KEAJIBAN BELAJAR SPESIFIK
Amalia
Rizki Islami
NIM. (2117372)
Kelas : L
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
PEMBAHASAN
A. Ilmu
dan Profesional
1.
Pengertian
Ilmu
Ilmu
sudah menjadi kata Indonesia sehari-hari. Dalam bahasa Jawa juga dikenal
istilah ngelmu. Keduanya berasal dari
kata yang sama, ilm kata yang berasal
dari bahasa Arab. Dalam pengertian sehari-hari, yang pertama berkaitan dengan
pengetahuan umum, sedangkan yng kedua dengan soal-soal kebatinan. “llmu” yang
padanannya dalam bahasa Inggris adalah science.
Pada umumnya, ilmu didefinisikan
sebagai jenis pengetahuan, tapi bukan sebarang pengetahuan, melainkan
pengetahuan yang diperoleh dengan cra-cara tertentu berdasarkan kesepakatan
diantara para ilmuwan. Ilmu ini pada umumnya dibagi menjadi tiga bidang:
ilmu-ilmu pasti dan alam, ilmu-ilmu social, dam humaniora. Diantara ketiganya,
yang benar-benar diakui paling “ilmiah” atau benar-benar science adalah yang pertama.
Dari sudut pandang Indonesia, kata
“ilmu” seperti halnya kata science
dalam bahasa Inggris, juga berasal dari bahsa Arab. Ilmu berasal dari ilm, maklum,
alim-ulama. Dalam bahasa Arab alima sebagai
kata kerja, berarti tahu dan mengetahui. Ilmu sebagaimana halnya science berarti juga pengetahuan.[1]
2.
Pengertian
Profesi dan Profesional
Dalam
kehidupan sehari-hari kata profesi (profession)
sering diartikan sama dengan pekerjaan (work
atau occupation), profesinya adalah guru, dokter, hakim, petani, pedagang,
tukang las, tukang bangunan, dsb. Guru, dokter dan hakim betul merupakan suatu
profesi, karena sebelum melaksanakan tugas tersebut, dipersiapkan dulu dalam
pendidikan tinggi khusus yang cukup lama dan intensif. Petani dan pedagang yang
omzetnya sangat besar mungkin juga merupakan profesi, karena mereka juga
sebelumnya dipersiapkan (mempersiapkan diri) pada pendidikan tinggiyang khusus
dalam bidang pertanian dan perdagangan atau mungkin juga petani dan pedagang
besar, menjadi petani dan pedagang karena pengalaman saja tanpa belajar secara
intensif.
Demikian
juga dengan tukang las dan tukang bangunan, kecuali arsitek tentunya, karena
arsitek dipersiapkan melalui pendidikan tinggi yang cukup lama dan intensif.
Pertukangan las dan pertukangan bangunan, merupakan pekerjaan bukan profesi.
Keahlian mereka mungkin sampai tingkat mahir (skillful). Mereka mungkin pernah mengikuti pendidikan kejuruan
tetapi hanya sampai pendidikan menengah (SMK), dan yang lain menjadi tukang
karena semata-mata belajar dari pengalaman. Profesi bukan sekedar pekerjaan,
tetapi bidang keahlian dengan kualifikasi kompetensi-kecakapan standar.
Pelaksanaan tugas-tugas profesi membutuhkan tingkat penguasaan ilmu yang cukup
tinggi, tidak bisa hanya pada tingkat mengetahui dan terampil.
Profesi
ini terkait erat dengan professional, kalau profesi berkenaan dengan bidang
keahliannya maka professional berkenaan dengan tingkat kemampuan, kecakapan
atau kompetensi dan cara kerjanya. Suatu profesi harus dikerjakan secara
professional, walaupun mungkin saja seseorang mengerjakannya secara tidak
professional, suatu profesi tidak dikerjakan secara professional, mungkin
karena memang yang mengerjakannya tidak memiliki kemampuan, kecakapan atau
kompetensi profesional, tetapi kinerja atau cara kerjanya tidak professional.
Pendidikan profesi merupakan suatu program pendidikan formal yang disediakan atau diikuti untuk menjadi seorang
professional dalam suatu bidang profesi tertentu.[2]
B.
Dalil mengembara menuntut ilmu agar Profesional
Pengembaraan Untuk Menuntut Ilmu, (QS.
Al-Ankabut 29: 19-20)
(19)
يَسِيرٌاللَّهِ عَلَىذَلِكَإِنَّ يُعِيدُهُثُمَّ الْخَلْقَاللَّهُيُبْدِئُكَيْفَ يَرَوْاأَوَلَمْ
قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ
بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأٓخِرَةَۚ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٠
19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya
(kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. Katakanlah: "Berjalanlah di
(muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Allah SWT berfirman,
menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. bahwa Ibrahim memberi petunjuk kepada
kaumnya untuk membuktikan adanya hari bangkit yang mereka ingkari melalui apa
yang mereka saksikan dalam diri mereka sendiri. Yaitu bahwa Allah SWT
menciptakan yang pada sebelumnya mereka bukanlah sesuatu yang disebut-sebut (
yakni tiada ). Kemudian mereka ada dan menjadi manusia yang dapat
mendengar dan melihat. Maka Tuhan yang memulai penciptaan itu mampu
mengembalikannya menjadi hidup kembali, dan sesungguhnya mengembalikan itu
mudah dan ringan bagi-Nya.
Kemudian Ibrahim memberi
mereka petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu yang mereka saksikan
di cakrawala, berupa berbagai macam tanda- tanda kekuasaan Allah yang telah
menciptakan-Nya. Yaitu langit dan bintang-bintang yang ada padanya, baik yang
bersinar maupun yang tetap beredar. Juga bumi serta lembah-lembah,
gunung-gunung yang ada padanya, dan tanah datar yang terbuka dan hutan-hutan,
serta pepohonan dan buah-buahan, sungai-sungai dan lautan, semua itu
menunjukkan statusnya sebagai makhluk, juga menunjukkan adanya yang
menciptakannya, yang mengadakannya serta memilih segalanya.[3]
C. KeistimewaanIlmu
dan Profesional
Perintah berjalan
kemudian dirangkai dengan perintah melihat seperti firman-Nya,ini
mengisyaratkan perlunya melakukan apa yang diistilahkan dengan wisata
ziarah. Dengan perjalan manusia dapat memperoleh suatu pelajaran dan
pengetahuan dalam jiwanya yang menjadikannya menjadi manusia terdidik dan
terbina, seperti dia menemui orang-orang terkemuka sehingga dapat memperoleh
manfaat dari pertemuannya dan yang lebih terpenting lagi ia dapat menyaksikan
aneka ragam ciptaan Allah.[4]
Dengan melakukan
perjalanan di bumi seperti yang telah diperintahkan dalam ayat ini, seseorang
akan menemukan banyak pelajaran yang berharga baik melalui ciptaan Allah yang
terhampar dan beraneka ragam maupaun dari peninggalan-peninggalan lama yang
masih tersisa puing-puingnya.
Islam secara mutlak
mendorong para pengikutnya untuk menuntut ilmu sejauh mungkin, bahkan sampai ke
negeri Cina. Nabi menyatakan bahwa jauhnya letak suatu Negara tidaklah menjadi
masalah, sebagai ilustrasi unik terhadap kemuliaan nilai ilmu pengetahuan.
Siapaun sepakat hadits Nabi yang berbunyi Utlub al ‘ilm walau kana bi al shin,
menekankan betapa pentingnya mencari ilmu lebih-ilmu agama yang dikategorikan Imam
Ghozali sebagai fardlu ‘ain.[5]
PENUTUP
Kesimpulan :
ilmu didefinisikan sebagai jenis
pengetahuan, tapi bukan sebarang pengetahuan, melainkan pengetahuan yang
diperoleh dengan cra-cara tertentu berdasarkan kesepakatan diantara para ilmuwan.
Pendidikan profesi merupakan suatu program
pendidikan formal yang disediakan atau
diikuti untuk menjadi seorang professional dalam suatu bidang profesi tertentu.
Dengan perjalan manusia
dapat memperoleh suatu pelajaran dan pengetahuan dalam jiwanya yang
menjadikannya menjadi manusia terdidik dan terbina, seperti dia menemui
orang-orang terkemuka sehingga dapat memperoleh manfaat dari pertemuannya dan
yang lebih terpenting lagi ia dapat menyaksikan aneka ragam ciptaan Allah.
Islam secara mutlak
mendorong para pengikutnya untuk menuntut ilmu sejauh mungkin, bahkan sampai ke
negeri Cina.
DAFTAR
PUSTAKA
Efendi,
Arif Hidayat. 2019. Al-Islam Studi
Al-Quran (Kajian Tafsir Tarbawi). Sleman: Deepublish
Sukmadinata,Nana Syaodih. 2007.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Isma’il,
Al Imam Abul Fida. 2004.Tafsir Ibnu Kasir
Bandung: Sinar Baru Algensindo
Shihab,M. Quaisy. 2002.Tafsir al-Misbah Vol 15. Jakarta:
Lentera Hati
Mas’ud,Abdurrahman. 2002. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik. Yogyakarta: Gama Media
BIODATA DIRI
Nama : Amalia
Rizki Islami
Tempat,
Tanggal Lahir : Batang, 27 Juli
1993
Alamat
: Ds.
Klidang Lor Batang
Status : Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa, Ibu
Rumah Tangga
No. Hp : 087776160333
[1] Arif Hidayat Efendi, Al-Islam
Studi Al-Quran (Kajian Tafsir Tarbawi),(Sleman: Deepublish: 2016), hlm. 1-2
[2]Nana Syaodih Sukmadinata, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta:
Grasindo, 2007), hlm. 393
[3]Al Imam Abul Fida Isma’il
Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), hlm.722-723
[4] M. Quaisy Shihab,Tafsir al-Misbah Vol 15 (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hlm. 468
[5]Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik (Yogyakarta:Gama Media,
2002), hlm.24-25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar