PENDIDIKAN LIFE SKILL
GENERASI KUAT HEBAT MANFAAT
(QS. AN-NISAA’ AYAT 9)
Iklimatul Janah (2021115304)
Kelas B
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis , sehingga dapat
menyelesaikan makaalah ini dengan waktu yang tepat. Tak lupa shalawat serta
salam senantiasa tercurahkaan untuk baginda Nabi Muhammad SAW,yang kita
nantikan syafaatnya di Yaumul Kiyamah.
Ucapan terimakasih pula
penyusun sampaikan kepada :
1. Ayah
dan Ibu yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
2. Bapak
Muhammad Ghufron, M.S.I, selaku dosen matakuliah Tafsir Tarbawi I, yang telah
memberikan amanah untuk menyelesaikan tugas ini
3. Teman-teman
yang senantiasa memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari ,
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
memiliki banyak kekurangan. Baik dari segi penyusunan dan pemilihan kata . Oleh
karena itu, penulis mengharap saran dan kritik dari pembaca yang membangun
,sebagai bahan evaluasi agar dalam tahap penyusunan lebih baik lagi.
Semoga makalah tafsir
tarbawi ini bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya, dan bagi para
mahasiswa khususnya.
Pekalongan, 18 April 2017
Iklimatul janah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Banyak generasi diera
modernsasi yang memumpuni akan bakat minat dalam suatu hal ataupun ambisi,
seperti makalah yang akan dibahas yang berkaitan dengan pendidikaan life skills
yaitu generasi yang kuat hebat dan
manfaat. Dimana generasi tersebut sangat berpengaruh besar dalam perkembangan
zaman tentunya di zaman sekarang yang penuh kemaslahatan yang tidak ada
ujungnya. Dengan adanya generasi yang kuat, hebat serta bermanfaat ini maka
kemaslahatan di masyarakat yang sangat menjamur bisa teratasi karena mereka
para generasi yang baik, yang kuat, hebat dan manfaat baik bagi diri mereka
mauppun orang lain.
B. Judul
PENDIDIKAN LIFE SKILL(
Generasi Kuat, Hebat dan Manfaat)
C. Nash dan Arti
D. وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ
لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ
فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدً
Artinya: Dan hendaklahtakut (kepada Allah) orang-orang yang
sekiranyamerekameninggalkanketurunan yang lemah di belakangmereka yang
merekakhawatirterhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang
benar. (An-Nisa/4:9)
E. Arti penting dikaji
Ayat ini menerangkan
bahwa setiap kelemahan dan kekurangan berupa kelemahan ekonomi, kurang
stabilnya kesehatan fisik serta kelemahan intelegensi anak adalah tanggung
jawab kedua orang tuanya maka ayat ini menegaskan bahwa setiap generasi itu
harus memiliki kecakapan life skill agar tidak menjadi kaum yang tertinggal. Dalam
ayat tersebut berpesan agar umat islam
menyiapkan generasi penerus yang berkualitas sehingga anak mampu
mengaktualisasikan potensinya sebagai bekal kehidupan dimasa mendatang. Oleh
karena itu, bagi orang-orang yang beriman hendaklah bertakwa kepada Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
a.
Generasi Berkualitas
Perkataan
“kualitas” menunjukkan kondisi sesuatu dibandingkan dengan suatu ukuran
tertentu, berdasarkan norma-norma atau nilai-nilai terbaik mengenai sesuatu itu
(Nawawi dan Martini, 1994). Ukuran dari nilai-nilai itu sendiri adalah abstrak,
sehingga ketika disebutkan istilah “generasi berkualitas”, definisi atau
pengertian langsung dari istilah itu tidaklah begitu diperlukan karena maknanya
tidak akan lebih jelas daripada istilah yang didefinisikan. Yang lebih penting
untuk disampaikan di sini adalah ciri-ciri dari generasi berkualitas tersebut.
Ciri-ciri
generasi berkualitas dilihat dari beberapa aspek penting, yakni aspek
fisik/jasmani, aspek psikis/psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek
spiritual dan moral.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Generasi
Berkualitas
Terbentuknya
generasi berkualitas dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang mendukung maupun yang menghambat. Dalam sejarah perkembangan manusia,
ada tiga lingkungan yang berpengaruh pada kepribadian dan kualitas dirinya.
Berikut ini adalah beberpa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
generasi berkualitas:
1. Keluarga
Keluarga merupakan institusi pertama yang ditemui seorang
anak dalam perjalanan hidupnya. Keluarga adalah awal dari pengenalan dan
pemahaman setiap anak mengenai kehidupan (Nawawi dan Martini, 1994).
Perkembangan kepribadian seorang anak sangat dipengaruhi keadaan dan pola
pengasuhan dalam keluarganya. Oleh karena itu, peranan keluarga dalam proyek
pembentukan generasi berkualitas sangat penting untuk ditekankan.
Peranan keluarga dalam mempersiapkan generasi baru
berkualitas, pertama kali adalah dengan mewujudkan pemeliharaan yang terbaik.
Setiap anak memerlukan untuk tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan yang sehat.
Agar tercipta anak-anak yang berkualitas, menurut Suyudi (2006), ada beberapa
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pertama, aspek fisik atau jasmani.
Artinya, setiap anak memiliki hak untuk dipenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan dari orang tuanya secara halal dan baik.
2. Aspek Psikologi
Setiap anak berhak hidup dalam lingkungan yang
memiliki hubungan harmonis antar anggota keluarga (suami isteri, anak, atau
anggota keluarga lainnya). Selain itu, kedekatan emosional juga dibutuhkan
antara anak dan orang tua. 3 hal yang perlu dilakukan adalah yang pertama
tatapan penuh kasih sayang, kedua sentuhan lembut pada tubuh, ketiga perhatian
yang tidak terpecah saat berinteraksi. Dengan terciptanya kedekatan emosional,
maka anak akan merasa diberikan kasih sayang oleh orang tuanya. Hubungan
seperti ini yang akan membentuk kepribadian anak secara positif. Sebaliknya,
kehidupan yang diwarnai dengan pertengkaran, makian, bentakan, dan kemarahan
akan memberi dampak negatif bagi perkembangan psikologis anak.
3. Aspek Spiritual
Setiap anak juga membutuhkan lingkungan yang senantiasa
menanamkan akidah (nilai keimanan), bahwa Allah satu-satunya yang kuasa dan
berhak disembah, bahwa Allah tidak boleh dipersekutukan dengan apapun. Hal ini
dapat dilakukan dengan penanaman ajaran agama dan pembiasaan melakukan ibadah
sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw.
Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk
mengasuh kecerdasan spiritual anak adalah sebagi berikut: memberi contoh. Anak
usia dini mempunyai sifat suka meniru. Karena orang tua merupakan lingkungan
pertama yang ditemui anak, maka ia cenderung meniru apa yang diperbuat oleh
orang tuanya. Disinilah peran orang tua untuk memberi contoh yang baik bagi
anak, misalnya mengajak anak untuk ikut berdoa. Saat waktunya shalat, ajaklah
anak untuk segera mengambil air wudhu dan segera menunaikan shalat. Jadi
jika ingin menghasilkan generasi yang berkualitas, tanamkan keagamaan pada anak
dari usia dini
4. Aspek Sosial dan Kultural
Setiap anak juga membutuhkan lingkungan sosial dan kultural sosial dan kultur yang sehat dan humanis, sehingga membantu anak memahami realitas kehidupan.
5. Komunikasi yang efektif antara suami-istri turut andil dalam membentuk generasi berkualitas Dari komunikasi yang terjalin dengan baik maka orang tua dapat menentukan pendidikan dan pola pengasuhan yang tepat. Komunikasi yang efektif akan dapat diterima dengan baik bagi ayah, ibu, dan anak, khususnya bagi sang anak komunikasi yang terjalin dengan baik merupakan sebuah cerminan dan contoh yang akan dijadikan teladan.
6. Pendidikan
Inti dari tujuan
pendidikan terhadap anak adalah membentuk manusia cerdas, yang mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai manusia. Manusia diciptakan dengan
adanya misi yang menyertainya, sesuai kehendak
Sang Pencipta. Misi itu dapat dilihat dalam firman-Nya QS. Adz-Dzariyat: 56.
Semua cara dan system pendidikan harus mengacu pada tujuan awal diciptakannya
manusia, yaitu membentuk manusia cerdas serta semata-mata berorientasi pada
akhlak ketuhanan. Pendidikan yang dilakukan di dalam rumah tangga maupun di
sekolah melalui orang tua dan para guru, mengharuskan orang tua dan guru
menyadari bahwa membangun akhlak anak adalah tugas paling utama.
Pendidikan
yang benar harus menjadi lahan perkembangan unsur-unsur rohani, mental, dan jasmani. Ketiga unsur ini harus
berkembang secara seimbang dan lengkap. Perkembangan yang tidak seimbang dan
harmonis dari ke tiga unsur ini akan mengakibatkan kepincangan yang mengurangi
keutuhan jiwa anak. Ketiganya sama pentingnya dan harus saling mengisi. Oleh
karena itu, kesehatan jasmani harus dijaga sebagaimana mental dan rohaninya
juga harus diperkembangkan.
Maka agar sebuah generasi menjadi generasi yang kuat dan
berkualitas, pendidikan dan lembaga pendidikan harus mendapat perhatian yang
khusus. Sebisa mungkin, pendidikan diselenggarakan dalam lembaga dan sistem
yang baik, yang memungkinkan anak didik mencapai segenap kualitas yang
diperlukan olehnya dalam mengarungi kehidupan. Pendidikan merupakan tanggung
jawab semua pihak yang berkepentingan, keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
b.
Pendidikan Life Skill (kecakapan hidup)
Pendidikan life skill adalah kecakapan hidup yang dimiliki
oleh seseorang untuk berani menghadapi problema kehidupan secara wajar,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencariserta menemukan solusi sehingga
mampu mengatasinya.Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan,
kesanggupan dan keterampilan yang diperlakukan oleh seseorang untuk menjaga
kelangsungan hidup dan pengemabangan dirinya.Kemampuan mencakup dayapikir,
dayakalbu, dan daya raga.
Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) lebih luas dari sekedar
keterampilan bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual.Menurut Jecques Delor
mengatakan bahwa pada dasarnya program life skills ini berpegang
pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Learning to know (belajaruntukmemperolehpengetahuan).
2. Learning to do (belajaruntukdapatberbuat/bekerja).
3. Learning to be (belajaruntukmenjadi orang yang
berguna).
4. Learning to live together (belajaruntukdapathidupbersamadengan
orang lain).
Pendidikan kecakapan
hidup merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga
belajar agar memiliki keberanian dan kemauan menghadapi masalah hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif menemukan
solusi serta mampu mengatasinya.
1. Terampil
mengenal diri
2. Terampil
berfikir rasional
3. Terampil
bermasyarakat
4. Terampil
bekerja (vokasional/hard skills)
Soft skills terbagi dua, yaitu
Intrapersonal skills dan Interpersonal skills. Intrapersonal skills meliputi
awareness, goal setting, belief, love, positive energy, concentration dan
decision making. Interpersonal skills meliputi communication, motivation
skills, team building dan mediation.
.
Pengertian dari life
skill itu sendiri adalah kecakapan hidup yang dimiliki oleh seseorang untuk
berani menghadapi masalah kehidupan secara wajar, kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.[1]
B. Tafsir dari
buku
a.
Tarsir Al-Lubab
Ayat 9 mengingatkan siapapun yang berada disekeliling pemilik harta yang sedang menderita sakit agar
bertaqwa dan jangan memberi saran kepada yang sedang sakit itu untuk
mewasiatkan hartanya kepada orang-orang tertentu yang dapat mengakibatkan
anak-anak kandungnyasendiri terbengkalai. Ayat itu meminta kepada para pemberi
saran itu untuk membayangkan bagaiimana jika mereka ditempat sisakit, padahal
mereka mempunyai anak-anak kecil yang belum/ tidak mampu mandiri, karena itu,
mereka hendaknya mengucapkan kata-kata yang baik, benar, tepat waktu, dan tepat
sasaran.[2]
b.
Tafsir Al-Azhar
Hendaklah
orang- orang yang merasa cemas seandainya meninggalkan keturunan yang lemah,
yang mereka khawatir atas mereka. (pangkal ayat 9) ayat ini masih bersangkutan
dengan ayat-ayat yang sebelumnya masih didalam rangka pemeliharaan anak yatim.
Kalau di ayat-ayat tadi di beri perintah kepada orang-orang yang menjadi wali
pengawas anak yatim yang belum dewasa, supaya harta anak yatim jangan
dicurangi. Lalu datang ayat mengaskan,
bahwa laki-laki dapat bagian dan perempuan pun dapat bagian, dan kemudian
datang pula perintah kalau ada anak yatim dan anak miskin hadir ketika tarikah
dibagi hendakklah mereka di beri rezeki juga maka sekarang ayat ini adalah
peringatan kepada orang-orang yang akan meninggal, alam hal mengatur wasiat
atau harta benda yang akan ditinggalkannya.
Untuk
menjelaskan ayat ini kita nukilkan cerita tentang sahabat Nabi yang terkemuka,
yaitu Sa’ad bin Abu Waqqash. Pada suatu hari ia ditimpa
sakit, padahal harta bendanya banyak. Lalu dia meminta fatwa Rasulullah karena
dia bermaksud hendak mewasiatkan harta bendanya itu seluruhnya bagi kepentingan
umum. Mulanya beliau hendak mewasiatkkan seluruh harta bendanya tetapi dilarang
Rasulullah. Kemudian dia berniat hendak memberikan separuh saja.itupun dilarang
oleh Rasulullah s.a.w kemudian hendak diberikan sebagai wasiat sepertiga saja.
Lalu berkatalah Rasulullah.
“sepertiga?
Dan sepertiga itupun sudah banyak!sesungguhnya jika engkau tinggalkan
pewaris-pewarris engkau itu didalam keadaan mampu, lebih baik dari pada engkau
tinggalkan mereka dalam keadaan melarat, menadahkan telapak tangan kepada
sesama manusia. “( Riwayat Bukhari dan Muslim)
Lalu datanglah lanjutan ayat, sebagai
bimbingan agar jnagan mennggalkan ahli waris, terutama anak-anak dalam keadaan
lemah yaitu : Maka bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan tepat. [3]
c.
Tafsir Al- Maraghi
(Dan
hendakalah bersikap waspada) magsud nya terhadap nasib anak-anak yatim, (orang-orang
yang seandainya meniggalkan ) artinya hampir meninggalkan, (dibelakang
mereka) sepeninggalan mereka, (keturunan yang lemah) magsudnya
anak-anak yang masih kecil, (mereka khawatir terhadap nasib mereka)
akan tersia-sia, (maka hendaklah mereka takwa kepada Allah)
mengenai urusan anak-anak yatim itu dan hendaklah mereka lakukan kepada
anak-anak yatim itu apa yang mereka ingini dilakukan orang terhadap anak-anak
mereka sepeniggal mereka nanti, (dan hendaklah mereka ucapkan)
kepda orang yang hendak meninggal, (perkataan yang benar) misalnya
menyuruhnya bersedekah kurang dari sepertiga dan memberikan selebihnya untuk
para ahli waris hingga tidak membiarkan mereka dalam sengsarra dan menderita.[4]
C. Aplikasi Dalam
Kehidupan
Tanggung jawab untuk
membentuk generasi yang tidak lemah, dalam bahasa yang positif: generasi kuat
atau generasi berkualitas, yang pertama dan terutama berada di pundak para
orang tua dalam keluarga. Namun pembentukan generasi penerus yang berkualitas
bukanlah kerja individual, melainkan melibatkan segenap unsur dalam masyarakat,
seperti para pendidik, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah, media massa,
dan lain sebagainya. Dalam
kehidupan sehari-hari hendaknya kita sebagai generasi yang Kuat, Hebat dan
Manfaat hendaknya selalu berusaha tanpa pamrih, dan juga senantiasa berdoa
mendekatkan diri kepada Allah agar generasi yang Kuat,Hebat dan Manfaat bisa
tercapai dengan baik, selain itu juga harus haus akan suatu ilmu dan hadapi
akan suatu rintangan dan selalu berusaha agar ilmu yang dicapai bisa bermanfaat
baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Dan selalu berjalan di jalan yang
benar dan bertakwalah kepada Allah.
D. Aspek Tarbawi
·
bagi
orang-orang yang beriman hendaklah bertakwa kepada Allah dan selalu berlindung
dari hal-hal yang dimurkai di sisi Allah.
·
Kita hendaknya
takut apabila meninggalkan keturunan yang lemah dan tak memiliki apa-apa,
sehingga mereka tak bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan terlunta-lunta.
·
Mempersiapkan generasi muslim yang tanguh harapan qur’an.
BAB III
KESIMPULAN
Surat An-nisa ayat 9
ini turun sebagai peringatan kepada orang-orang yang berkenaan dengan pembagian
harta warisan agar jangan menelantarkan anak-anak yatim yang dapat berakibat
pada kemiskinan dan ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan itu tidak melulu menyangkut
soal ekonomi semata, tetapi pada seluruh aspek kehidupan.
Kecakapan Hidup (life
skills) diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan
berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Pendidikan adalah hak
setiap anak, oleh sebab itu penjajahan diatas kebodohan harus dihapuskan dengan
cara meningkatkan pendidikan life skill setiap anak. Pendidikan berkelanjutan
dan pengembangan karakter menjadi tugas bagi keluarga , masyarakat dan
pemerintah, mempersiapkan generasi muslim yang tangguh merupakan harapan
Al-Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Semarang, Pt. Karya Thoha Putra.
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz
IV,Jakarta,Pustaka Panjimas.
M.Quraish Shihab, Makna Tujuan dan
Pelajaran Dari Surah-surah Al-Qur’’an.Tangerang, Lentera Hati.
BIODATA PENULIS
Nama : Iklimatul
janah
Alamat : Ds. Kebojongan, Kec.Comal,
Kab.Pemalang
TTL : Pemalang, 04 Maret 1997
Pendidikan
: SD N 03 KEBOJONGAN
SMPN 05 COMAL
MA NASRULLAH AMPELGADING
IAIN PEKALONGAN (dalam
proses)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar