Masjid Sebagai Pusat Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Mata kuliah: Hadits Tarbawi II
Oleh:
Naili
Nikmah
NIM: 2021113153
Kelas : F PAI
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN )
PEKALONGAN
2015
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah tuhan seluruh
alam yang menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang
yang berakal. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Tak ada kata yang lebih mulia
kecuali ungkapan rasa syukur kehadirat Allah swt. Atas segala kekuatan yang
telah di limpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah Hadits
Tarbawi II yang berjudul “masjid sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan”
Secara garis besar isi makalah ini
adah tentang fungsi masjid sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan sejak
zaman nabi sampai sekarang.
Penulis berharap hasil makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Sebagai manusia mungkin penulisan makalah ini jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik penulis harapkan dari
pembaca untuk penyempurnaan dikemudian hari.
Pekalongan, 19 Februari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lembaga merupakan tempat berlangsungnya
pelaksanaan pendidikan. Keberadaaan lembaga pendidikan sangat penting, karena
dengan keberadaan lembaga akan dapat memaksimalkan proses pembelajaran. Lembaga
juga berfumgsi sebagai tempat yang nyaman bagi para penuntut ilmu pengetahuan
dan para pendidik. Pada masa rasulullah paling tidak ada empat macam lembaga
pendidikan yaitu rumah sahabat, kuttab, mesjid dan suffat.
Sebagai umat islam, kita semua yakin bahwa
masjid merupakan rumah allah serta tempat beriadat yang paling mulia, dan
merupakan satu syiar yang melambangkan wujudnya masyarakat islam dan perpaduan
ummat. Sehingga, kita sebagai umat islam harus menghayati fungsi dan peranan
masjid salah satunya yaitu masjid sebagai pusat ilmu pengetahuan. Oleh
karenanya, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang masjid sebagai pusat
pendidikan dan ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Secara akar
katanya masjid berasal dari bahasa arab sajada-yasjudu yang artinya sujud. Dalam konteks yang lebih
luas sujud merupakan sebuah ekspresi dari kepatuhan dan ketaatan seorang hamba
kepada tuhannya. Istilah sujud ini kemudian memiliki konteks yang lebih khusus
sebagai salah satu gerakan dalam salat. Dalam salat sujud dipahami sebagai
meletakkan dahi, kedua tangan, lutut dan kaki ke permukaan bumi. Hal inilah
yang melahirkan istilah masjid yang berarti tempat sujud atau dalam konteks
yang lebih luas sebagi tempat salat. Masjid juga disebut sebagai baitullah atau
rumah Allah untuk menunjukkan kesucian dan peranan bangunan ini sebagai tempat
ibadah.[1]
Namun, pada
zaman Rasulullah masjid tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah tetapi juga
sebagi pusat pendidikan islam dilingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan
penjelasan Dr. Asma Hasan Fahmi bahwa masjid dapat dianggap sebagai lembaga
ilmu pengetahuan yang tertua dalam islam. Dalam masjid inilah dimulai
mengajarkan al-Quran dan dasar-dasar agama islam pada masa Rasulullah saw.
Disamping tugasnya yang utama sebagai tempat untuk menunaikan salat dan ibadah.
[2]
Masjid sebagai
tempat pendidikan biasanya pendidikan yang diberikan adalah pendidikan agama
seperti pelajaran al-quran, salat dan akhlak. Biasanya penddikan ini diberikan
oleh mudin, lebai, ataupun kiai. Evaluasi biasanya diberikan secara lisan dan
klasik.
B.
Teori pendukung
Mencari ilmu
merupakan bagian integral dari doktrin dan tradisi islam. Dalam doktrin islam
disebutkan tentang kewajiban mencari ilmu bagi setiap muslim. Disini masjid
merupakan institusi penting dalam proses institualisasi pendidikan islam. J.
Pedersen dan george makdisi dalam ecyclopedia of islam menyebutkan bahwa masjid
yang didalamnya dilaksanakan majelis dengan pembelajaran al-quran sebagai
materi utama merupakan pusat
pembelajaran yang muncul paling awal.[3]
Ketika Rasulullah
di kota mekkah lembaga pendidikan dipusatkan kepada rumah sahabat dan kuttab,
setelah Rasulullah dan para sahabat hijrah agenda pertama yang dilakaukan nabi
adalah membnagun masjid. Masjid pertama yang didirikan adalah masjid Quba. Hal
ini menunjukkan betapa pentingnya masjid dalam kehidupan kaum muslimin, yakni
bahwa masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah ritual saja, tetapi juga sebagai
pusat segala aktivitas masyarakat islam, baik dalam bidang keagamaan maupun
keduniaan. Dengan demikian pusat pendidikan yang awalnya berpusat di Dar Al
Arqam dan rumah nabi dipindahkan ke masjid.
Muhammad Munir
Musi mengatakan bahwa fungsi masjid pada era awal bukan hanya sebagai tempat
ibadah, tetapi juga sebagai tempat ibadah, aakan tetapi masjid juga berfungsi
sebagai pusat berbagai kegiatan kaum mulimin, seperti kegiatan politik, sosial,
kebudayaan, peradaban dan keagamaan. Masjid juga memiliki fungsi sebagai tempat
salat, papan informasi yang berkaitan dengan kemaslahan umum. Setelah Rasulullah
saw di madinah beliau mendirikan masjid nabawi berfungsi sebagai islamic
center. Seluruh aktivitas muslimin dipusatkan ditempat ini, mulai dari tempat
pertemuan, markas besar tentara, pusat pendidikan, pelatihan juru dakwah hingga
baitul mal.
Selanjutnya,
menurut Imam Al-Yusi sebagai dikutip oleh maliki, bahwa pengajaran dalam bentuk
tadris, asal mulanya adalah apa yang dilakukan oleh nabi saw pada
majlis-majlisnya bersama para sahabat didalam menjelaskan hukum-hukum,
hikmah-hikmah, menafsirkan quran dan sebagainya. Dalam majlis-majlis itu mereka
berkumpul disamping beliau. Ini adalah tradisi halaqat (membentuk lingkaran)
ilmu yang senantiasa diterapkan para ulama kini. Selanjutnya, materi pelajaran
yang diajarkan dimasjid adalah masalah-masalah keagamaan, peringatan kepada
manusia tentang hari akhir dan ilmu-ilmu agama lainnya.
Dilanjut oleh Muhammad
Amahzun, ia menjelaskan bahwa aktivitas yang paling menonjol dan erat kaitannya
dengan masjid adalah pengajaran. Sebab, salah satu fungsi dari masjid adalah
tempat kaum muslimin menuntut ilmu dan memperdalam agama mereka.[4]
Pada masa Rasulullah
masjid dijadikan sebagai Islamic Center tempat membina hubungan manusia
dengan Allah swt dan hubungan manusia dengan manusia.[5]
Jadi,
berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa masjid merupakan pusat
pendidikan dan ilmu pengetahuan pada masa Rasulullah. Di dalam masjid umat
belajar kepada Rasulullah beliau langsung sebagai pendidik utama. Para sahabat
mempelajari berbagai bidang ilmu agama kepada Rasulullah SAW.
C.
Materi Hadits
حَدَّثَنَا
الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ
حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ قَال سَمِعْتُ أَبِي
بُرَيْدَةَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَخْطُبُنَا إِذْ جَاءَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ عَلَيْهِمَا قَمِيصَانِ
أَحْمَرَانِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمِنْبَرِ فَحَمَلَهُمَا وَوَضَعَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ
ثُمَّ قَالَ صَدَقَ اللَّهُ { إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ } فَنَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ
الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ
حَدِيثِي وَرَفَعْتُهُمَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
إِنَّمَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ الْحُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ
Terjemahan :
Telah
menceritakan kepada kami [Al Husain bin Huraits] telah menceritakan kepada kami
[Ali bin Husain bin Waqid] telah menceritakan kepadaku [ayahku] telah
menceritakan kepada kami [Abdullah bin Burdah] dia berkata; Aku mendengar
ayahku [Buraidah] berkata; "Ketika Rasulullah shallAllahu 'alaihi wasallam
sedang berkhutbah, lalu datanglah Hasan dan Husain yang memakai baju merah.
Keduanya berjalan lalu terjatuh, kemudian Rasulullah shallAllahu 'alaihi
wasallam turun dari mimbar dan menggendong keduanya kemudian beliau bersabda:
"Maha benar Allah atas firman-Nya: "Sesungguhnya hartamu dan
anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan." (QS Al-Anfaal (8): 28). Aku melihat
kedua anak ini terjatuh dalam kedua bajunya, maka aku tidak sabar hingga aku
memotong pembicaraanku lalu aku menggendong keduanya." Abu Isa berkata;
"Hadits ini adalah hadits hasan gharib, kami hanya mengetahui (riwayat
ini) dari hadits Al Husain bin Waqid."[6]
D.
Refleksi Hadits dalam Kehidupan
Dapat
kita rasakan sekarang ini fungsi masjid telah bergeser dari zaman nabi yang
tadinya berfungsi sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan sekarang masjid hanya
berfungsi sebagai tempat ibadah saja, seperti salat dan mengaji.
Sekarang,
masjid dianggap sebagai tempat yang suci, dalam tanggapan muslim masjid itu
adalah tempat ibadah, tempat soal akhirat saja. Soal-soal dunia bukanlah
dimasjid tempatnya. Karena soal-soal kebudayaan disingkirkan dari masjid,
putuslah hubungan antara ibadah dan kebudayaan, akhirat dan dunia. Maka akhirat
tidak dapat lagi mengendalikan kebudayaan.[7]
Akan
tetapi, agar fungsi dari masjid lebih efektif, masjid dapat menyediakan fasilitas-fasilitas
terjadinya proses belajar mengajar. Fasilitas yang diperlukan adalah:
1.
Perpustakaan,
yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagai disiplin keilmuan;
2.
Ruang diskusi,
yang digunakan untuk berdiskusi sebelum dan sesudah shalat berjamaah.Program
inilah yang dikenal dengan istilah “i'tikaf ilmiah”. Langkah-langkah praktis yang
ditempuh dalam operasionalisasinya adalah memberikan perencanaan terlebih
dahulu dengan menampilkan beberapa pokok persoalan yang akan dibahas. Setelah
berkumpul para audiens (makmum), diskusi dapat dimulai pada ruang yang telah
tersedia. Kira-kira sepuluh sampai lima belas menit sebelum shalat berjamaah,
diskusi dihentikan dan kemudian beralih pada “i'tikaf profetik” (dzikir).
Sebaliknya, jika diskusi ini dilakukan seusai shalat berjamaah, i'tikaf
profetik didahulukan dan kemudian diganti dengan i'tikaf ilmiah. Agar tak
terlalu menjemukan diskusi ini dilakukan dua atau tiga minggu sekali;
3.
Ruang kuliah,
baik digunakan untuk training (tadrib) remaja masjid, atau juga untuk madrasah
diniyah Omar Amin Hoesin memberi istilah ruang kuliah tersebut dengan sekolah
masjid. Kurikulum yang disampaikan khusus mengenai materi-materi keagamaan
untuk membantu pendidikan formal, yang proporsi materi keagamaannya lebih minim
dibandingkan dengan proporsi materi umum;[8]
Dengan disediakan
fasilitas-fasilitas terebut diharapkan fungsi masjid kembali seperti pada zaman
Rasulullah yaitu sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan.
E.
Aspek Tarbawi
Fungsi
edukatif masjid pada awal pembinaan Islam, masjid merupakan lembaga
pendidikan Islam. Yakni tempat manusia dididik agar memegang teguh keimanan,
cinta kepada ilmu pengetahuan, mempunyai kesadaran sosial yang tinggidan mampu
melaksanakan hak dan kewajiban dalam negara Islam. Masjid dibangun guna
merialisasikan ketaatan kepada Allah, mengamalkan syariat Islam dan menegakkan
keadilan.
Pendek
kata, masjid itu sebagai pusat kerohanian, sosial, budaya dan politik, sehingga
masjid disebut sebagai baitullah atau rumah Allah artinya untuk memasuki
masjid itu tidak dibutuhkan izin. Apakah untuk beribadah atau belajar atau
untuk maksud-maksud baik lainnya. Masjid
merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Sebab akan terlihat
hidupnya sunnah-sunnah Islam, menghilangnya bid’ah-bid’ah, dan menghilangnya
stratafikasi rasa dan status ekonomi dalam pendidikan.[9]
BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan sebelumnya dapat
kita simpulkan bahwa fungsi awal atau fungsi masjid pada zaman Rasulullah
masjid tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagi pusat
pendidikan islam dilingkungan masyarakat. Masjid dapat dianggap sebagai lembaga
ilmu pengetahuan yang tertua dalam islam. Dalam masjid inilah dimulai
mengajarkan al-Quran dan dasar-dasar agama islam pada masalah Rasulullah saw.
Disamping tugasnya yang utama sebagai tempat untuk menunaikan salat dan ibadah.
Agar fungsi masjid menjadi pusat
pendidikan dan ilmu pengetahuan maka perlu disediakan fasilitas penunjang
pendidikan di masjid, seperti perpustakaan, tempat diskusi dan tempat kuliah. Dengan
disediakan fasilitas-fasilitas terebut diharapkan fungsi masjid kembali seperti
pada zaman Rasulullah yaitu sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
N.
Handrayant,Aisyah.2010.Masjid Sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat Integrasi Konsep
HabluminAllah, Habluminannas Dan
Habluminal’alam.Malang:Uin Maliki Press.
Mas’ud,Abdurrahman,
dkk.2012.Paradigma Pendidikan Islam.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Subkhan,
Arief.2012. Lembaga Pendidikan Islam Abad Ke-20.Jakarta:Kencana Prenada
Grup.
Samsul
Nizar Dan Zaenal Efendi Hasibuan.2011. Hadits Tarbawi.Jakarta:Kalam
Mulia.
Supardi.2001. Konsep Manajemen
Masjid.Yogyakarta:UII Press Yogyakarta.
Zuhri,
Mohammad .1992.Terjemahan Sunan At-Tirmidzi Jilid V.Semarang:As Syifa’.
Gazalba,Sidi.1989.
Masjid Pusat Ibadat Dan Kebudayaan Islam.Jakarta:Pustaka Al-Husna.
Http://Rizkiagustriana.Blogspot.Com/2010/06/Masjid-Sebagai-Lembaga-Pendidikan-Islam.Html Diakses
tanggal 16 Januari.
Biodata Penulis
Nama : Naili Nikmah
Nim : 2021113153
Hobi : menonton film dan bersepeda
Motto : “Selalu Berusaha dan Berdoa adalah Kunci
Kesuksesan”
[1] Aisyah N. Handrayant,
Masjid Sebagai Pusat Pengembangan
Masyarakat Integrasi Konsep HabluminAllah, Habluminannas Dan Habluminal’alam,(Malang:Uin
Maliki Press,2010) hlm. 18-19
[2] Abdurrahman Mas’ud,dkk,
Paradigma Pendidikan Islam,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001) hlm. 51-52
[3] Arief Subkhan,
Lembaga Pendidikan Islam Abad Ke-20,(Jakarta:Kencana Prenada Grup,2012),
hlm. 37
[4] Samsul Nizar
Dan Zaenal Efendi Hasibuan, Hadits Tarbawi, (Jakarta:Kalam Mulia,2011),
hlm. 29-32
[5] Supardi, Konsep
Manajemen Masjid,(Yogyakarta:UII Press Yogyakarta,2001) hlm. 128
[6] Mohammad Zuhri,
Terjemahan Sunan At-Tirmidzi Jilid V(Semarang:As Syifa’, 1992), hlm 714
[7] Sidi Gazalba,Masjid
Pusat Ibadat Dan Kebudayaan Islam,(Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1989), hlm.
322
[8]
Http://Rizkiagustriana. Blogspot.Com/2010/06/
Masjid-Sebagai- Lembaga-Pendidikan-Islam.Html Diakses Tanggal 16 Januari
[9] Ibid.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar