OBJEK PENDIDIKAN
LANGSUNG
“DIRI KETURUNAN TUNDUK
PADA ALLAH”
(Tafsir (Q.S AL Baqarah, 2: 128)
Listiyo Abadi
(2021115323)
Kelas B
FAKULTAS TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrohmanirrohim.
Syukur
alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. segenap keluarga dan para
sahabat beliau, terlimpah pula kepada segenap kaum muslimin dan muslimat selaku
umat beliau.
Dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah tafsir tarbawi I semester ganjil tahun akademik 2016-2017 jurusan PAI IAIN PEKALONGAN,
penulis telah berhasil menyusun. Makalah “diri keturunan tunduk pada allah”
Penulisan
makalah ini didasari oleh pemikiran tentang pentingnya kualifikasi dan
kompetensi guru dalam Pendidikan Agama Islam sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah.
Kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada :
1. Bapak Muhammad hufron, M.SI
selaku dosen pengampu mata kuliah TAFSIR TARBAWI I IAIN Pekalongan
2. Bapak/Ibu Dosen
dan karyawan IAIN PEKALONGAN.
3. Rekan-rekan
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam semester III Tahun Akademik 2016-2017 IAIN PEKALONGAN.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu segala kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi
perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Waalaikumsalam wr.wb
pekalongan, 7 Oktober
2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subyek, obyek dan
sarana-sarana lain yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah
pendidikan. Allah swt telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam
ayat-ayat yang jelas ini, agar dia memberi peringatan kepada keluarga dan sanak
kerabatnya kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorangpun yang
berprasangka jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya.
Jika dia memulai dengan memberikan peringatan kepada kelurga dan
sanak kerabatnya, maka hal itu akan lebih bermanfaat dan seruannya akan lebih
berhasil. Allah juga menyuruh agar bersikap
tawadhu kepada pengikut-pengikut yang beriman, bersikap baik kepada mereka, dan
ikut menggung kesusahan yang mereka mau menerima nasehat. Dalam makalah ini
akan sedikit membahas terkait dengan obyek Pendidikan berdasarkan Q.s.
albaqarah 2:128
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan
uraian diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa terjemahan QS albaqarah 2:128
?
2. Bagaimana para mufassir
mentafsirkan QS albaqarah 2:128 ?
3. Bagaimana
pengaplikasian QS albaqarah 2:128 dalam kehidupan?
4. Apa yang dapat kita pelajari dari
QS albaqarah 2:128 ?
C.
judul makalah
Judul dari makalah saya yang berjudul adalah “diri keturunan tunduk pada allah swt”.
D.
Nas beserta artinya
رَبَّنَا
وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ
وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ
عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang
yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat
yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.’’(Q.S. Albaqarah 2/128)
E. arti penting
Surat Al baqarah perlu untuk dipelajari, karena ayat ini
menjelaskan tentang betapa pentingnya
obyek pendidikan langsung bagi kehidupan umat manusia. Dengan obyek pendidikan
langsung, manusia dapat mengetahui obyek dan sarana-sarana lain yang sekiranya dapat
membantu terselenggaranya sebuah pendidikan. Dengan obyek pendidikan tersebut
manusia dapat memperoleh wawasan serta dapat menggunakan ilmu nya untuk
berkarya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI
Pengertian tunduk pada
allah
Allah
SWT menciptakan manusia dan jin tidak lain untuk beribadah. Ibadah tak lain
merupakan ketundukan dan kepasrahan secara total seorang hamba kepada
penciptanya, Allah SWT. Ketundukan dan kepasrahan kepada Allah tentu tidak
cukup diekspresikan lewat ibadah-ibadah seperti shalat, tetapi juga harus
dibuktikan dalam seluruh pelaksanaan hukum-hukum Allah SWT di luar shalat; baik
dalam perkara muamalah (ekonomi, politik, pemerintahan sosial, pendidikan, dll)[1]
Imam
Ja’far ash-Shadiq, sebagaimana dikutip dalam kitab Fath
ar-Rabbani wa Faydh arh-Rahmani karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, pernah
berkata, “Hakikat ubudiah (penghambaan) seseorang terhadap tuannya adalah: ia
menyadari bahwa apa yang ada pada dirinya hakikatnya bukanlah miliknya, tetapi
milik tuannya; ia tunduk dan patuh tanpa membantah terhadap setiap perintah
tuannya; ia tidak membuat aturan apapun selain menerima aturan yang dibuat
tuannya untuk dirinya.”
B.
Tafsir Surat al baqarah
2:128 Diri tunduk pada allah
1.
AL-MARAGHI
واذ
يز فع ابر هم القو ا عد من البيت وا سمعيل
Artinya,
ingatlah kalian ketika nabi ibrahim membangun kembali baitub’I-Lah. Nash ini
menunjukan bahwa mereka berdualah yang membangun baitu ‘I-lah untuk beribadah
di negara yang dikuasai pemeluk berhala itu. Dan hanya mereka berdualah yang
menjadikan baitu ‘I-lah sebagai tempat untuk melakukan ibadah kepada allah yang
tidak pernah dijumpai di tempat lainnya. Hal inilah yang merupakan keutamaan.
Akan halnya batu batu yang ada, sebenarnyalah berbeda dengan batu batu yang ada
di dunia ini, dan juga bukan karena materinya batu itu diturunkan dari langit.
Berdasarkan
pengertian perkataan umar menunjukan bahwa hajar aswat tersebut tidak ada
keistimewaannya. Bahkan ia sama saja dengan batu batu yang lainnya. Adapun
menciumnya adalah masalah ibadah, sama halnya menghadap allah yang bersifat
tidak menetap disuatu tempat atau arah.
ربنا
تقبل منا
Sesungguhnya nabi ibrahim dan ismail
mengatakan dalam doa mereka yang ketika itu sedang bekerja membangun baitullah
tahap akhir.
انك انت السميع الع
Artinya, ya tuhan kami
yang maha mendengar doa kami ini dan tuhan yang maha mengetahui perbuatan kami
ini.
Ayat ini
mengandung pengertian bahwa setiap pekerjaan adalah ibadah jika di lakukan
sesuai perintah dan mencurahkan seluruhnya kemampuannya untuk perbuatan
tersebut. Iya harus meminta kepada allah dan memuji kebesarannya agar allah
menerima segala perbuatannya. Dengan demikian, maka segala perbuatan itu tidak
ditolak allah atau hilang sia sia. Iya pun dilarang memastikan bahwa ibadahnya
pasti ditrima allah. Sebab, jika tidaak demikian, maka berdoa sudah tidak
mempunyai fungsi lagi.[2]
2.
IBNU
KATSIR
Menurut ibnu jarir firman itu bermakna,
jadikanlah kami dua orang yang patuh kepada perintahmu, tunduk dalam ketaatan
kepadamu dan dalam pelaksanaan ketaatan dan ibadah itu tidak menyekutukanmu
dengan seorang pun selainMu. Firman allah, “dan jadikanlah sebagai keturunanku
sebagai umat yang berserah diri kepadamu, “menurut as-sadi, kata “kumat” di
maksudkan oleh ibrahim dan ismail sebagai orang arab. Sedangkan menurut ibnu
jarir, mencakup orang arab dan selainnya, karena bani israil pun berasal dari
keturunan ibrahhim. Pendapat ibnu jarir ini tidak menegaskan as-sadi, karena
pengkhususan ketundukan kepada mereka tidak menegaskan keturunan lainnya dan
konteks mengenai orang arab. Oleh karena itu sesdah ayat tadi allah berfirman,
“ya tuhan kami utuslah kepada mereka
seorang rasul diantara mereka sendiri”. “yang dimaksud ialah muhammad
saw”. Dan itu benar terjadi, sebagai
firman allah, “dialah dzat yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang rasul
golongan mereka” [3]
3.
AL-AZHAR
Kita
sudah malu bahwasanya rasul allah adalah ma”sum, suci dari pada dosa, terutama
dosa yang besar tetapi orang-orang yang mencapai derajat iman yang sempurna
sebagai ibrahiim dan ismail. Tidaklah berbangga dengan anugrah allah kepada
mereka dengann maksud itu.
Nabi
ibrahim memohonkan tobat untuk dirinya dan kepada anaknya ini, adalah suatu
teladan bagi kita agar selalu ingat dan memohon ampun kepada tuhan. Makna yang
asal dari pada tobat, ialah kembali. Kita bertobat kepada allah. Dan allah
mengabulkan permohonan kita, dengan memakai perkataan allah, yang berarti
keatas. Kita mendaki menuju allah dan tiidak menarik tangan kita keatas.
Setelah
selesai ibrahim pembina baitullah itu dan selesai pula ia mengerjakan haji
dengan tuntutan jibril sendiri, dan telah selesai dia menyerahkan diri, berdua
dengan putranya ismail dan diharapkannya agar anak dan cucunyapun, menjadi
orang orang yang muslim kepada allah, maka akhirnya ditutup nyala permohonannya
dengan suatu permohonan lagi “ya tuhan! Bangkitkanlah diantara mereka itu
seorang rasul dari mereka sendiri.! (pangkal ayat 129)[4]
C.
Aplikasi
dalam kehidupan
1.
Setiap
orang hendaknya tunduk pada allah dalam hidup kita wajib berdoa kepada allah
swt agar kita tidak tergolong orang yang sombong. Contohnya:
a)
melaksanakan
salat fardu lima waktu dengan ikhlas dalam hati;
b)
menunaikan
zakat atau sebagian hartanya di jalan Allah;
c)
berpuasa
dibulan Ramadan;
d)
melaksanakan
ibadah haji bagi yang mampu melaksanakannya;
e)
berbuat
baik dan berbakti kepada kedua orang tua;
f)
menjaga
sopan santun ketika berbicara;
g)
jujur
memegang amanah yang diberikan;
h)
sabar
ketika tertimpa musibah, dan bersyukur ketika mendapat rezeki;
i)
selalu
berkalimah thayyibah, tidak berkata-kata kotor;
j)
selalu berbuat
dan beramal saleh;
k)
saling
menasihati dengan haq dan kesabaran
D.
Aspek
tarbawi
1.
Ketaatan kepada Allah tidak hanya asal taat.
Dalam pelaksanaannya, ketaatan kepada Allah harus sungguh-sungguh sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki tanpa alasan apapun.
2.
Sebagai
utusan Allah swt., Nabi Muhammad saw. mempunyai tugas menyampaikan amanat
kepada umat manusia tanpa memandang status, jabatan, suku, dan sebagainya. Oleh
karena itu, bagi setiap Muslim yang taat kepada Allah swt., harus melengkapinya
dengan menaati segala perintah Rasulullah saw.
BAB III
KESIMPULAN
Jadi,
diri tunduk pada Allah SWT menciptakan
manusia dan jin tidak lain untuk beribadah. Ibadah tak lain merupakan
ketundukan dan kepasrahan secara total seorang hamba kepada penciptanya,
Allah SWT. Ketundukan dan kepasrahan kepada Allah tentu tidak cukup
diekspresikan lewat ibadah-ibadah seperti shalat, tetapi juga harus dibuktikan
dalam seluruh pelaksanaan hukum-hukum Allah SWT.
Dalam
kaitannya dengan agaa hali tersebut harus di aplikasikan dalam kehidupan
sehari-sehai agar kita mendapat ganjaran kebaikan dan didalamnya juga
mengandung aspek-aspek pendidikan/tarbawi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-maraghy,
ahmad mustofa, 1985, tafsir al maraghi, semarang: Toha Putra
Ar-rifa’i,
muhammad nasib, 2005, taisiru al-aliyyul Qadir li ikhtishari tafsir ibnu
katsir,jilid
1, jakarta: GEMA INSANI
HAMKA.
1981. Tafsir Al-azhar. Jakarta.Yayasan Nurul Islam
tahrir.or.id/2011/05/08/tunduk-dan-pasrah-kepada-allah-swt/
PROFIL
Nama :
Listiyo abadi
TTL :
Pemalang, 02 Oktober 1995
Alamat :
JL.Poncol rt 01. Rw 02. Kec. Ulujami Kab. Pemalang
Riwayat pendidikan :
SDN 01 KERTOSARI, MTs Wali songo Ulujami, SMA N1 ULUJAMI, IAIN Pekalongan.
Organisai Kampus :
“UKM SENI MUSIK EL FATA IAIN PEKALONGAN”
[1] http://tahrir.or.id/2011/05/08/tunduk-dan-pasrah-kepada-allah-swt/
[2] Ahmad mushthafa al-maraghy, tafsir al-maraghi (semarang toha putra,
1985), hlm. 377
[3] Ar-rifa’i muhammad nasib, taisiru al-aliyyul qadir li ikhtishari
taafsir ibnu katsir, (jakarta, gema insani, 1999), hlm. 230
[4] Hamka, tafsir al-azhar juzu’ 1, (jakarta, yayasan nurul islam,
1981), hlm. 405
Tidak ada komentar:
Posting Komentar