SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
MASA NABI MUHAMMAD SAW
MASA NABI MUHAMMAD SAW
Krismanda Adelia Sabila
Azza Faradila
Kelas C
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM / HES
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sejarah Peradaban Islam, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu ketika Nabi Muhammad menjalani hidupnya di Makkah dan di Madinah. Sejarah masa hidup Nabi ini selain dikaji dalam bidang sejarah, kerap kali pula mendapatkan perhatian di bidang disiplin lain seperti studi Al-Qur’an. Situasi dan kondisi yang dihadapi Nabi Muhammad menjadikan perbedan tema-tema sentral dalam ajaran islam melalui wahyu yang diterima Rasulullah.
Demikian juga yang terjadi dalam sejarah islam, karena perbedaan dan tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad berbeda didua tempat tersebut menjadikan sebagian penulis sejarah Islam juga membagi sejarah hidup Rasul tersebut ke dalam dua babak, yaitu sejarah ketika Rasul di Makkah dan sejarah hidup Rasul di Madinah.
Dalam makalah ini kami akan menerangakan beberapa materi-materi seperti peradaban islam masa Nabi Muhammad pada periode Makkah dan Madinah, peperangan daam islam, misi dakwah Nabi Muhammad, dan masa terakhir Nabi Muhammad SAW.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana peradaban Islam masa Nabi Muhammad SAW pada periode Makkah ?
2. Bagaimana peradaban Islam masa Nabi Muhammad SAW pada periode Madinah ?
3. Apa saja peperangan yang terjadi dalam masa Nabi Muhammad SAW ?
4. Apa misi dakwah Nabi Muhammad SAW ?
5. Bagaimana masa terakhir Nabi Muhammad SAW ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui proses peradaban Islam masa Nabi Muhammad SAW pada periode Makkah
2. Mengetahui proses peradaban Islam masa Nabi Muhammad SAW pada periode Madinah
3. Mengetahui macam-macam peperangan yang terjadi dalam masa Nabi Muhammad SAW
4. Mengetahui misi dakwah Nabi Muhammad SAW
5. Mengetahui masa terakhir Nabi Muhammad SAW
BAB II
PEMBAHASAN
A. Periode Makkah
Sebelum Islam datang di tanah Arab, sebenarnya masyarakat Arab bukan tidak berkeyakinan mereka sudah memiliki keyakinan tertentu yang dikenal dengan Paganisme, mereka tidak mengingkari adanya Tuhan, tetapi umumnya mereka menggunakan perantara yaitu patung-patung atau berhala untuk menyembah Tuhan mereka.[1]
Orang-orang Arab juga hidupnya suka berpindah-pindah tempat atau yang disebut nomaden, mereka suka mengembara kemana-mana. Itu bisa dipahami karena kondisi alam bangsa Arab memang kebanyakan tandus dan kurang subur. Karena kondisi alam seperti inilah terkadang menjadikan mereka memiliki watak yang keras. Mereka suka berperang. Kaum laki-laki menjadi dominan dalam posisi ini, sehingga ketika mereka memiliki anak laki-laki mereka bangga, tetapi sebaliknya ketika mereka mendapatkan anak perempuan mereka merasa aib dan malu, karena tidak bisa diajak berperang, maka banyak yang mereka bunuh.Dalam kondisi masyarakat semacam itulah Nabi Muhammad diturunkan. Ayah Nabi Muhammad SAW beranama Abdullah Ibn Abdul Muthalib, sedangkan ibunya bernama Aminah Binti Wahab. Dia dilahirkan di kota Makkah pada tanggal 20 Agustus tahun 570 M.[2]
Dalam masa mudanya orang Quraisy menamakan “Shiddiq” (benar) dan “Amin” (jujur) dan beliau dihormati semua orang termasuk kepala-kepala suku di Makkah. Ketika beliau memulai tugas mengajak orang menuju jalan Allah, orang Quraisy mengutus ‘Uthah bin Rabi’ah untuk membuat kompromi. Ketka ‘Uthah bin Rabia’ah berbicara kemudian Rasulullah membacakan ayat kepadanya, ia kembali kepada orang-orang Quraisy dan berkata: “Terimalah nasihat saya dan jangan ganggu dia” orang-orang Quraisy berkata: “Ia telah menyihir engkau dengan lidahnya”.[3]
Dalam perjalanan hidupnya Muhammad sering menyendiri atau ber-khalwat, sebagaimana kebiasaan orang-orang Arab, khususnya orang-orang yang tergolong pemikir, sebagai upaya untuk mengetahui rahasia alam semesta. Usaha ini kemudian membuahkan hasil dengan turunnya wahyu pertama surat al-‘alaq : 1-5.[4]
Nabi Muhammad SAW kemudian diperintahkan oleh Allah SWT untuk mendakwahkan Islam kepada manusia. Tugas kerasulan sudah terletak dipundak beliau. Untuk mendakwahkan Islam itu Nabi melakukannya dengan sembunyi-sembunyi dan sangat berhati-hati, walaupun perintah ini cukup jelas dan tegas. Pada tahap rahasia ini, yang berlangsung selama ± 3 tahun, hanya beberapa orang saja yang masuk Islam. Mereka yang mula-mula masuk Islam, dalam sejarah dikenal dengan sebutan “Al-sabiqun al-awwalun”.[5]
Dalam tahap berikutnya, dakwah Nabi ditujukan kepada anak cucu keturunan Abdul Muthalib. Dengan demikian, sasaran dakwah sudah lebih luas dan terbuka. Upaya Rasulullah dalam rangka mendakwahkan Islam secara terang-terangan ini kemudian mendapat reaksi dari pihak kaum musyrik Quraisy.[6]Orang-orang musyrik Quraisy mulai melakukan penganiayaan dan penyiksaan kepada pengikut-pengikut Islam yang waktu itu jumlahnya masih sangat sedikit. Juga terjadi pemboikatan yang ditujukan kepada keluarga Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthoib yang melindungi Nabi SAW, pemboikatan ini berlangsung selama ± 3 tahun.[7] Tindakan kaum kafir quraisy terhadap Rasulullah dan kaum muslimin ini berakhir pada saat Rasulullah dan umat Islam melakukan hijrah ke Madinah.
B. Periode Madinah
Sebab utama yang membuat Nabi hijrah ke Madinah, yaitu :
Pertama, perbedan iklim dikedua kota itu mempercepat dilakukannya hijrah. Iklim Madinah yang lembut dan watak rakyatnya yang tenang sangat mendorong penyebaran dan pengembangan agama Islam.
Kedua, Nabi-Nabi umumnya tidak dihormati di Negara-Negaranya sehingga Nabi Muhammad pun tidak diterima oleh kaumnya sendiri. Akan tetapi disukai sebagai Nabi Allah.
Ketiga, tantangan yang Nabi hadapi tidaklah sekeras di Makkah.[8]
Dalam perjalanan hijrah itu, Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah pada tanggal 27 Septerber 822 M bertepatan dengan nhari senin tanggal 12 Rabiul Awal, yang kemudian oleh khalifah Umar bin Khattab ditetapkan sebagai tahun pertama hijrah.
Sebelum sampai ke Madinah, nabi singgah di Qubah dan mendirikan masjid yang pertama dalam sejarah islam di daerah itu. Kemudian melakukan sholat jum’at di masjid itu.
Dalam periode inilah Rasulullah benar-benar dapat membina masyarakat yang kondusif, sehingga di bawah kepemimpinan Rasulullah, Madinah menjadi wilayah yang diperhitungkan. Kepemimpinannya sebagai panglima perang pun juga teruji dalam beberapa peperangan yang di lakukannya, baik yang tergolong ghazwah ataupun sariyah, sampai dengan peristiwa fath Makkah yang monumental, yaitu peperangan tanpa pertumpahan darah.
Kemampuannya dalam mempersatukan umat islam dengan kebhinekaan kabilah dan suku, serta mempersaudarakannya adalah sebagai bukti misi risalah yang dibawanya berdimensi religius dan sosial politik.[9]
C. Peperangan dalam Islam
1. Gazwah Badr Al-Kubra
Waktunya : 17 Ramadhan tahun 2 H.
Tempatnya : Di dekat sebelah perigi kepunyaan seorang bernama Badr, antara Makkah dan Madinah. Peperangan ini dikenal dengan nama orang itu.
Sebabnya : Telah di terangkan bahwa kaum Quraisy telah mengusir kaum muslimin dari Makkah. Mereka berhijrah ke Madinah. kepergian mereka ke Madinah menyebabkan mereka kehilangan rumah dan harta.
2. Peperangan Uhud
Waktunya : Pertengahan Sya’ban tahun 3 H.
Tempatnya : Di kaki gunung Uhud yang terletak disebelah utara kota Madinah.
Sebabnya : Kekalahan yang diderita oleh Quraisy di peperangan badr adalah suatu pukulan yang hebat terasa oleh mereka.
3. Peperangan Ahzab ( Perang Khandaq )
Waktunya : Syawal tahun 5 H
Tempatnya : Disekitar kota Madinah, teristimewa dibagian uatara
Sebabnya : Peperangan Ahzab ( golongan-golongan ) – sebagai ditunjukkan oleh namanya itu adalah gabungan dari golongan-golongan yang berkumpul dari sana sini, dengan maksud hendak menumpas islam dan muslimin.
4. Peperangan Mu’tah
Waktunya : Ditahun 8 H
Tempatnya : Dekat desa Mu’tah, bagian utara Jazirah Arab.
Sebabnya : Perletakan senjata antara Quraisy dengan kaum Muslimin telah memberi kesempatan yang baik bagi Nabi dan kaum Muslimin untuk menjalankan dakwah.
5. Peperangan Menaklukan Kota Makkah
Waktunya : Tahun 8 H
Tempatnya : Makkah Al- Mukarramah
Sebabnya : Banyak peristiwa dan keadaan yang menolong dan membukakan jalan bagi kaum Muslimin untuk menaklukkan kota Makkah dengan mudah.
6. Peperangan Hunain dan Thaif
Peperangan Thaif adalah kelanjutan dari peperangan Hunain, karena kelompok-kelompok Huwazin dan Tsaqif sesudah dikalahkan di Wadi Hunain, lantas mengundurkan diri kebelakang dan berkumpul di Thaif, di sinilah mereka bertahan. Kaum Muslimin mengejar mereka dan terjadi lagi peperangan. Oleh karena itu, peperangan Hunain dan peperangan Thaif, biasanya dituturkan bersama-sama.
Waktunya : Tahun 8 H
Tempatnya : Wadi Hunain dan kota Thaif
Sebabnya : Adanya berbagai macam kekuatan yang berusaha menentang dan
membunuh islam. Kekuatan-kekuatan yang timbul susul-menyusul, ada kekuatan yang timbul mulai dari pagi sekali. Setelah mengalami kegagalan, timbullah pula kekuatan yang lain, dan demikianlah seterusnya.
7. Peperangan Tabuk
Waktunya : Tahun 9 H
Tempatnya : Kota Tabuk, di sebelah utara Jazirah Arab
Sebabnya : 3 orang panglima kaum Muslimin sudah syahid pada pertempuran Mu’tah. Akhirnya komando dipegang oleh Khalid ibnul Walid. Taktik mundur teratur dari Khalid dapat memperdayakan musuh dan memperkecil korban dari kaum Muslimin.[10]
D. Misi Dakwah Nabi Muhammad SAW
Misi dakwah Rasulullah dapat dibagi menjadi tiga tahapan :
1. Seruan terhadap perseorangan ( al-marhalah al-fardiyah )
Ini adalah fase yang pertama dari fase-fase seruan itu. pada fase ini Rasulullah menyeru keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang karib. Mereka diseru beliau kepada pokok-pokok agama islam, yaitu percaya kepada adanya Tuhan dan meninggalkan pemujaan kepada berhala.
Pada fase ini ada beberapa orang yang telah dapat menerima seruan Muhammad, yaitu : isteri beliau, Ali putra pamannya, dan Zaid sahaya beliau, Kemudian Rasulullah menyeru Abu Bakar. Perhubungan Nabi dengan Abu Bakar ini adalah amat erat, karena itu abu bakar pun segera iman kepada Nabi.
Banyak orang yang masuk islam dengan perantara Abu Bakar, mereka terkenal dengan nama Assabiqunal Awwalun ( orang-orang yang lebih dahulu masuk islam ), mereka ialah :Usman ibnu Affan, Zuber ibnu Awwam, Sa’ad ibnu Abi Waqqash, Abdur Rahmanibnu Auf, Thalhah ibnu Ubaidillah, Abu Ubaidah ibnul Jarrah dan Al Arqam ibnu Abil Arqam. Rumah Al Arqam ibnu Abil Arqam dijadikan markas seruan kepada agama baru itu. Disamping mereka disebutkan itu banyak pula hamba sahaya dan orang-orang miskin masuk islam.[11]
2. Seruan kepada kaum kerabat
Ini adalah fase kedua, fase ini dimulai oleh Rasulullah sesudah Tuhan menurunkan Firman-Nya : “ Beri ingatlah familimu yang dekat-dekat.” ( As Syu’ara 214 )
Maka Nabi menyeru Bani Abdul Muthalib, setelah mereka berkumpul berkatalah Nabi :
“ Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan dunia dan akhirat “.
Perkataan Nabi ini disambut dengan baik dan dibenarkan oleh sebagian mereka, tapi sebagian lagi mendustakannya. Abu Lahab paman Nabi sendiri sangat mendustakan demikian juga isteri Abu Lahab itu. Dalam fase ini Rasulullah mulai menyeru dengan terang-terangan kepada agama baru ini, maka terbentanglah jalan untuk fase ketiga.
3. Seruan secara terbuka ( al- Da’wah al-a’mmah ).
Tidak berapa lama turunlah firman Allah :
“ Jalankanlah apa yang telah disuruhkan kepadamu dengan tegas, dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik “ ( Al-Hijr : 94 ).
Sesudah ayat ini turun, mulailah Rasulullah menyeru segenap lapisan manusia kepada agama islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun lapisan hamba sahaya, begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang jauh. Mula-mulanya beliau menyeru penduduk Makkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Disamping itu beliau juga menyeru orang-orang dari bermacam-macam negeri yang berdatangan ke Makkah untuk mengerjakan haji.[12]
E. Masa Akhir Nabi Muhammad SAW
Kira-kira tiga bulan sesudah mengerjakan hijjatul wada’ itu Nabi menderita demam, berat juga penyakit beliau sehingga yiada kuasa beliau keluar untuk mengimami kaum Muslimin bersembahyang, maka disuruhlah Abu Bakar menggantikan beliau menjadi imam orang sembahyang.
Nabi merasa betapa cemasnya kaum Muslimin karena penyakit beliau, dan juga telah merasakan bahwa tiada lama lagi beliau akan menemui tuhan. Pada suatu hari, karena mengetahui bahwa kaum Muslimin berkerumun di masjid, berduka cita atas penyakit beliau, maka dengan dipapah oleh Abbas paman beliau, dan Ali ibnu Abi Thalib, beliau keluar menemui mereka.
Nabi duduk diatas mimbar pada anak tangga yang pertama, lalu kaum Muslimin yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar datang mengerumuni beliau. Lalu beliau berpidato :
“ Wahai manusia! saya mendengar bahwa kaum sekalian merasa cemas kalau-kalau Nabimu meninggal dunia. Pernahkah ada seorang Nabi yang dapat hidup selama-lamanya? Kalau ada, maka aku akan dapat pula hidup selama-lamanya! Saya akan menemui Tuhan, dan kamu akan menyusulku.” b
Kemudian Nabi mempercayakan Anshar kepada Muhajirin dan sebaliknya. Tak selang beberapa hari sesudah itu, dalam usia 63 tahun berpulanglah beliau kerahmatullah, yaitu pada hari Senin tanggal 13 Rabiul Awwal tahun 11 H. Peristiwa wafatnya Nabi ini amat besar kesan dan pengaruhnya kepada kaum Muslimin. Kendatipun mereka baru saja menerima fatwa-fatwa dari Nabi, namun pahlawan-pahlawan yang pemberani itupun panik juga, banyak diantara mereka yang tiada mempercayai berita wafatnya Nabi yang datang dengan tiba-tiba ini.
Umar ibnu Khattab tampil dan berpidato di muka khalayak, seraya berkata : “Ada orang menyatakan bahwa Muhammad telah wafat, Sesungguhnya, demi Allah beliau tidak wafat, hanya pergi menghadap Tuhannya, sebagaimana Nabi Musa pun pernah pergi menghadap Tuhan. Demi Allah Rasulullah SAW akan kembali...”
Peristiwa wafat Nabi sampai kepada Abu Bakar, maka dengan segera beliau datang menjenguk dan terus masuk ke kamar Rasulullah. Disana, dilihatnya Rasulullah sedang dibujur, maka dibukanya kain yang menutupi muka Rasulullah lalu diciumnya, seraya berkata : “Alangkah baiknya engkau di waktu hidup dan di waktu mati, jika engkau tiada melarang kami menangis kami curahkan air mata kami.”
Kemudian Abu Bakar pergi kepada orang banyak yang sedang berkerumunan itu, untuk menenangkan dan menghilangkan kebingungan yang sedang menimpa mereka. Abu Bakar berpidato dihadapan mereka,beliau berkata : “ Wahai manusia! Barang siapa memuja Muhammad, Muhammad telah mati, tetapi siapa yang memuja Tuhan, Tuhan hidup selama-lamanya, tiada mati-matinya”. Mendengar pidato Abu Bakar yang tegas ini mereka pun jadi sadar. Kemudian Nabi di sembahyangkan, berduyun-duyun manusia menyembahyangkan beliau, lalu beliau di makamkan ditempat beliau wafat.
Muhammad meninggal dunia sesudah beliau dapat menghidupkan sinar cahaya di alamyang diselubungi gelap gulita. Beliau berpulang sesudah menyebarkan keadilan yang di masa itu lemah dan tiada berdaya. Beliau telah mencanangkan persamaan hak, di waktu sistem hidup berkasta-kasta menjadi dasar kebudayaan di seluruh dunia.
Nabi Muhammad SAW telah wafat, tetapi ajarannya kekal dan abadi, dan senantiasa mengirimkan sinar cahayanya keseluruh tempat untuk memberi petunjuk kepada orang sesat dan kesasar.
Zaman dan masa silih berganti, pada saat itu agama Islam tetap dalam kemegahan dan kebesarannya. Dari sumber-sumbernya yang tidak kunjung kering, mengalir prinsip-prinsip dan dasar-dasar yang murni yang akan memberi makanan dan jiwa kepada kebudayaan-kebudayaan yang tinggi.[13]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nabi Muhammad dilahirkan pada tanggal 20 April 571 M, ayahnya bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah.
Dalam masa mudanya orang Quraisy menamakan “Shiddiq” (benar) dan “Amin” (jujur) dan beliau dihormati semua orang termasuk kepala-kepala suku di Makkah. Ketika beliau memulai tugas mengajak orang menuju jalan Allah, orang Quraisy mengutus ‘Uthah bin Rabi’ah untuk membuat kompromi. Ketika ‘Uthah bin Rabia’ah berbicara kemudian Rasulullah membacakan ayat kepadanya, ia kembali kepada orang-orang Quraisy dan berkata: “Terimalah nasihat saya dan jangan ganggu dia” orang-orang Quraisy berkata: “Ia telah menyihir engkau dengan lidahnya”.Muthalib. Dengan demikian, sasaran dakwah sudah lebih luas dan terbuka. Upaya Rasulullah dalam rangka mendakwahkan Islam secara terang-terangan ini kemudian mendapat reaksi dari pihak kaum musyrik Quraisy.
Kemampuannya dalam mempersatukan umat islam dengan kebhinekaan kabilah dan suku, serta mempersaudarakannya adalah sebagai bukti misi risalah yang dibawanya berdimensi religius dan sosial politik.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas dimengerti, dan kurang lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima dihati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabi.
2. Jirzi Zaidan,Tarikh Tamaddun al-islam, jus I ( Beirut: Maktabat Harjat, Beirut, tt).
3. Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Prasada.
4. Haekal, Muhammad Husen. 1990. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta : Litera Antarnusa.
5. Ishaq, Ibnu. Sirah Al-nubuwwah.
6. Fuadi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : Teras.
7. Syalabi, A. 2000. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1. Jakarta : PT. Al-Husna Zikra.
Profil Pemakalah
1.
Nama : Nokus Yassar Arkan
TTL : Pekalongan, 29 juni 1996
Alamat : kutosari, Doro
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
Jurusan : Syariah dan Ekonomi Islam
2.
Nama : Krismanda Adelia Sabila
TTL : Pekalongan, 15 juli 1998
Alamat : Binagriya Pekalongan
Semester : 2
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
Jurusan : Syariah dan Ekonomi Islam
3.
Nama : Azza Faradila
TTL : Batang, 23 Agustus 1998
Alamat : Bandar, Batang
Semester : 2
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
Jurusan : Syariah dan Ekonomi Syariah
[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Prasada,2000), hlm.16.
[2]Muhammad Husen Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta:Litera Antarnusa,1990),hlm.49.
[3]Ibnu Ishaq, Sirah al-Nubuwwah (T.tp., Mathba’ah Ali Shabih, t.t. Vol. I), hlm.133-134.
[4]Lihat Qs Al-Alaq :1-5.
[5] Ibnu Hisyam, Sirah al-Nabi, hlm.158-166
[6] Jirzi Zaidan,Tarikh Tamaddun al-islam, jus I ( Beirut: Maktabat Harjat, Beirut, tt), hlm. 38-39
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm 23.
[8] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, hlm13.
[9] Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, hlm.14.
[10] A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, hlm.167-210.
[11]Ibnu Hizjam 1 :165
[12]A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, hlm.84-86.
[13] Ibid, hlm. 219-222
Tidak ada komentar:
Posting Komentar