boikot dan segala bentuk
upaya untuk menghentikan dakwah Rasulullah bersama para sahabatnya tetap tegar.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Mengajarkan
ilmu yang kita punya bisa dalam bentuk tulisan
2.
Allah
menjanjikan pahala yang tiada putusnya untuk orang yang mengamalkan ilmunya
3.
Senatiasa sabar
saat menghadapi cobaan atau rintangan
4.
Senantiasa
menjaga akhlak dalam mengajarkan ilmu
5.
Tidak mudah
putus asa saat menghadapi masalah.
DAFTAR
PUSTAKA
As-Suyuthi,
Imam. 2014. Asbabun Nuzul. Jakarta: PUSTAKA AL KAUTSAR.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz XXIXI. Jakarta:
PT. Pustaka Panji mas.
Shihab,
M. Quraish Shihab. 2011. TAFSIR AL-MISHBAH. Jakarta: Lentera Hati.
BIODATA
Nama :
Atina Qonita
NIM
:
2021114265
TTL :
Pekalongan, 22 Maret 1995
Alamat : Jl. Syekh Datuk Abdul Iman No. 20 Pekalongan Selatan
Motto : Let’s Talk do
More J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar