AHLI HIKMAH ANUGRAH BESAR DARI ALLAH SWT
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi I tentang Ahli Hikmah Anugrah Besar dari
Allah SWT. dalam Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 269 ini dengan baik, meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada
Bapak Muhammad
Hufron, M.S.I selaku
Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi I yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Ahli Hikmah Anugrah Besar dari Allah SWT. dalam Qur’an
Surah Al-Baqarah ayat 269. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan .
Pekalongan,
September 2016
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Islam memerintahkan untuk belajar, karena belajar adalah kewajiban
utama dan sarana terbaik untuk mencerdaskan umat dan kebangkitan dunia ini, khususnya
ilmu itu bila disertai dengan amal. Karena ilmu dan para ahli ilmu itu memiliki
kedudukan yang tinggi di hadapan Allah SWT, dan orang-orang yang ahli dalam
ilmu harus mengamalkan ilmunya tersebut agar bisa berguna bagi dirinya sendiri
maupun orang lain, serta jadilah orang yang dermawan dengan apa yang
dimilikinya, seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah
ayat 269 berikut:
يُؤْتِي
الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَآءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوْتِيَ خَيْرًا
كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang dia
kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan
yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang
yang mempunyai akal sehat.”[1]
Dalam Al- Qur’an surah Al-Baqarah ayat 269 ini penting untuk dikaji agar
kita sebagai hamba Allah yang telah di beri akal olehNya, bisa mempergunakan
akal yang kita miliki itu dengan baik dan dapat mengamalkan ilmu yang kita
dapat dari hasil mempergunakan akal dengan baik tersebut, karena ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang kita amalkan untuk diri kita sendiri dan orang
lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
1.
Pengertian
Pengetahuan
Pengetahuan adalah paham suatu
subjek mengenai objek yang dihadapi. Subjek disini adalah manusia sebagai
kesatuan berbagai macam kesanggupan (akal, pancaindra, dsb) yang digunakan
untuk mengetahui sesuatu. Sebaliknya, objek disini adalah benda atau hal yang
diselidiki, yang merupakan realitas bagi manusia yang menyelidiki.[2]
Perbuatan manusia yang bertentangan
dengan perintah yang ia berikan kepada orang lain tidak akan timbul kecuali
dari orang yang tidak lurus pemikirannnya serta tidak matang akalnya.[3]
2.
Pengertian
Akal
Menurut ahli-ahli perkamusan,
istilah “aql” mengandung pengertian, pengetahuan yang jelas atau
verivikasi bukti-bukti. Dengan pengertian ini, maka “aql” bertentangan
dengan kebodohan.[4]
3.
Kedudukan
Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan Islam
a.
Ilmu
pengetahuan adalah alat untuk mencari kebenaran.
b.
Ilmu
pengetahuan sebagai prasyarat amal shaleh.
c.
Ilmu
pengetahuan adalah alat untuk mengelola sumber-sumber alam guna mencapai ridha
Allah SWT.
d.
Ilmu
pengetahuan adalah alat pengembangan daya pikir.
e.
Ilmu
pengetahuan sebagai hasil penembangan daya pikir.[5]
4.
Kedudukan
Ahli Ilmu
Al-Qur’an memuji ahli ilmu
pengetahuan dan menyebut mereka dengan ‘alladziina utul-‘ilma, dan Allah
SWT menisbatkan kepada mereka beberapa keutamaan pemikiran, keimanan, serta
akhlak. Mereka yang mendapakan ilmu tersebut adalah yang dibukakan kebenaran
yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Sehingga mereka melihatnya dengan jelas
dan menuntun kepada jalan Allah.[6]
Islam sangat menghargai dan
menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik.
Dalam Islam, orang yang beriman dan berilmu pengetahuan sangat luhur
kedudukannnya di sisi Allah SWT. daripada yang lainnya. Sebagaimana firman
Allah SWT. : (QS.Al-Mujadilah: ayat 11)[7]
B.
Tafsir
dari Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 269
1.
Allah
SWT. menganugrahkan hikmah, yakni pengetahuan amaliah dan amal ilmiah, dan
siapa yang di anugrahi oleh-Nya hikmah, maka ia telah memperoleh kebajikan yang
banyak.[8]
2.
“Dia
memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya”
Allah memberikan ilmu yang berguna
yang bisa membangkitkan kemauan kepada hamba-hambaNya yang dikehendakiNya,
sehingga ia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, lalu dengan
mudah dapat membedakan antara ilham yang datang dari Allah dan mana yang datang
dari bisikan setan.
Penangkap ilmu ialah akal, yang
menangkap pengertian berdasarkan dalil-dalil dan memahaminya dengan sebenarnya.
Dan siapa yang diberi pengetahuan seperti ini, niscaya mampu membedakan antara
janji Tuhan dan janji setan, mampu memegang teguh janji Allah dan melemparkan
janji setan.
Abdullah bin Abbas menafsirkan kata
“hikmah” dalam ayat ini dengan arti memahami Al-Qur’an. Jadi “hikmah” itu
berarti mengetahui dan memahami ayat infak, faedahnya serta aturan
mengeluarkannya seperti termaktub pada Al-Qur’an, tentu ia akan mengingkari
janji setan yang menjanjikan kefakiran dan menyuruh kikir, sehingga dia tidak
terpengaruh untuk berbuat tidak berderma dan berinfak.
Ayat ini memberikan pengertian
“hikmah” lebih luas dari arti kata itu sendiri sehari-harinya dan memberrikan
bimbingan untuk mempergunakan akal sebagai karunia yang paling mulia kepada
manusia dengan cara yang benar.
“Dan barang siapa diberi hikmah, maka ia benar-benar telah diberi
kebaikan yang banyak.”
Barang siapa yang diberi oleh Allah
ilmu yang berguna dan diberi petunjuk cara menggunakan akal serta menempuh arah
yang benar, maka orang ini berarti mendapatkan petunjuk dan kebaikan di dunia
dan akhirat. Karena itu ia dapat menggunakan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya, seperti penglihatan, pendengaran, hati, dan pikirannya secara berdaya
guna dan menyiapkan untuk kesenangannya yang benar, lalu berserah diri kapada
Allah, karena Dialah asal segala sesuatu dan kepada-Nya lah semua akan
berakhir. Dia tidak mau menerima bisikan-bisikan setan dan mengotori dirinya
sendiri dengan berbuat dosa. Dia percaya segala sesuatunya berjalan menurut
ketentuan dan takdir Allah. Dengan pikiran serta perasaan seperti ini hatinya
lapang dan perasaaannya tenang serta penuh dengan kedamaian mengarungi malam
dan siang.
“Dan tidak mau mengingat kecuali orang-orang yang berpikir.”
Tidak akan
meresapkan, mempercayai nasehat ilmu dan menundukan kemajuannya kepada kehendak
Allah, kecuali orang yang berpikir sehat dan senantiasa mengikti kebenaran,
sehingga dapat mengetahui mana yang baik dan beruntung serta menyelamatkannya
di dunia ini sampai ia mati dan hidup di akhirat dengan pahala yang baik.[9]
C.
Aplikasi
dalam Kehidupan
1.
Menuntut
ilmu.
2.
Membaca
dan mengetahui makna yang terkandung di dalam al-Qur’an yang kemudian diamalkan
didalam kehidupan sehari-hari.
3.
Menjadi
pendidik di sekolahan yang membutuhkan seorang pendidik.
4.
Mendidik
anak-anak yang ada di sekitar kita dengan cara memberi contoh perilaku yang
santun.
5.
Membiasakan
diri untuk berlaku santun dengan siapapun.
6.
Menggunakan
akal yang disertai dengan ilmu didalam bermusyawarah atau berdebat
D.
Aspek
Tarbawi
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalam QS. Al-Baqarah Ayat
269 adalah sebagai berikut:
1.
Allah
SWT memberi hikmah dan ilmu yang bermanfaat bagi setiap manusia, dan siapa saja
yang telah di beri taufik (pertolongan Allah) akan mengerti mengenai ilmu yang
bermanfaat ini. Ia juga akan dituntun oleh Allah untuk menggunakan akalnya
secara sehat dan diarahkan ke jalan yang benar.
2.
Dengan
ilmu pengetahuan, setiap manusia mampu memilih hakikat kehidupan yang
bermanfaat bagi dirinya, yang membuat dirinya bahagia dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat.[10]
3.
Sesungguhnya
apa yang ada pada manusia berupa ilmu, petunjuk maka itu semua adalah keutamaan
dari Allah ta’ala, maka jika Allah ta’ala memberikan
nikmat kepada seorang hamba berupa ilmu, petunjuk, kekuatan, kemampuan,
pendengaran, penglihatan maka janganlah ia sombong, karena itu semua dari
Allah ta’ala,
jika Allah berkehendak maka bisa mencegahnya, atau ia bisa jadi ia mencabut
nikmat itu setelah ia menganugrahnya kepada seseorang.
4.
Wajibnya
bersyukur bagi orang yang Allah ta’ala berikan kepadanya
Al-Hikmah, karna kebaikan yang sangat banyak ini mewajibkan mensyukurinya.
5.
Keutamaan
akal, bahwa orang yang tidak dapat mengambil pelajaran, menunjukan akan adanya
kekurangan pada akalnya, yaitu akal sehat, akal yang memberikan petunjuk pada
dirinya.
6.
Tidaklah
yang dapat mengambil pelajaran dari pelajaran yang terdapat di alam dan pada
syari’at ini kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat, yang mana mereka
menghayati dan mempelajari apa yang terjadi dari tanda-tanda yang telah lalu
dan yang akan datang, sehingga mereka dapat, mengambil pelajaran darinya.
Adapun seorang yang lalai, maka hal tersebut tidak memberikannya manfaat dan
pelajaran (sedikitpun).[11]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Allah
SWT. memerintahkan hambaNya untuk menuntut ilmu dan menggunakan akal sehatnya
dalam menjalankan segala sesuatu, dan mengamalkan segala sesuatu yang
dimilikinya, termasuk ilmu itu sendiri. Orang-orang ahli ilmu memiliki
kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT., dan ilmu pengetahuan pun memiliki
kedudukan dalam agama Islam.
Dari
Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 269 dapat dipetik pelajaran yang sangat
berharga, yaitu : bahwa dengan ilmu pengetahuan, setiap manusia mampu memilih
hakikat kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya, yang membuat dirinya bahagia
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, serta keutamaan akal, bahwa orang yang
tidak dapat mengambil pelajaran, menunjukan akan adanya kekurangan pada akalnya,
yaitu akal sehat, akal yang memberikan petunjuk pada dirinya. Dari tafsiran
Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 269 dapat di aplikasikan di dalam kehidupan
yaitu salah satunya dengan menuntut ilmu dan menjadi pendidik untuk mengamalkan
ilmu pengetahuan yang dimiliki agar menjadi ilmu yang bermanfaat.
[1] Kementrian
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjamahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2014),
hlm.46
[2] Muhaimin dan
Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya (Bandung : PT Trigenda Karya, 1993), hlm.80
[3] Yusuf
Qardhawi, Al-Qur’an berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan (Jakarta
: gema insani press, 1999), hlm.20
[4]Abdurrahman
Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an (Jakarta :
PT Rineka Cipta, 1994), hlm.97
[5] Muhaimin dan
Abdul Mujib, Op.Cit., hlm.81-82
[6]
Yusuf Qardhawi, Op.Cit., hlm.107
[7] Moh Haitami
Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm.142-143
[8] M. Quraish
Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur’an (Tangerang
: Lentera Hati, 2012), hlm.88
[9] Ahmad Mustafa
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Bandung : CV Rosda, 1987), hlm.49-50
[10] Ahmad Mustafa
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Semarang : CV. Toha Putra, 1993),
hlm.74-75
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Abdurrahman Saleh. 1994. Teori-teori
Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Al-Maraghi, Ahmad
Mustafa. 1987. Tafsir Al-Maraghi. Bandung : CV Rosda.
Al-Maraghi,
Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : CV. Toha Putra.
Kementrian
Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan
Terjamahnya. Jakarta: CV Darus Sunnah.
Muhaimin dan
Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung : PT Trigenda Karya.
Qardhawi, Yusuf. 1999. Al-Qur’an
berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan. Jakarta : gema insani press.
Salim, Moh
Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta
: Ar-Ruzz Media.
Shihab, M.
Quraish. 2012. Al-Lubab: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah
Al-Qur’an. Tangerang : Lentera Hati.
BIOGRAFI PENULIS
Ulfa Nabila, Lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 8 Maret 1997. Anak
ke-2 dari 3 bersaudara. Mahasiswi S.1 Tarbiah IAIN Pekalongan. Alamat : Ds.
Wonorejo Rt.07 Rw.03 No.43, Kec. Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan.
Pendidikan MI Salafiyah Wonorejo, 2003-2009. Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Wonopringgo, 2009-2012. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Kedungwuni, 2012-2015. S.1 IAIN Pekalongan, 2015-sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar