KEISTIMEWAAN ORANG BERILMU
(QS. AL-‘ANKABUT Ayat 43)
Rizkina Ulfah
NIM: 2021115056
Kelas C
JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
inayahnya kepada kita semua sehingga masih
merasakan nikmat dari–Nya.
Shalawat serta
salam, semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi
suri tauladan yang baik bagi kita semua dan yang telah menyelamatkan kita dari
zaman yang gelap menuju zaman yangterang benderang. Semoga syafaat beliau
sampai pada kita. InsyaAllah.
Alhamdulillah,
Penulisan makalah Tafsir Tarbawi I mengenai “Keistimewaan Orang Berilmu” yang
bersumber dari penafsiran Qs.Al-‘Ankabut ayat 43 ini sangat membantu untuk
mengingat, menambah pengetahuan dan wawasan kita, khususnya bagi penulis
sendiri. Dengan tulisan dan uraian topik yang sederhana sesuai format yang
telah ditentukan telah selesai.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung, terutama Bapak Muhammad Hufron, M.Si selaku dosen pengampu mata
kuliah Tafsir Tarbawi 1 dan untuk orang tua yang telah memberi semangat dan
dorongan dalam menyelesaikan tugas ini, tak lupa juga semua dosen dan Yayasan
IAIN Pekalongan , serta teman-teman yang telah mendukung, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis juga
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan datang. Semoga Allah SWT selalu meridhoi segala
usaha kita. Amin.
Pekalongan,
September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
JUDUL ...................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................................... iii
BAB
I........ PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Judul Makalah.................................................................................. 1
C. Nash Al-Qur’an................................................................................ 1
D. Arti Penting Pengkajian Materi ...................................................... 2
BAB
II....... PEMBAHASAN .................................................................................. 3
A. Pengertian Ilmu................................................................................ 3
B. Tafsir Qs.Ak-‘Ankabut ayat 43....................................................... 3
1. Tafsir Al-Azhar........................................................................... 3
2. Tafsir Al-Maragi......................................................................... 5
3. Tafsir Al-Qurthubi...................................................................... 5
4. Tafsir Al-Mishbah...................................................................... 6
C. Aplikasi Dalam
Kehidupan ............................................................ 6
D. Aspek Tarbawi (Nilai Pendidikan) ................................................. 7
BAB
III..... PENUTUP ............................................................................................ 8
A. Simpulan ......................................................................................... 8
B. Daftar Pustaka ................................................................................. 8
PROFIL
PENULIS .................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia pada hakikatnya di ciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah
di bumi untuk menjaga dan memeliharanya. Karena itu, Manusia wajib untuk
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, karena Allah yang
menciptakan segala sesuatunya.
Allah akan membinasakan orang yang mempersekutukan-Nya dengan
siksaan di dunia dan mengazabnya dengan azab yang sangat keras kelak di akhirat.
Dalam Qs. Al-‘Ankabut ini Allah membuat perumpamaan keadaan orang yang
menjadikan sembahan selain Allah dengan keadaan laba-laba yang telah membuat
rumahnya yang tidak memberikan kelapangan
baginya jika beristirahat, tidak pula melindunginya dari panas atau
dingin jika ia berada di rumahnya. Hakikat Allah membuat perumpamaan itu hanya
bisa dipahami oleh orang-orang berakal dan berilmu yang mampu memahami lahir
dan batin serta rahasia dan kenyataan pembicaraan.
Oleh karena itu, makalah ini membahas mengenai keistimewaan orang
berilmu dengan tujuan supaya manusia memiliki ilmu dan pengetahuan yang banyak
dan mendalam mengenai Firman-firman Allah SWT.
B.
Judul Makalah
Makalah ini berjudul “Keistimewaan Orang Berilmu”, karena menyesuaikan
dengan tugas yang telah penulis terima, sesuai dengan penafsiran Qs.Al-‘Ankabut
ayat 43 dan judul ini sesuai dengan kehidupan sekarang untuk selalu memenuhi
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya tanpa menyekutukan-Nya.
C.
Nash Al-Qur’an
QS. Al-‘Ankabut ayat:43
A.
ù=Ï?ur
ã@»sVøBF{$#
$ygç/ÎôØnS
Ĩ$¨Z=Ï9 ( $tBur
!$ygè=É)÷èt wÎ) tbqßJÎ=»yèø9$# ÇÍÌÈ
Artinya: Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia;
dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.(QS. Al-‘Ankabut
ayat:43).
D.
Arti penting pengkajian materi
Dalam penafsiran Qs. Al-‘Ankabut ayat 43 ini menjelaskan tentang
perumpamaan bagi manusia yang menyembah selain Allah dengan keadaan seperti
laba-laba yang membuat rumahnya tetapi tanpa kelapangan di dalamnya dan tidak
dapat melindunginya dari panas atau dingin di dalam rumahnya. Materi ini sangat
penting untuk di bahas karena dalam Al-Qur’an Allah SWT sangat banyak membahas
mengenai perumpamaan manusia yang mempersekutukan-Nya dan pada dasarnya
perumpamaan itu di buat guna manusia untuk memikirkannya sesuai dengan ilmu dan
keimanannya, karena Allah SWT akan meninggikan derajat dan ilmu manusia bagi
mereka yang berpengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ilmu
“Ilmu” merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa arab, yaitu
‘alima yang terdiri dari huruf ‘ayn, lam, dan mim. Al-Qur’an
sering menggunakan kata ini dalam berbagai sighat (pola), yaitu masdar,
fi’il mudari’, fi’il madi, amr, isim fa’il, isim maf’ul, dan isim
tafdil. Secara harfiah “ilmu” dapat diartikan kepada tahu atau mengetahui.
Secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, atau memhami hukum yang
berlaku atas sesuatu.[1]
Orang alim dan berilmu adalah orang yang memahami tentang Allah
Ta’ala lalu mengamalkan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya. Sikap
atau karakter seseorang merupakan gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Dalam
belajar, penguasaan ilmu bukanlah tujuan utama suatu pembelajaran melainkan
sebagai jembatan atau alat yang dapat mengantarkan manusia kepada kesadaran,
keyakinan, dan perasaan atau sikap positif terhadap fenomena alam dan
kehidupannya.
Al-Qur’an menafikkan persamaan antara orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu. Penafikkan itu tentu saja tidak hanya mengenai
persamaan sifat tetapi juga persamaan perilaku. Maka itulah sebabnya kitab suci
tersebut memerintahkan umat ini agar banyak belajar, meneliti, dan mengamati
fenomena alam guna mendapatkan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, pengetahuan itu
dapat membentuk kesadaran dan sikap kemudian dapat pula melahirkan perilaku
berdasarkan kesadaran atau sikap yang telah terbentuk itu.[2]
B.
Tafsir QS.Al-‘Ankabut ayat:43
1.
Tafsir Al-Azhar
“Dan beginilah
perumpamaan-perumpamaan Kami perbuatkan untuk manusia.”maka banyaklah Allah membuat perumpamaan, sudah mendekatkan
pemahamannya kepada fikiran manusia. Ada Tuhan mengambil perumpamaan dengan
laba-laba atau lawah, sebagai yang tercantum disini. Pernah Tuhan mengambil
perumpamaan dengan ba’uudhatan = بعو ضة , yaitu
nyamuk. Pernah Tuhan mengambil perumpamaan dengan dzubaab = ذبآب, yaitu lalat. Berkali-kali menyebut zarrah = ذرة , yaitu atom,
zat yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Pernah mengambil
perumpamaan dengan keledai membawa beban dan beberapa misal yang lain-lain.
Tetapi ada tersebut bahwa orang-orang musyrikin di Makkah, yang menantang
semata-mata hendak menantang, masih saja mencari-cari yang akan ditantangnya
dalam perumpamaan-perumpamaan seperti ini. Perumpamaan seperti demikian masih
mereka cemuhkan. Mereka katakan: “Tuhannya si Muhammad itu menurunkan apa yang
dia sebut wahyu, tetapi yang dibicarakan hanya dari hal laba-laba dan lalat.”
Oleh sebab itu maka ujung ayat ini dikutip dengan: “Dan tidaklah dapat
memahaminya melainkan orang-orang yang berpengetahuan.”
Tegasnya, orang yang perasaannya kasar karena ilmunya memang tidak
ada, perumpamaan itu tidaklah akan dapat difahaminya. Sebaliknya orang yang
berpengetahuan, bertambah tinggi pengetahuannya itu, akan bertambah kagumlah
dia memikirkan betapa Maha Besar dan Maha Agungnya Kekuasaan Allah itu meliputi
yang besar dan yang kecil. Orang yang berpengetahuan tentu akan ta’jub melihat
bagaimana Tuhan memberikan “instinct” atau naluri kepada segala yang diberi
Allah hak hidup.
Mereka akan berpikir, meskipun Tuhan telah mengatakan bahwa rumah
laba-laba atau dalam kata lain “jaring lawah” itu amat rapuh tidak dapat jadi
pergantungan manusia, namun anugerah naluri yang diberikan Tuhan kepada
laba-laba itu buat berusaha mencari makan memang ajaib sekali. Dia diberi
kesanggupan membuat jaring dan jaring itu merangkap jadi tempat tinggalnya.
Maka kalau ada binatang kecil, berbagai serangga halus terbang melewati jaring
itu, dia benar-benar akan terjaring, tidak dapat membebaskan diri lagi. Sebab
jaring itu ada pula getahnya. Di waktu dia terjaring itu si laba-laba dengan
pelan-pelan menjalar ke tempat si mangsa terjaring, lalu memakannya.[3]
2.
Tafsir Al-Maragi
Pada ayat ini Allah menyajikan perumpamaan keadaan orang yang
menjadikan sembahan selain Allah dengan keadaan seperti laba-laba. Kemudian
Allah menjelaskan faidah pembuatan perumpamaan bagi manusia, dan bahwa hakikat
perumpamaan itu hanya bisa dipahami oleh orang-orang berakal dan berilmu yang
mampu memahami lahir dan batin serta rahasia dan kenyataan pembicaraan. Allah
menjelaskan beberapa faedah dibuatnya perumpamaan-perumpamaan:
ù=Ï?ur) ã@»sVøBF{$# $ygç/ÎôØnS Ĩ$¨Z=Ï9 ( $tBur !$ygè=É)÷èt wÎ) tbqßJÎ=»yèø9$# (
Perumpamaan ini dan sebangsanya, yang terkandung dalam Al-Kitab
Al-‘Aziz dibuat bagi manusia untuk mendekatkan pemahaman mereka kepada apa yang
sulit untuk mereka pahami, dan untuk memperjelas apa yang perkaranya terasa
sulit oleh mereka, hikmahnya sulit digali, intisarinya sulit dipahami dan
pengaruhnya sulit diketahui serta sulit diikuti, karena faidahnya yang terlalu
banyak, kecuali oleh orang-orang yang ilmunya mendalam dan yang berpikir
tentang akibat segala perkara.[4]
3.
Tafsir Al-Qurthubi
Firman
Allah SWT, ã@»sVøBF{$#ù=Ï?ur “Dan perumpamaan-perumpamaan
ini,” maksudnya, semua contoh ini telah disebutkan dalam surah Al
Baqarah dan surah Al Hajj serta surah lainnya. نَضْرِ بُهَا atau
kami jelaskan, !$ygè=É)÷ètوَمَا ( لِلنَّا سِ”kami buat untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya,” maksudnya, mereka tidak memahaminya. tbqßJÎ=»yèø9$#wÎ) atau kecuali oleh orang-orang yang mengenal Allah, sebagaimana
jabir meriwayatkan dari nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, “Orang yang
berilmu adalah orang yang bisa memahami Allah SWT kemudian taat menjalankan apa
yang diperintahkan dan menjauhi yang dimurkainya.”[5]
4.
Tafsir Al-Mishbah
Thabathaba’i memahami dalam arti ayat ini adalah perumpamaan yang
benar dan tepat. Dalam firman Allah SWT yang berbicara tentang amtsal
al-Qur’an sebagai: “Tiada ada yang memahaminya kecuali orang-orang alim”
mengisyaratkan bahwa perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an mempunyai
makna-makna yang dalam, bukan terbatas pada pengertian kata-katanya.
Masing-masing orang, sesuai kemampuan ilmiahnya, dapat menimba dari matsal itu
pemahaman yang boleh jadi berbeda, bahkan lebih dalam dari orang lain. Ini juga
berarti bahwa perumpamaan yang dipaparkan disini bukan sekadar perumpamaan yang
bertujuan sebagai hiasan kata-kata, tetapi ia mengandung makna serta pembuktian
yang sangat jelas.[6]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan
Berdasarkan beberapa penjelasan tafsir-tafsir di atas, maka dapat
diambil pelajaran untuk kehidupan sehari-hari, yaitu:
1.
Mentaati segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala
larangan-Nya.
2.
Mendekatkan diri dan selalu bertawakkal kepada Allah SWT.
3.
Mampu berpikir dengan baik tentang akibat segala perkara.
4.
Senantiasa istiqomah mencari ilmu, dimanapun, kapanpun, dan dalam
keadaan apapun dengan tujuan utama karena Allah. Seperti yang kita ketahui
bahwa dalam memahami ayat-ayat Allah diperlukan suatu ilmu yang mendalam
mengenai agama.
D.
Aspek Tarbawi (Nilai Pendidikan)
Dari beberapa penjelasan mengenai tafsir Qs.Al-‘Ankabut ayat 43
ini, maka dapat diambil hikmah pendidikan yang ada di dalamnya, antara lain:
1.
Sembahlah Allah, karena tiada Tuhan selain-Nya.
Segala kekuasaan, kebesaran, kekayaan hanya ada pada Allah. Maka
manusia yang menyembah kepada yang lain itu benar-benar rendah jiwanya.
2.
Hakikat perumpamaan bagi manusia itu hanya bisa dipahami oleh
orang-orang berilmu.
Orang yang perasaanya kasar karena ilmunya memang tidak ada,
perumpamaan itu tidaklah akan dapat dipahaminya. Sebaliknya orang yang berilmu,
akan bertambah tinggi pengetahuannya dan bertambah keimanannya kepada Allah
SWT.
3.
Tujuan hidup hanya untuk Allah semata.
Semua yang kita perbuat dan lakukan itu semata-semata karena Allah.
Karena semua apa yang kita miliki akan kembali kepada Allah.
4.
Orang berilmu akan ditinggikan derajatnya di hadapan Allah SWT.
Ilmu pengetahuan dalam perspektif islam sangat erat kaitannya
dengan iman; iman dibangun atas dasar
ilmu pengetahuan, maka bertambahnya ilmu identik dengan bertambahnya
iman.[7]
Dengan hal tersebut seseorang akan menjadi insan yang mulia dan dihadapan Allah
akan di tinggikan derajatnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari uraian penafsiran Qs.’Al-Ankabut diatas, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa mengenai surat al-ankabut ini yang berarti laba-laba dan pada ayat 43 ini berisi mengenai
perumpamaan-perumpamaan Allah bagi keadaan orang-orang yang menyekutukan-Nya
seperti halnya, rumah laba-laba yang tidak memberikan kelapangan dan tidak bisa
melindunginya dari cuaca panas maupun dingin ketika berada di dalam rumahnya.
Pada hakikatnya perumpamaan itu hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang
berilmu.
Bagi orang-orang berilmu, Al-Qur’an merupakan anugerah terbesar
Allah dimana isi Al-Qur’an tersebut menggunakan kata dan makna kiasan yang
mendalam dan hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang berilmu. Di harapkan
melalui ilmu, manusia dapat memahami dan mengambil pelajaran atas apa yang di
kehendaki Allah dan pada akhirnya dapat membuat diri menjadi insan yang shaleh
dan bertakwa kepada Allah SWT.
B.
Daftar Pustaka
Al-Maragi,
ahmad mustafa.1993.Tafsir Al-Maragi Juz XX.Semarang: PT.Karya Toha Putra
Semarang.
Al-Qurthubi, Syaikh Imam.2009.Tafsir Al-Qurthubi,Jakarta:
Pustaka Azzam.
Amrullah, Abdul Malik Abdul Karim (HAMKA).1982.Tafsir Al-Azhar Juz XX,
Jakarta : PT pustaka Panjimas.
M.Yusuf,
Kadar.2013.Tafsir Tarbawi:Pesan-pesan Al-Qur’an tentang
pendidikan.Jakarta:AMZAH.
Shihab,
M.Quraish.2002.TAFSIR ALMISHBAH:Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.Jakarta:
Lentera Hati.
PROFIL PENULIS
[1] Dr. Kadar M. Yusuf, M.Ag., Tafsir Tarbawi, (Jakarta:AMZAH,
2013), hlm.16-17.
[2] Ibid,.hlm.18.
[3] Abdul
Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA),Tafsir Al-Azhar Juz XX,( Jakarta : PT
pustaka Panjimas,1982) hlm. 188-189.
[4] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi Juz XX,(Semarang:
PT. Karya Toha Putra Semarang,1993). hlm.250.
[5]
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi,(Jakarta: Pustaka Azzam,
2009).hlm.882.
[6] M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah:pesan,kesan dan keserasian
Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002).hlm.87-88.
[7] Dr. Kadar M. Yusuf, M.Ag., Tafsir Tarbawi, (Jakarta:AMZAH,
2013), hlm.84.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar