OBJEK PENDIDIKAN INDIRECT
Q.S AL MU’MINUN (23):96
M. FITRA ZAFNAT P
NIM. 2117335
Kelas L
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2018
PEMBAHASAN
1.
Pendidikan di Masyarakat
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Para pendidik
umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang mempengaruhi pendidikan anak
didik adalah keluarga, kelembagaan pendidikan, dan lingkungan masyarakat.
Keserasian antara dampak yang positif bagi perkembangan anak, termasuk dalam
pembentukan jiwa keagamaan mereka.
Selanjutnya, karena asuhan terhadap pertumbuhan anak harus
berlangsung secara teratur terus-menerus. Oleh karena itu, lingkungan
masyarakat akan memberi dampak dalam pembentukan pertumbuhan itu. Jika
pertumbuhan fisik akan berhenti saat anak mencapai usia dewasa, namun
pertumbuhan psikis akan berlangsung seumur hidup. Dalam kaitan ini pula
terlihat besarnya pengaruh maasyarakat terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan
sebagai bagian dari aspek kepribadian yang terintegrasi dalam pertumbuhan
psikis. Jiwa keagamaan yang memuat norma-norma kesopanan tidak akan dapat
dikuasai hanya dengan mengenal saja. Menurut Emerson, norma-norma kesopanan
pula pada orang lain.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas dapat diartikan bahwa
pembentukan nilai-nilai kesopanan atau nilai-nilai yang berkaitan dengan
aspek-aspek spiritual akan lebih efektif jika seseorang berada dalam lingkungan
yang menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Di lingkungan masyarakat santri barangkali akan lebih memberi
pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan dibandingkan dengan masyarakat lain
yang memiliki ikatan yang longgar terhadap norma-norma keagamaan. Dengan
demikian, fungsi dan peran masyarakat dalam pembentukan jiwa keagamaan akan
sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma
keagamaan itu sendiri.[1]
2.
Tafsir surat
a)
Di dalam qur’an surah Al-Mu’minun ayat 96 Allah memberikan tuntunan
kepada Rasulnya supaya menangkis dan menolak segala sifat jahat yang dilakukan
mereka itu dengan cara yang baik. Betaapun kejahatan mereka, sampai mereka
mengatakan bahwa Tuhan Allah beranak. Allh berserikat dengan tuhan yang lain,
namun tuhan lebih tau keadaan mereka yang sebenarnya.
“ Tuhan lebih
tau “ akan isi kandungan hati mereka. Betapapun perdayaan syaithan atas diri
mereka atau kebodohan sehingga membicarakan tentang tuhan Allah idak dengan
fikiran yang sehat, namun dalam hati sanubari mereka masih tersimpan suatu
kemurnian jiwa yng dapat dibersihkan oleh tuntunan yang baik. Dan sejarah
kemudian pun telah menunjukan bahwa orang-orang Quraisy yang dahulu menjadi
musuh besar Nabi Muhammad sa. Itu telah menjadi tiang agung islam, dasar
pertama dari pengebangan islam ke seluruh dunia.
Di dalam surah
Al fussilat ayat 34 Allah berfirman kepada Nabi Muhammad
betapa cara menghadapi
mereka,
وَلَا تَسْتَوِي
الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي
بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
34. Dan tidaklah sama
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia.[2]
b) Tafsir Al-maragi
Allah memberikan petunjuk apa yang seyogyanya beliau perbuat
terhadap mereka jika menapat penganiyaan dari mereka, di dalam Qs Al Mu’minun
ayat 96:
ادْفَعْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ ۚ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ
Tolaklah kejahatan darimu dengan perbuatan yang lebih baik dengan
memaafkan kejahatan mereka, bersabar atas penganiyaan dan pendustaan mereka
terhadap ajaran yang kamu bawa kepada mereka dari sisi Tuhanmu. Sesungguhnya
kami telah mengetahui tentang apa yang mereka sifatkan. Kedustaan yang mereka
ada-adakan terhadap kami dan perkataan
buruk yang mereka lontarkan tentang dirimu, kemudian kami akan memeberi
balasan kepada mereka atas semua yang mereka katakan itu. Oleh sebab itu
hendaklah perkataan mereka itu tidak membuat bersedih hati dan bersabarlah dengan kesabaran yang baik.
Diriwayatkan , bahwa Anas ra.berkata tetang ayat ini: seseorang
berkata kepada saudaranya tentang sesuatu yang tidak adapadanya. Maka saudara
itu berkata “ jika kamu berdusta maku aku memohon agaar Allah mengampuni,
tetapi jika kamu benar maka kau memohon agar Allah mengampuniku”.
Setelah mendidk Rasulnya , untuk menolak kejahatan dengan cara yang
lebih baik, selanjutnya Allh membimbingnya kepada sesuatu yang menguatkan
perbuatan baik itu.
( وَقُلْ رَّبِّ
اَعُوْذُبِكَ مِنْ هَمَزَتِش الشَّيَطِيْنِ وَاَعُوْذُبِكَ رَبِّ اَيَّحْضُرُونِ )
Katakanlah : Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dai
kedatangan setan-setan kepadaku dengan bisikan mereka atau dengan mengurus
musuh-musuh mu kepadaku untuk menganiyaya aku.
Demikianlah, hendaknya kaum mu’minin berdoa. Rasulullah saw, telah
memohon perlindungan kepada Allah agar tidak kedatangan setan-setan dalam
perbuatan apa pun yang dikerjakan, terutama ketika mengerjakan salat, membaca
Al-Qur’an.[3]
Daftar Pustaka
1. http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2016/11/tt1-c-10a-masyarakat-sebagai-objek.html
2. Mustafa Al-Maragi, Ahmad. Tafsir Al-Maragi,
(Semarang:Pt KaryaToha Putra,1985) hlm 98-99
3. Syaikh AbdulMalik, Tafsir Al-Azhar Juz XVIII(Surabaya;YayasanLatimojong)hlm
100-101
[1] http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2016/11/tt1-c-10a-masyarakat-sebagai-objek.html
[2] Syaikh AbdulMalik, Tafsir Al-Azhar Juz XVIII(Surabaya;YayasanLatimojong)hlm
100-101
[3] Mustafa Al-Maragi, Ahmad. Tafsir Al-Maragi, (Semarang:Pt
KaryaToha Putra,1985) hlm 98-99
Tidak ada komentar:
Posting Komentar